PATTIDANA
Tirokuddesu
titthanti, sandhisinghatakesu ca
Dvarabahasu
titthanti, agantvana sakam gharam
Para
mendiang datang ke rumah mereka masing-masing, berdiri di luar dinding rumah,
di perempatan jalan, di pertigaan jalan dan di dekat daun pintu.
(Tirokudda Sutta)
Pada suatu hari , raja Bimbisara berdana
makanan kepada Sang Buddha dan siswa-siswa Beliau. Tetapi setelah berdana makan
kepada Sang Buddha, dan siswa-siswa Beliau, raja lupa melakukan pelimpahan
jasa. Raja lupa melimpahkan jasa kebajikannya kepada sanak saudaranya yang
terlahir di alam peta, menjadi mahluk peta selama 92 kalpa. Pada waktu itu raja
sibuk memikirkan “tempat” untuk Sang Buddha dan siswa-siswa-Nya, tempat untuk
bervassa.
Malam harinya, Raja Bimbisara tidak bisa
tidur, beliau mendengar suara-suara jeritan yang mengerikan, teriakan-teriakan
putus asa yang mengerikan. Sepanjang malam raja tidak bisa tidur hingga pagi
hari.
Pagi harinya, karena tidak bisa tidur
semalam suntuk, maka wajah raja menjadi pucat pasi, beliau terganggu oleh jeritan-jeritan
putus asa yang mengerikan, suara-suara jeritan dari alam peta.
Raja pergi menemui Sang Buddha, raja
menceritakan pengalamannya mendengarkan suara-suara jeritan putus asa dan
bertanya kepada Sang Buddha : “Bhante, apakah yang akan terjadi pada diri saya,
dan ciri-ciri apakah itu , yang mengganggu saya sepanjang malam ? Apakah ini
suatu pertanda yang buruk bagi saya sebagai raja , Bhante ?”
Sang Buddha dengan tenang memberikan
jawaban kepada raja : “Raja yang Agung, tidak akan terjadi apapun pada dirimu
raja ! Yang terjadi sebenarnya adalah : sanak saudaramu yang terlahir di alam
peta menjadi mahluk peta, selama Sembilan puluh dua kalpa, mereka telah lama
menunggu dan menurut kamma mereka, sudah waktunya mereka mendapatkan pelimpahan
jasa.”
“Kalau demikian halnya, apakah mereka
bisa mendapatkan pelimpahan jasa hari ini ?” Raja bertanya kepada Sang Buddha.
Sang Buddha memberikan jawaban bahwa : “Hal itu bisa dilakukan hari ini.”
Raja Bimbisara menjadi semangat dan
mengundang Sang Buddha serta Bhikkhu Sangha untuk menerima dana makan di istana
raja, Sang Buddha menyetujui dengan berdiam diri.
Raja kembali ke istana, memberi instruksi
kepada pelayan istana untuk mempersiapkan dana makanan yang besar dan meriah
kepada Sang Buddha dan siswa-siswa Beliau. Beraneka makanan dan minuman
dipersiapkan oleh raja, juga kain jubbah serta tempat tinggal untuk
murid-muridNya. Setelah semuanya siap, raja mempersilahkan Sang Buddha dan
siswa-siswa-Nya memasuki ruang istana.
Ketika sampai di ruang istana raja, Sang
Buddha dengan menggunakan kekuatan batin-Nya, mampu membuka tabir sehingga raja
bisa melihat mahluk peta yag jumlahnya ribuan, mereka berdiri berderet-deret
dengan tubuh kurus kering tinggal kulit pembalut tulang, urat-urat nadinya
menonjol keluar, rambut kusut seperti ijuk – sungguh suatu pemandangan yang
sangat mengerikan. Raja merasa kasihan dengan mahluk-mahluk peta tersebut.
Oleh karena itu, raja mulai melayani Sang
Buddha dengan mempersembahkan air, dengan pikiran :”Semoga jasa dari
mempersembahkan air ini, jasanya melimpah pada sanak saudaraku yang terlahir di
alam peta. Ketika air itu disentuh dan diterima oleh Sang Buddha, saat itu juga
muncul keajaiban : di alam peta muncul kolam-kolam air yang dalam, persegi
empat, airnya jernih, dan di sana juga tumbuh bunga teratai. Raja bisa melihat
semua kejadian di alam peta – sekarang mahluk peta bisa minum sepuasnya dan
mandi sepuasnya. Tubuh mahluk peta sekarang menjadi segar.
Raja menjadi semakin bersemangat, raja
kemudian mempersembahkan bubur beras kepada Sang Buddha, ketika bubur beras itu
disentuh dan diterima oleh Sang Buddha, maka di alam peta seketika muncul
makanan-makanan surgawi yang lezat-lezat, sehingga tubuh mahluk peta berubah
menjadi segar, sehat dan padat, berisi dan bercahaya. Mahluk peta telah berubah
menjadi mahluk surgawi, oleh karena itu, raja semakin bersemangat
mempersembahkan kain jubbah dan tempat tinggal.
Sekarang mahluk peta berubah menjadi
mahluk dewa dan dewi dengan istana yang megah. Raja merasa puas dengan
kemuliaan yang telah dialami oleh sanak saudaranya menjadi dewa-dewi yang
cemerlang.
Sabbe Satta Bhavantu
Sukhitatta
Ceramah Oleh : Bhikkhu
Khemaviro tanggal 15 Maret 2015
Sumber : Berita
Dhammacakka No. 1079 tanggal 15 Maret 2015
No comments:
Post a Comment