Kebajikan
: Esensi Kehidupan Manusia
Attanance piyam janna
rakkheyya nam sukaritam
Apabila
orang mencintai diri sendiri, maka ia harus menjaga dirinya dengan baik.
(Dhammapada-Atta
Vagga 157 )
Kita terlahir sebagai manusia tidak lepas
dari kekuatan kebajikan yang kita lakukan di masa lampau. Untuk bisa terlahir
sebagai manusia, minimal mempunyai kebajikan moralitas atau Pancasila Buddhis.
Dalam kitab suci Dhammapada, Sang Buddha menyatakan “Kiccho manussapatilabho”
yang berarti “Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia.” Tanpa
adanya buah kebajikan, sangat sulit bahkan tidak mungkin seseorang bisa
terlahir di alam manusia. Oleh karena itu, sesulit apapunatau sebahagia apapun
kondisi kita saat ini, hendaknya tidak melupakan perbuatan-perbuatan baik agar
dapat meningkatkan kualitas hidup kita menjadi lebih bahagia. Karena perbuatan
baik adalah praktik Dhamma.
Mungkin sebagian orang ketika mendengar
ajaran untuk melakukan praktik Dhamma langsung berpikir bahwa hal itu sangat
sulit, sebab harus selalu mengikuti atthasila,
mengikuti program samanera atau
bahkan harus menjadi seorang bhikkhu.
Sesungguhnya, pemikiran seperti demikian hanya akan menghambat seseorang untuk
mempraktikkan Dhamma. Praktik Dhamma bukan hanya untuk para Bhikkhu, melainkan
kebutuhan setiap orang bahkan semua mahluk. Praktik Dhamma bisa dimulai dari
hal-hal kecil seperti misalnya ikut membantu atau aktif dalam kegiatan di
vihara.
Agar hal tersebut di atas dapat terwujud,
perlu adanya pemahaman yang benar untuk mewujudkan keseimbangan dan
keharmonnisan hidup. Umat Buddha tidak cukup hanya membaca buku-buku Dhamma
atau memiliki pengetahuan teoritis Buddha Dhamma saja.
Ketika seseorang sudah memahami serta
memiliki pengertian yang benar akan apa yang dipelajari dan dilaksanakan, orang
tersebut akan menyadari bahwa terlahir di alam manusia ini merupakan suatu
berkah dan kesempatan emas bagi dirinya, karena, telah dapat mengenal Dhamma.
Hal ini dikatakan Sang Buddha sendiri dalam Dhammapada “Kiccam saddhammassavanam”
(Sungguh sulit dapat mendengarkan ajaran benar).
Tidak semua orang memiliki kesempatan
untuk bisa mengenal Dhamma, bahkan walau ada kesempatan pun belum tentu
seseorang mau berbuat sesuai Dhamma. Berbeda dengan anda yang telah membaca
artikel ini sudah pasti mengenal atau bahkan memi;liki keyakinan terhadap
Dhamma.
Dalam Tamonata Sutta-Angutara Nikaya
, Sang Buddha menjelaskan ada empat jenis manusia yang diumpamakan seperti :
1.
Orang yang dari gelap menuju gelap
2.
Orang yang dari gelap menuju terang
3.
Orang yang dari terang menuju gelap
4.
Orang yang dari terang menuju terang
Bagaimanakah orang yang dari gelap menuju
gelap? Ada orang di dunia ini yang telah lahir di keluarga miskin yang hidup
serba kekurangan, memiliki pekerjaan yang kasar serta pendapatan kecil,
memiliki sedikit makanan dan minuman, bertahan hidup dengan kesulitan, tidak
berpendidikan atau memiliki keahlian, berpenampilan kurang menarik, cacat, atau
bahkan berpenyakitan. Selain itu, mereka juga melakukan perbuatan-perbuatan
yang tidak baik melalui pikiran, ucapan, dan jasmani. Setelah meninggal,
orang-orang seperti ini akan terlahir lagi di alam menderita.
Yang kedua adalah orang yang dari gelap
menuju terang. Tipe kedua ini kondisinya tida juah berbeda dengan tipe pertama
yaitu telah lahir di keluarga miskin yang hidup serba kekurangan, memiliki
pekerjaan yang kasar serta berpendapatan kecil, keluarga miskin yang hanya
memiliki sedikit makanan dan minuman, bertahan hidup dengan kesulitan, tidak
berpendidikan atau memiliki keahlian, berpenampilan kurang menarik, cacat atau
bahkan berpenyakitan. Namun perbedaannya, mereka melakukan dan mengembangkan
perbuatan baik melalui badan jasmani, ucapan maupun pikiran. Karena perbuatan
baiknya setelah meninggal, orang-orang tipe ini akan terlahir lagi di alam
bahagia.
