Pasang Iklan Di Sini

Saturday, March 28, 2015

NILAI DARI MENYENDIRI

NILAI DARI MENYENDIRI

      Manusia terbiasa dengan keributan dan berbicara dan mereka merasa kesepian jika tidak berbicara dan dikucilkan. Namun jika kita melatih diri dalam seni berdiam diri, maka pasti kita akan menyenanginya. Pisahkanlah dan jauhkanlah dirimu dari kebisingan dan ketergesaan dan ingatlah bahwa ada kedamaian dalam kesunyian. Kita harus menyediakan waktu menarik diri dari untuk mencari kesunyian. Sekali waktu kita harus menjauhi kesibukan agar mendapatkan keheningan. Ini merupakan suatu keadaan damai dan tenang. Di saat menyendiri, kita akan mengalami hakekat yang berguna dari ‘mengheningkan cipta’. Kita melakukan perjalanan ke dalam diri kita. Jika kita memasuki keadaan diam maka kita sama sekali sendirian untuk mampu memeriksa diri kita sendiri dan mampu melihat diri sendiri  sebagaimana adanya, kemudian kita mampu mengatasi kelemahan diri dan keterbatasan kemampuan diri dalam pengalaman yang sederhana.

      Waktu yang dipakai untuk menyendiri sesungguhnya bukan suatu pemborosan, malahan membentuk pribadi kuat. Yang ini merupakan suatu simpanan yang berharga kelak bagi pekerjaan kita sehari-hari dan kemajuannya, jika kita setiap hari mampu menyediakan waktu untuk menyendiri dan melakukan perenungan di keheninigan. Sesungguhnya hal ini sama sekali bukan pelarian atau hidup berkhayal, namun cara terbaik untuk menguatkan pikiran dan menumbuhkan sifat-sifat baik pada pikiran / batin. Dengan menyelami pikiran sendiri serta perasaan yang timbul maka orang dapat mengetahui arti dan guna sesuatu dengan sebenarnya dan menemukan kekuatan yang terletak dalam diri.

      Manusia modern mencari kebahagiaan di luar dirinya yang seharusnya dicari di dalam dirinya sendiri.  Ia menjadi Extrovert. Kebahagiaan tidak terletak di luar dirinya. Peradaban modern bukan merupakan suatu berkah yang tidak campur aduk. Nampaknya manusia membawa dunia luar ke dalam kekuasannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi. Seakan menjanjikan kesanggupannya membuat dunia menjadi suatu surge. Kini di mana-mana orang sibuk tanpa henti berusaha di dalam memperbaiki dunia. Para ahli mengajar metode dan hasil percobannya tanpa rasa jemu dan penuh keyakinan. Usaha dan perjuangan manusia untuk dapat mengungkapkan rahasia alam berlangsung terus. Penemuan baru dan metode komunikasi serta hubungan memberikan hasil yang mempesona. Semua perbaikan ini walaupun bermanfaat dan bersifat khusus di bidang materi dan untuk luar batin manusia. Sekalipun begitu, manusia tidak mampu mengendalikan pikirannya sendiri, ia tidak menjadi lebih baik dari ilmunya. Bagaimanapun di dalam gerak batin dan jasmani manusia nyatanya terdapat keanehan yang tidak mampu diungkapkan sekalipun para ahli ilmu pengetahuan telah menyibukkan dirinya selama bertahun-tahun.

      Orang selalu mencari jalan keluar bagi berbagai persoalannya , namun selalu gagal, sebab betode dan pendekatannya keliru. Mereka mengira bahwa seluruh persoalan bisa diatasi dari segi luar. Sebagian besar problema sebenarnya berada di dalam. Ia timbul dari dunia di dalam, oleh sebab itu pemecahannya harus dicari ke dalam juga.

      Kita dengar bahwa orang yang memperhatikan pencemaran lingkungan telah memperdengarkan keberatannya terhadap pencemaran udara, laut, dan darat. Namun bagaimana dengan pencemaran batin kita ?  Sebagaimana Sang Buddha menunjukkan : “ Sejak lama batin manusia dikotori oleh keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Kekotoran batin membuat manusia tidak suci, pembersihan batin membuat mereka suci ”. Hidup secara Buddhis merupakan proses yang terus menerus dari pembersihan atas perbuatan, perkataan dan pikiran. Ini berupa usaha mengembangkan pemurnian diri sendiri di dalam menyucikan penyadaran diri. Penekanan ada pada hasil-hasil praktis dan bukan pada spekulasi kejiwaan atau analisa logika yang tidak nyata, oleh karena itulah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk berlatih meditasi sebentar yang bagaikan seekor induk ayam yang sedang mengerami telornya, sebab hamper seluruh waktu kita hanya dihabiskan bagai seekor tupai dalam kandang yang berputar terus.

