NILAI
DARI MENYENDIRI
Manusia terbiasa dengan keributan dan
berbicara dan mereka merasa kesepian jika tidak berbicara dan dikucilkan. Namun
jika kita melatih diri dalam seni berdiam diri, maka pasti kita akan
menyenanginya. Pisahkanlah dan jauhkanlah dirimu dari kebisingan dan
ketergesaan dan ingatlah bahwa ada kedamaian dalam kesunyian. Kita harus
menyediakan waktu menarik diri dari untuk mencari kesunyian. Sekali waktu kita
harus menjauhi kesibukan agar mendapatkan keheningan. Ini merupakan suatu keadaan
damai dan tenang. Di saat menyendiri, kita akan mengalami hakekat yang berguna
dari ‘mengheningkan cipta’. Kita melakukan perjalanan ke dalam diri kita. Jika
kita memasuki keadaan diam maka kita sama sekali sendirian untuk mampu
memeriksa diri kita sendiri dan mampu melihat diri sendiri sebagaimana adanya, kemudian kita mampu
mengatasi kelemahan diri dan keterbatasan kemampuan diri dalam pengalaman yang
sederhana.
Waktu yang dipakai untuk menyendiri
sesungguhnya bukan suatu pemborosan, malahan membentuk pribadi kuat. Yang ini
merupakan suatu simpanan yang berharga kelak bagi pekerjaan kita sehari-hari
dan kemajuannya, jika kita setiap hari mampu menyediakan waktu untuk menyendiri
dan melakukan perenungan di keheninigan. Sesungguhnya hal ini sama sekali bukan
pelarian atau hidup berkhayal, namun cara terbaik untuk menguatkan pikiran dan
menumbuhkan sifat-sifat baik pada pikiran / batin. Dengan menyelami pikiran
sendiri serta perasaan yang timbul maka orang dapat mengetahui arti dan guna
sesuatu dengan sebenarnya dan menemukan kekuatan yang terletak dalam diri.
Manusia modern mencari kebahagiaan di
luar dirinya yang seharusnya dicari di dalam dirinya sendiri. Ia menjadi Extrovert. Kebahagiaan tidak
terletak di luar dirinya. Peradaban modern bukan merupakan suatu berkah yang
tidak campur aduk. Nampaknya manusia membawa dunia luar ke dalam kekuasannya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi. Seakan menjanjikan kesanggupannya membuat dunia
menjadi suatu surge. Kini di mana-mana orang sibuk tanpa henti berusaha di
dalam memperbaiki dunia. Para ahli mengajar metode dan hasil percobannya tanpa
rasa jemu dan penuh keyakinan. Usaha dan perjuangan manusia untuk dapat
mengungkapkan rahasia alam berlangsung terus. Penemuan baru dan metode
komunikasi serta hubungan memberikan hasil yang mempesona. Semua perbaikan ini
walaupun bermanfaat dan bersifat khusus di bidang materi dan untuk luar batin
manusia. Sekalipun begitu, manusia tidak mampu mengendalikan pikirannya
sendiri, ia tidak menjadi lebih baik dari ilmunya. Bagaimanapun di dalam gerak
batin dan jasmani manusia nyatanya terdapat keanehan yang tidak mampu
diungkapkan sekalipun para ahli ilmu pengetahuan telah menyibukkan dirinya
selama bertahun-tahun.
Orang selalu mencari jalan keluar bagi
berbagai persoalannya , namun selalu gagal, sebab betode dan pendekatannya
keliru. Mereka mengira bahwa seluruh persoalan bisa diatasi dari segi luar.
Sebagian besar problema sebenarnya berada di dalam. Ia timbul dari dunia di
dalam, oleh sebab itu pemecahannya harus dicari ke dalam juga.
Kita dengar bahwa orang yang
memperhatikan pencemaran lingkungan telah memperdengarkan keberatannya terhadap
pencemaran udara, laut, dan darat. Namun bagaimana dengan pencemaran batin kita
? Sebagaimana Sang Buddha menunjukkan :
“ Sejak lama batin manusia dikotori oleh keserakahan, kebencian, dan kebodohan
batin. Kekotoran batin membuat manusia tidak suci, pembersihan batin membuat
mereka suci ”. Hidup secara Buddhis merupakan proses yang terus menerus dari
pembersihan atas perbuatan, perkataan dan pikiran. Ini berupa usaha
mengembangkan pemurnian diri sendiri di dalam menyucikan penyadaran diri.
Penekanan ada pada hasil-hasil praktis dan bukan pada spekulasi kejiwaan atau
analisa logika yang tidak nyata, oleh karena itulah menjadi kebutuhan
sehari-hari untuk berlatih meditasi sebentar yang bagaikan seekor induk ayam
yang sedang mengerami telornya, sebab hamper seluruh waktu kita hanya
dihabiskan bagai seekor tupai dalam kandang yang berputar terus.