Selanjutnya tipe ketiga adalah orang yang
dari terang menuju gelap. Di sini seseorang telah terlahir kembali di keluarga
yang terpandang, hidup serba berkecukupan, berparas elok, menarik, anggun,
memiliki kulit yang indah. Tetapi, mereka sering melakukan perbuatan buruk
lewat tubuh, ucapan dan pikiran. Akibat perbuatan buruknya, setelah meninggal,
mereka akan terlahir lagi di alam menderita.
Tipe yang terakhir adalah orang yang dari
terang menuju terang. Kondisi tipe keempat ini tidak jauh berbeda dengan tipe
ketiga. Bedanya, tipe keempat ini sering melakukan kebajikan , berperilaku baik
lewat tubuh, ucapan, maupun pikiran. Akibat dari perbuatannya ini, setelah
meninggal , mereka akanterlahir di alam bahagia.
Mengapa di dunia ini ada orang seperti
tipe pertama yaitu dari gelap menuju gelap ? Hal ini karena ketidaktahuan akan
hukum sebab-akibat. Ia tidak mengerti dan memahami bahwa kondisi tidak baik
yang dialami dalam hidup ini tidak lepas dari buah perbuatan masa lampau yang
pernah dilakukan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Sang Buddha dalam Cakkavati Sihanada Sutta bahwa ketika
kemiskinan berkembang, akan mengkondisikan banyak kejahatan terjadi. Akibat
dari perbuatan buruk yang dilakukan, setelah meninggal akan terlahir di alam
menderita, yaitu : alam binatang (tirrachana),
setan (peta), jin / raksasa (asura), dan alam neraka (niraya).
Demikian pula, dengan tipe ketiga. Karena
tidak mengerti bahwa Kondisi baik yang dimiliki saat ini adalah buah dari
kebaikan yang pernah dilakukan. Banyak orang dari keluarga terpandang, karena
ketamakan dan keserakahan yang tidak terbendung, mereka menyalahgunakan
kepercayaan, jabatan dan kedudukan untuk meraup keuntungan dengan melakukan
korupsi, pencucian uang ataupun penipuan. Selain itu, ia menggunakan harta yang
dimiliki untuk berfoya-foya, berjudi, minum-minuman keras, mengkonsumsi
narkoba, dan lain-lain. Padahal ketika mereka melakukan hal-hal demikian hanya
membuat harta kekayaan cepat habis dan membawa kepada keruntuhan serta
kemerosotan moral bagi dirinya sendiri. Setelah meninggal, orang-orang dengan
tipe ini akan terlahir di alam menderita.
Berbeda dengan tipe kedua dan keempat,
walaupun mungkin mereka tidak mengerti bahwa apa yang dialami dan dimiliki di
kehidupan sekarang merupakan buah dari perbuatan masa lampau. Namun, kedua tipe
orang ini memegang teguh nilai-nilai kebajikan. Berusaha untuk melakukan
hal-hal baik dan menghindari perbuatan buruk yang dapat merugikan diri sendiri
dan orang lain. Berkat perbuatan baik yang dilakukan, akan mengkondisikan hidup
bahagia di dunia ini maupun kelahiran selanjutnya.
Oleh karena itu, dalam kehidupan itu,
dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu kebaikan yang terpenting
adalah apa yang ada di dalam hati. Tidaklah penting berapa banyak hal yang
diperbuat atau apa yang orang lain nilai tentang kita. Jangan lakukan sesuatu
hanya supaya disukai dan dikagumi oleh orang lain. Tetapi, lakukan sesuatu
untuk menghargai diri sendiri, untuk menjadikan diri ini seseorang yang lebih
baik.
Dari keempat tipe orang yang terdapat di
dunia ini, kita termasuk jenis yang mana ? Hanya diri sendiri yang tahu.
Dari uraian di atas kita bisa memahami
bahwa, ketika seseorang dalam hidup ini melakukan hal-hal yang tidak baik entah
itu melalui pikiran, ucapan, atau jasmani, pada saat itu pula ia sedikit demi
sedikit mengkondisikan dirinya untuk lahir di alam penderitaan (kondisi gelap).
Sebaliknya, ketika seseorang berusaha mengisi hidupnya dengan hal-hal yang baik
sesuai dengan Dhamma, pada saat itu pula ia mengkondisikan dirinya untuk
terlahir di alam yang berbahagia (kondisi terang ).
Perbuatan baik yang
dilakukan oleh diri sendiri, merupakan sahabat baik pada masa yang akan datang
(Samyutta Nikaya 1, 37 ).
Oleh sebab itu, janganlah meremehkan
perbuatan baik atau perbuatan buruk, walaupun kecil, karena hal itu seperti
tetesan air yang jatuh di tempayan, semakin lama akan mengisi penuh tempayan
tersebut.
Semoga dengan mengerti hal ini, kita
selalu berusaha mengisi kehidupan dengan hal-hal yang bermanfaat dan menjadikan
Dhamma sebagai pelita penerang kehidupan.
Sumber :
Berita Dhammacakka No.
1058 tgl 19 Oktober 2014
Oleh : Bhikkhu
Indadharo
No comments:
Post a Comment