      Meditasi bukan merupakan pelaksanaan  kemarin atau kini. Sejak dahulu kala orang telah melakukannya dengan berbagai cara; para yogi, orang suci dan pencari Penerangan Sempurna  dari tiap zaman telah melakukannya dan telah memperoleh hasilnya dan mencapainya melalui meditasi. Tak pernah ada dan tak mungkin ada suatu pembentukan akhlak atau pembersihan batin tanpa melalui meditasi adalah jalan yang dipergunakan oleh Sang Buddha Sidharta Gotama untuk mencapai tingkat tertinggi dari Kebijaksanaan Mutlak.

      Meditasi bukan hanya bagi India atau hanya untuk Zaman Sang Buddha, namun untuk semua manusia pada situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Batas kesukuan, agama, batas waktu ataupun ruang tidaklah menjadi halangan untuk melakukan meditasi.

      Semua agama mengajarkan semacam meditasi untuk mengembangkan batin manusia yang bisa berupa berdoa diam atau membaca sendirian atau bersama-sama Paritta atau doa tertentu atau berkonsentrasi pada suatu obyek yang suci, baik objek orang ataupun ide. Dan diyakini bahwa latihan batin seperti itu kadang kala membuat orang mampu melihat bayangan orang suci atau sedang terlibat berbicara dengan mereka atau mendengar suara atau penampilan yang gaib. Apakah semua itu khayal, ilusi, halusinasi belaka atau sekedar proyeksi bawah sadar atau gejala yang sungguh, tak dapat dikatakan dengan pasti. Batin merupakan kekuatan tersembunyi yang mampu menghasilkan gejala demikian.

      Keadaan tak sadarkan diri sejauh ini dikembangkan oleh para yogi dan ahli mistik tertentu hingga menjadi sesuatu yang tidak baik dipandang, namun mereka sendiri tidak merasakan apa-apa sama sekali. Kita telah menyaksikan orang dalam sikap meditasi yang terjatuh ke dalam keadaan koma dan tampaknya kehilangan daya piker. Yang menyaksikan menjadi salah terka, jika berpendapat itu adalah suatu jenis meditasi (bhavana).

      Kitab suci Buddhis memberi tahu bahwa dengan melalui kedalaman meditasi (Jhana atau dhyana), dengan mengembangkan kemampuan batin maka orang akan mampu memperkembangkan kekuatan batin. Namun amat penting untuk diingat, bahwa Jhana Buddhis sama sekali bukan suatu keadaan menghipnotis keadaan diri sendiri atau suatu keadaan penciptaan keadaan koma (lupa diri). Jhana Buddhis merupakan keadaan batin yang bersih ; gangguan berupa keinginan dan dorongan hati telah mereda hingga batin menyatu untuk selanjutnya memberi keadaan kesadaran dan perhatian yang sempurna.

      Amat menaik mengamati gejala demikian, para penyelidik dan ahli jiwa dapat menerima dan membenarkannya. Perhatian terhadap pandangan bawah sadar (kemampuan atau daya serap indera keenam), pada terapan ilmu jiwa secara perlahan memperoleh dukungan dan hasil yang diperoleh di luar dari dugaan semula. Semuanya ini sebenarnya hanya berupa hasil sampingan yang tidak bergitu berarti jika dibandingkan dengan kebebasan akhir seseorang yang terbebas dari segala nafsu dan ikatan duniawi dan akhirnya berhasil mencapai kebebasan mutlak.

      Meditasi yang diajarkan di dalam Agama Buddha tidak bertujuan untuk menyatukan diri dengan mahluk super ataupun untuk memperoleh pengalaman mistik ataupun untuk menghipnotis diri sendiri. Tujuan meditasi adalah untuk mencapai ketenangan batin (samatha) dan Pandangan Terang (Vipassana), dengan tujuan akhir satu-satunya untuk memperoleh keadaan batin yang tidak tergoyahkan (akuppa ceto vimutti), jaminan tertinggi untuk terbebas dari semua belenggu batin dengan mengikis habis semua kekotoran batin. Tidak semua orang mampu mencapai tingkatan yang tertinggi ini yang merupakan kebebasan total dari batin, namun segala kegagalan tidak berarti, asal kita tetap tekun dan bersungguh-sungguh serta bertekad baik. Mari kita usahakan dan jangan ragu-ragu. Cukup berharga untuk terus diusahakan. Pada suatu saat, walau tidak dalam kehidupan yang sekarang, jika tetap tekun maka akan mencapai tingkat yang tertinggi.

      Sekalipun kita gagal mencapai tingkat kebijaksanaan yang tertinggi, kita akan tetap mendapatkan pahala dan usaha kita. Masyarakat yang bergerak cepat memerlukan meditasi walaupun sedikit untuk melenyapkan ketegangan dan tekanan serta untuk  bertahan terhadap perubahan yang dibawa kehidupan. Dengan meditasi kita dapat mengatasi persoalan kita yang bersifat kejiwaan ataupun problema yang berkenaan dengan kejiwaan seperti kegelisahan, emosi dan dorongan hati ; meditasi akan meningkatkan kedamaian dan ketenangan yang kita dambakan.  

Sumber : Buku berjudul “Meditasi Buddhis
Judul Asli : “Buddhis Meditation”

Oleh : Piyadassi Thera


No comments:

Post a Comment