Pasang Iklan Di Sini

Thursday, March 26, 2015

Tujuan Pemberian

Tujuan Pemberian

Memberikan Untuk Mendapatkan Popularitas
Sebagian orang memberi demi nama dan publisitas. Mereka tidak memahami makna memberi yang sebenarnya. Mereka menyumbangkan sejumlah uang untuk dana pembangunan vihara. Nama mereka tidak ditampilkan di papan pengumuman di antara para donatur lainnya. Mereka menjadi sedih. Egonya muncul dalam pikiran. Mereka marah. Mereka berpaling dari tujuan memberi yang sebenarnya.

Ada beberapa orang kaya yang tidak peduli pada orang miskin di sekitar mereka. Mereka tidak memberi sedikitpun untuk beramal. Namun mereka bermurah hati untuk dana kegiatan olah raga, pertunjukkan kesenian atau kegiatan besar lain di aman mereka mendapatkan publisitas. Di sini, tujuan memberi adalah publisitas. Ini bukanlah dana. Ini adalah marketing.

Dalam “Dana”, sebagian orang mengharapkan para bhikkhu untuk menceritakan tentang garis keturunan, status social, kontribusi mereka kepada vihara dan masyarakat. Mereka berharap dapat mendengar pujian yang ditujukan pada mereka di depan orang lain. Jika bhikkhu tidak menghibur keegoisannya, mereka menjadi tidak senang. Dengan cara ini mereka berpaling dari tujuan murni berdana.

Jika Anda bermurah hati dengan tulus, nama baik Anda secara otomatis akan tersebar di kalangan masyarakat. Anda akan terkenal. Orang akan menceritakan tentang kemurahan dan kebaikan hati Anda. Ini alaha salah satu hasil dari pemberian. Tapi Anda seharusnya tidak termotivasi oleh publisitas. Anda seharusnya tidak perlu melekat pada popularitas.

Pemberian karena ketakutan
Sebagian orang juga memberi karena ketakutan. Sebagian orang kaya memberi kepada orang miskin, berpikir bahwa Tuhan akan menghukum mereka jika tidak memberi kontribusi sejumlah uang setiap bulan. Mereka harus menghadiri kebaktian keagamaan mereka secara rutin. Jika tidak, pendeta tidak akan melakukan upacara pemakaman saat mereka meninggal. Karena ketakutan itu, mereka memberi. Mereka pun berpaling dari tujuan berdana yang sebenarnya.

Anda adalah orang kaya yang terkenal di kota Anda. Ada sekelompok orang di kota itu yang mengadakan program beasiswa untuk membantu siswa miskin di daerah tersebut. Mereka meminta Anda untuk beramal. Anda tidak ingin memberi. Tetapi karena takut kehilangan reputasi baik, Anda menymbangkan uang. Di sini, Anda memberi karena rasa takut. Berarti Anda tidak memberi dengan niat murni.

Saat Anda memberikan sesuatu karena rasa takut, Anda menjadi gelisah. Pikiran Anda penuh dengan rasa takut dan emosi negative lainnya. Walaupun secara fisik Anda memberi, Anda tidak memiliki niat untuk memberi. Anda memberi karena rasa takut. Itu adalah memberi , tetapi bukan “Dana”.

Pemberian karena Amarah
Anda pergi ke sebuah pusat jajanan untuk makan siang. Seorang pengemis datang dan meminta uang. Pengemis ini tampaknya cukup kuat dan sehat. “Mengapa ia tidak bekerja?” Kebencian timbul pada pikiran. Anda mengabaikannya dan teus makan.

Dia terus emminta berulang kali. Anda merasa jengkel. Anda menjadi marah. Anda ingin mengusirnya. Anda memberikan dia uang dengan tujuan mengusirnya. Di sini , Anda memberi karena amarah. Walaupun itu memberi; itu bukanlah “Dana”.

Saat anda sedang marah, pikiran menghasilkan energy negative. Pikiran positif (cinta kasih, belas kasihan, persahabatan) dan niat baik akan sulit timbul saat pikiran gusar. Anda tidak dapat membangkitkan energy mental yang positif jika pikiran anda dikotori dengan kemarahan pada saat memberi. Hal ini hanya adalah tindakan memberi secara fisik. Ini bukan termasuk “Dana”.

