Pasang Iklan Di Sini

Friday, March 13, 2015

Ceramah Dhamma (24) : Kebajikan : Esensi Kehidupan Manusia

Kebajikan : Esensi Kehidupan Manusia
Attanance piyam janna rakkheyya nam sukaritam
Apabila orang mencintai diri sendiri, maka ia harus menjaga dirinya dengan baik.
(Dhammapada-Atta Vagga 157 )

      Kita terlahir sebagai manusia tidak lepas dari kekuatan kebajikan yang kita lakukan di masa lampau. Untuk bisa terlahir sebagai manusia, minimal mempunyai kebajikan moralitas atau Pancasila Buddhis. Dalam kitab suci Dhammapada, Sang Buddha menyatakan “Kiccho manussapatilabho” yang berarti “Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia.” Tanpa adanya buah kebajikan, sangat sulit bahkan tidak mungkin seseorang bisa terlahir di alam manusia. Oleh karena itu, sesulit apapunatau sebahagia apapun kondisi kita saat ini, hendaknya tidak melupakan perbuatan-perbuatan baik agar dapat meningkatkan kualitas hidup kita menjadi lebih bahagia. Karena perbuatan baik adalah praktik Dhamma.

      Mungkin sebagian orang ketika mendengar ajaran untuk melakukan praktik Dhamma langsung berpikir bahwa hal itu sangat sulit, sebab harus selalu mengikuti atthasila, mengikuti program samanera atau bahkan harus menjadi seorang bhikkhu. Sesungguhnya, pemikiran seperti demikian hanya akan menghambat seseorang untuk mempraktikkan Dhamma. Praktik Dhamma bukan hanya untuk para Bhikkhu, melainkan kebutuhan setiap orang bahkan semua mahluk. Praktik Dhamma bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti misalnya ikut membantu atau aktif dalam kegiatan di vihara.

      Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, perlu adanya pemahaman yang benar untuk mewujudkan keseimbangan dan keharmonnisan hidup. Umat Buddha tidak cukup hanya membaca buku-buku Dhamma atau memiliki pengetahuan teoritis Buddha Dhamma saja.

      Ketika seseorang sudah memahami serta memiliki pengertian yang benar akan apa yang dipelajari dan dilaksanakan, orang tersebut akan menyadari bahwa terlahir di alam manusia ini merupakan suatu berkah dan kesempatan emas bagi dirinya, karena, telah dapat mengenal Dhamma. Hal ini dikatakan Sang Buddha sendiri dalam Dhammapada “Kiccam saddhammassavanam” (Sungguh sulit dapat mendengarkan ajaran benar).

      Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk bisa mengenal Dhamma, bahkan walau ada kesempatan pun belum tentu seseorang mau berbuat sesuai Dhamma. Berbeda dengan anda yang telah membaca artikel ini sudah pasti mengenal atau bahkan memi;liki keyakinan terhadap Dhamma.

      Dalam Tamonata Sutta-Angutara Nikaya , Sang Buddha menjelaskan ada empat jenis manusia yang diumpamakan seperti :
1.      Orang yang dari gelap menuju gelap
2.      Orang yang dari gelap menuju terang
3.      Orang yang dari terang menuju gelap
4.      Orang yang dari terang menuju terang

      Bagaimanakah orang yang dari gelap menuju gelap? Ada orang di dunia ini yang telah lahir di keluarga miskin yang hidup serba kekurangan, memiliki pekerjaan yang kasar serta pendapatan kecil, memiliki sedikit makanan dan minuman, bertahan hidup dengan kesulitan, tidak berpendidikan atau memiliki keahlian, berpenampilan kurang menarik, cacat, atau bahkan berpenyakitan. Selain itu, mereka juga melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik melalui pikiran, ucapan, dan jasmani. Setelah meninggal, orang-orang seperti ini akan terlahir lagi di alam menderita.

      Yang kedua adalah orang yang dari gelap menuju terang. Tipe kedua ini kondisinya tida juah berbeda dengan tipe pertama yaitu telah lahir di keluarga miskin yang hidup serba kekurangan, memiliki pekerjaan yang kasar serta berpendapatan kecil, keluarga miskin yang hanya memiliki sedikit makanan dan minuman, bertahan hidup dengan kesulitan, tidak berpendidikan atau memiliki keahlian, berpenampilan kurang menarik, cacat atau bahkan berpenyakitan. Namun perbedaannya, mereka melakukan dan mengembangkan perbuatan baik melalui badan jasmani, ucapan maupun pikiran. Karena perbuatan baiknya setelah meninggal, orang-orang tipe ini akan terlahir lagi di alam bahagia.