Meditasi bukan merupakan pelaksanaan kemarin atau kini. Sejak dahulu kala orang
telah melakukannya dengan berbagai cara; para yogi, orang suci dan pencari
Penerangan Sempurna dari tiap zaman
telah melakukannya dan telah memperoleh hasilnya dan mencapainya melalui
meditasi. Tak pernah ada dan tak mungkin ada suatu pembentukan akhlak atau
pembersihan batin tanpa melalui meditasi adalah jalan yang dipergunakan oleh
Sang Buddha Sidharta Gotama untuk mencapai tingkat tertinggi dari Kebijaksanaan
Mutlak.
Meditasi bukan hanya bagi India atau
hanya untuk Zaman Sang Buddha, namun untuk semua manusia pada situasi dan
kondisi yang bagaimanapun. Batas kesukuan, agama, batas waktu ataupun ruang
tidaklah menjadi halangan untuk melakukan meditasi.
Semua agama mengajarkan semacam meditasi
untuk mengembangkan batin manusia yang bisa berupa berdoa diam atau membaca
sendirian atau bersama-sama Paritta atau doa tertentu atau berkonsentrasi pada
suatu obyek yang suci, baik objek orang ataupun ide. Dan diyakini bahwa latihan
batin seperti itu kadang kala membuat orang mampu melihat bayangan orang suci
atau sedang terlibat berbicara dengan mereka atau mendengar suara atau
penampilan yang gaib. Apakah semua itu khayal, ilusi, halusinasi belaka atau
sekedar proyeksi bawah sadar atau gejala yang sungguh, tak dapat dikatakan
dengan pasti. Batin merupakan kekuatan tersembunyi yang mampu menghasilkan
gejala demikian.
Keadaan tak sadarkan diri sejauh ini
dikembangkan oleh para yogi dan ahli mistik tertentu hingga menjadi sesuatu
yang tidak baik dipandang, namun mereka sendiri tidak merasakan apa-apa sama
sekali. Kita telah menyaksikan orang dalam sikap meditasi yang terjatuh ke
dalam keadaan koma dan tampaknya kehilangan daya piker. Yang menyaksikan
menjadi salah terka, jika berpendapat itu adalah suatu jenis meditasi
(bhavana).
Kitab suci Buddhis memberi tahu bahwa
dengan melalui kedalaman meditasi (Jhana
atau dhyana), dengan mengembangkan
kemampuan batin maka orang akan mampu memperkembangkan kekuatan batin. Namun
amat penting untuk diingat, bahwa Jhana
Buddhis sama sekali bukan suatu keadaan menghipnotis keadaan diri sendiri atau
suatu keadaan penciptaan keadaan koma (lupa diri). Jhana Buddhis merupakan keadaan batin yang bersih ; gangguan berupa
keinginan dan dorongan hati telah mereda hingga batin menyatu untuk selanjutnya
memberi keadaan kesadaran dan perhatian yang sempurna.
Amat menaik mengamati gejala demikian,
para penyelidik dan ahli jiwa dapat menerima dan membenarkannya. Perhatian
terhadap pandangan bawah sadar (kemampuan atau daya serap indera keenam), pada
terapan ilmu jiwa secara perlahan memperoleh dukungan dan hasil yang diperoleh
di luar dari dugaan semula. Semuanya ini sebenarnya hanya berupa hasil
sampingan yang tidak bergitu berarti jika dibandingkan dengan kebebasan akhir
seseorang yang terbebas dari segala nafsu dan ikatan duniawi dan akhirnya
berhasil mencapai kebebasan mutlak.
Meditasi yang diajarkan di dalam Agama
Buddha tidak bertujuan untuk menyatukan diri dengan mahluk super ataupun untuk
memperoleh pengalaman mistik ataupun untuk menghipnotis diri sendiri. Tujuan
meditasi adalah untuk mencapai ketenangan batin (samatha) dan Pandangan Terang
(Vipassana), dengan tujuan akhir satu-satunya untuk memperoleh keadaan batin
yang tidak tergoyahkan (akuppa ceto vimutti), jaminan tertinggi untuk terbebas
dari semua belenggu batin dengan mengikis habis semua kekotoran batin. Tidak
semua orang mampu mencapai tingkatan yang tertinggi ini yang merupakan
kebebasan total dari batin, namun segala kegagalan tidak berarti, asal kita
tetap tekun dan bersungguh-sungguh serta bertekad baik. Mari kita usahakan dan
jangan ragu-ragu. Cukup berharga untuk terus diusahakan. Pada suatu saat, walau
tidak dalam kehidupan yang sekarang, jika tetap tekun maka akan mencapai
tingkat yang tertinggi.
Sekalipun kita gagal mencapai tingkat
kebijaksanaan yang tertinggi, kita akan tetap mendapatkan pahala dan usaha
kita. Masyarakat yang bergerak cepat memerlukan meditasi walaupun sedikit untuk
melenyapkan ketegangan dan tekanan serta untuk
bertahan terhadap perubahan yang dibawa kehidupan. Dengan meditasi kita
dapat mengatasi persoalan kita yang bersifat kejiwaan ataupun problema yang
berkenaan dengan kejiwaan seperti kegelisahan, emosi dan dorongan hati ;
meditasi akan meningkatkan kedamaian dan ketenangan yang kita dambakan.
Sumber : Buku berjudul “Meditasi
Buddhis
Judul Asli : “Buddhis
Meditation”
Oleh : Piyadassi Thera
No comments:
Post a Comment