Memberi untuk Memperoleh
Sering kali, kita mengharapkan imbalan saat memberi. Banyak orang memberi dengan tujuan menerima. Mereka memberi untuk menerima. Mereka berdana seperti investasi. Orang kaya berdana sejumlah uang untuk membangun vihara. Tetapi saat ia memberi, ia sudah mengharapkan suatu imbalan. Ia mengharapkan suatu pengakuan sosial yang khusus. Dia mencoba untuk mempengaruhi cara kerja vihara. “Saya berhak mengatur vihara karena saya sudah menyumbang sejumlah besar uang”.

Anda berharap imbalan yang lebih besar saat Anda menaruh sejumlah uang ke dalam kotak dana di vihara. Anda membawa bunga, buah-buahan, lilin, dupa untuk mempersembahkan kepada Buddha, kemudian berlutut di depan-Nya dan meminta “Buddha tolong bantu saya untuk mencapai keberhasilan dalam usaha saya. Bantulah saya untuk dipromosi tahun ini. Berkahilah saya anak yang baik. Semoga saya menemukan pasangan hidup yang sesuai.”

Sebagian orang lain mempraktekkan “Dana” dan mengharapkan “Dengan jasa ini, semoga saya terlahir di alam surge, semoga dilahirkan dalam keluarga kaya, semoga saya mencapai ini atau itu”. Timbul pertanyaan. Apakah salah membuat suatu harapan ketika berdana ?

Apakah Anda membuat harapan atau tidak, Anda akan tetap memperoleh kemakmuran sebagai hasil dari pemberian. Kita akan mengembara dari kehidupan ke kehidupan lain sampai kita mencapai penerangan. Selama kita masih berkelana dalam roda samsara, Kita akan membutuhkan kondisi yang baik untuk mengembangkan kebijaksanaan. Dalam hal ini, tidaklah salah untuk membuat harapan saat kita berdana.

Namun, sebagai umat Buddha, tujuan kita bukanlah berkelana dalam roda samsara, tetapi harus bebas darinya. Oleh karena itu, akan lebih bijaksana bila mempunyai cita-cita untuk merealisasikan Nibbana, ketika kita mempraktekkan “Dana”.

Memberi dengan Melepas
Ketermelekatan merupakan salah satu ikatan mental yang sangat kuat. Ini adalah dorongan negative. Keterikatan membuat kita tidak mudah untuk memberi. Terkadang saat kita memberi, keterikatan muncul pada benda yang kita akan berikan.

Dengan energi positif yang kuat, kita bisa menekan keterikatan, tetapi sangat sering keterikatan itu tidak dikikis habis. Keterikatan tersebut membentuk keinginan untuk  memperoleh sesuatu sebagai imbalan. Anda harus berwaspada terhadap keterikatan saat mempraktekkan “Dana”.

Dalam Buddhisme, makna memberi yang sebenarnya adalah melepas dari kemelekatan. Kemelekatan adalah rantai yang membelenggu kita dalam samsara. Kita menderita berulang-ulang karena kemelekatan. Dana adalah cara yang paling baik untuk mengatasi masalah tersebut.

Orang bijaksana memberi tanpa mengharapkan imbalan. Mereka memberi untuk melepaskan keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Mereka memberi dengan bijaksana. Mereka memberi dengan belas kasihan. Mereka memberi dengan senang hati.

Praktek “Dana” untuk melepas dari kemelekatan. Memberi untuk melepaskan keterikatan. Memberi untuk melepas keegoisan. Memberi dengan pemahaman yang benar.



Sumber : Buku berjudul “Indahnya Berdana” (Ven. K. Rathanasara)
Judul asli : The Art of Giving
Penulis : V. K. Rathanasara

Edisi bahasa Inggris diterbitkan oleh :
Education & Dharma Propagation Subcommittee ,
Srilankaramaya Buddhis Temple,
30-C, St. Michael’s Road, Singapore 328002

No comments:

Post a Comment