      Selanjutnya tipe ketiga adalah orang yang dari terang menuju gelap. Di sini seseorang telah terlahir kembali di keluarga yang terpandang, hidup serba berkecukupan, berparas elok, menarik, anggun, memiliki kulit yang indah. Tetapi, mereka sering melakukan perbuatan buruk lewat tubuh, ucapan dan pikiran. Akibat perbuatan buruknya, setelah meninggal, mereka akan terlahir lagi di alam menderita.

      Tipe yang terakhir adalah orang yang dari terang menuju terang. Kondisi tipe keempat ini tidak jauh berbeda dengan tipe ketiga. Bedanya, tipe keempat ini sering melakukan kebajikan , berperilaku baik lewat tubuh, ucapan, maupun pikiran. Akibat dari perbuatannya ini, setelah meninggal , mereka akanterlahir di alam bahagia.

      Mengapa di dunia ini ada orang seperti tipe pertama yaitu dari gelap menuju gelap ? Hal ini karena ketidaktahuan akan hukum sebab-akibat. Ia tidak mengerti dan memahami bahwa kondisi tidak baik yang dialami dalam hidup ini tidak lepas dari buah perbuatan masa lampau yang pernah dilakukan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Sang Buddha dalam Cakkavati Sihanada Sutta bahwa ketika kemiskinan berkembang, akan mengkondisikan banyak kejahatan terjadi. Akibat dari perbuatan buruk yang dilakukan, setelah meninggal akan terlahir di alam menderita, yaitu : alam binatang (tirrachana), setan (peta), jin / raksasa (asura), dan alam neraka (niraya).

      Demikian pula, dengan tipe ketiga. Karena tidak mengerti bahwa Kondisi baik yang dimiliki saat ini adalah buah dari kebaikan yang pernah dilakukan. Banyak orang dari keluarga terpandang, karena ketamakan dan keserakahan yang tidak terbendung, mereka menyalahgunakan kepercayaan, jabatan dan kedudukan untuk meraup keuntungan dengan melakukan korupsi, pencucian uang ataupun penipuan. Selain itu, ia menggunakan harta yang dimiliki untuk berfoya-foya, berjudi, minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba, dan lain-lain. Padahal ketika mereka melakukan hal-hal demikian hanya membuat harta kekayaan cepat habis dan membawa kepada keruntuhan serta kemerosotan moral bagi dirinya sendiri. Setelah meninggal, orang-orang dengan tipe ini akan terlahir di alam menderita.

      Berbeda dengan tipe kedua dan keempat, walaupun mungkin mereka tidak mengerti bahwa apa yang dialami dan dimiliki di kehidupan sekarang merupakan buah dari perbuatan masa lampau. Namun, kedua tipe orang ini memegang teguh nilai-nilai kebajikan. Berusaha untuk melakukan hal-hal baik dan menghindari perbuatan buruk yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Berkat perbuatan baik yang dilakukan, akan mengkondisikan hidup bahagia di dunia ini maupun kelahiran selanjutnya.

      Oleh karena itu, dalam kehidupan itu, dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu kebaikan yang terpenting adalah apa yang ada di dalam hati. Tidaklah penting berapa banyak hal yang diperbuat atau apa yang orang lain nilai tentang kita. Jangan lakukan sesuatu hanya supaya disukai dan dikagumi oleh orang lain. Tetapi, lakukan sesuatu untuk menghargai diri sendiri, untuk menjadikan diri ini seseorang yang lebih baik.

      Dari keempat tipe orang yang terdapat di dunia ini, kita termasuk jenis yang mana ? Hanya diri sendiri yang tahu.

      Dari uraian di atas kita bisa memahami bahwa, ketika seseorang dalam hidup ini melakukan hal-hal yang tidak baik entah itu melalui pikiran, ucapan, atau jasmani, pada saat itu pula ia sedikit demi sedikit mengkondisikan dirinya untuk lahir di alam penderitaan (kondisi gelap). Sebaliknya, ketika seseorang berusaha mengisi hidupnya dengan hal-hal yang baik sesuai dengan Dhamma, pada saat itu pula ia mengkondisikan dirinya untuk terlahir di alam yang berbahagia (kondisi terang ).

Perbuatan baik yang dilakukan oleh diri sendiri, merupakan sahabat baik pada masa yang akan datang (Samyutta Nikaya 1, 37 ).

      Oleh sebab itu, janganlah meremehkan perbuatan baik atau perbuatan buruk, walaupun kecil, karena hal itu seperti tetesan air yang jatuh di tempayan, semakin lama akan mengisi penuh tempayan tersebut.

      Semoga dengan mengerti hal ini, kita selalu berusaha mengisi kehidupan dengan hal-hal yang bermanfaat dan menjadikan Dhamma sebagai pelita penerang kehidupan.

Sumber :
Berita Dhammacakka No. 1058 tgl 19 Oktober 2014
Oleh : Bhikkhu Indadharo





No comments:

Post a Comment