MENIMBUN
HARTA KEKAYAAN YANG SEJATI
Yassa
danena silena, Sannamena damena ca
Nidhi
sunihito hoti, Itthiya purisassa va
Harta
karun berupa kebajikan dengan berdana, bertata susila, dan dengan pencegahan
serta penahanan diri (dari keburukan) adalah pemendaman harta karun yang baik
bagi wanita ataupun pria.
(Nidhikanda
Sutta)
Salah satu harapan perumah tangga pada
umumnya adalah memiliki harta kekayaan. Harta kekayaan ini adalah salah satu
hal terpenting dalam kehidupan. Tanpa memiliki harta kekayaan, perumah tangga
akan mengalami kesulitan dalam hidup, sebab kebutuhan hidup seperti makanan,
pakaian, tempat tinggal, serta yang lainnya adalah harta kekayaan paling dasar
yang harus dimiliki. Oleh karena itu, setiap perumah tangga berusaha mencari
harta kekayaan dalam hidupnya. Karena begitu pentingnya harta kekayaan ,
umumnya tanpa sadar orang menghabiskan banyak waktunya untuk mengumpulkan harta
kekayaan. Bahkan umumnya seperti saat ini orang dalam mengumpulkan harta sampai
lupa diri. Seperti saat ini banyak orang terlibat ksaus korupsi, merampok,
menipu karena demi mendapatkan harta materi.
Mengumpulkan
Harta Materi
Sebagai umat Buddha, memiliki harta
kekayaan adalah sah saja, asal didapat dari cara yang baik. Dalam Vyagghapajja
Sutta, Anuttara Nikaya, Sang Buddha memberikan nasehat kepada seorang upasaka
bernama Dighajanu dari suku Koliya, perihal mendapatkan kebahagiaan duniawi
saat ini. Ada empat cara dalam mendapatkannya yaitu: (a) rajin dan bersemangat
dalam bekerja mencari nafkah; (b) menjaga dengan hati-hati harta kekayaan yag
telah didapatkan ; (c) memiliki teman yang baik dan tidak bergaul dengan orang
jahat; (d) hidup seimbang (tidak boros, tidak kikir). Dengan menerapkan empat
cara yang ditunjukkan Sang Buddha, seseorang akan mendapatkan kekayaan materi
dalam hidup saat ini.
Alasan
Menimbun Harta
Setelah mendapatkan harta kekayaan orang
pada umumnya akan menyimpan / menimbun hartanya tersebut. Seperti saat ini
orang menabung uangnya di bank untuk didepositokan, atau diinvestasikan dengan
membeli emas, dan saat ini yang baru marak adalah dengan menginvestasikan pada
property. Dalam Nidhikanda Sutta dijelaskan ada alasan-alasan seseorang
menimbun hartanya yaitu; karena berpikir di saat harus melakukan sesuatu yang
penting. Harta ini akan bermanfaat bagiku. Hal penting ini seperti ketika
sedang sakit dengan memiliki kekayaan, kekayaan itu dapat digunakan untuk pergi
berobat atau membeli obat. Seperti sedang butuh rumah, hartanya itu dapat
digunakan untuk membuat rumah. Serta seperti saat anaknya mau masuk sekolah,
perlu beli seragam, bayar uang pangkal, dan lain-lain, maka kekayaannya dapat
digunakan kembali.
Atau untuk menghindari gunjingan raja.
Seperti di zaman Sang Buddha orang menyimpan hartanya karena khawatir, kalau
ketahuan oleh raja bahwa memiliki harta banyak, hartanya itu dapat diminta
raja. Oleh karena itu orang menyimpan hartanya. Selain itu, orang menyimpan
hartanya karena takut dapat ancaman perampok. Memang sudah barang umum ketika
seseorang memiliki harta kekayaan tentu ada rasa takut sehingga hartanya akan
disimpan agar tidak dirampok. Orang menyimpan hartanya untuk mengatasi paceklik
atau untuk saat ada musibah. Inilah alasan-alasan seseorang menyimpan harta
kekayaannya.
Kelemahan
Harta Materi
Karena alasan itulah seseorang menimbun harta
kekayaannya, tetapi ada kelemahan dari menyimpan harta kekayaan berupa materi.
Dalam Nidhikanda Sutta juga dijelaskan kelemahan dari menyimpan harta kekayaan
berupa materi yaitu pada saat menyimpan
harta kekayaan itu, harta kekayaan itu dapat bergeser dari tempatnya, harta
kekayaannya itu juga dapat terlupakan dari ingatannya, atau Naga mungkin
memindahkannya, Yakkha mungkin mengambilnya, serta ahli waris yang tak dicintai
mungkin mengangkatnya ketika ia lengah. Apalagi ketika timbunan kebajikannya habis,
semua harta kekayaannya itu akan lenyap. Jadi, saat timbunan kebajikan
seseorang telah habis, apapun yang dimilikinya akan lenyap meninggalkan
dirinya.
Harta
Kebajikan
Setelah menyadari kelemahan harta
kekayaan materi, seseorang hendaknya menggunakan sebagian kekayaan materi yang
telah dimiliki untuk membuat harta berupa kebajikan. Harta kebajikan itu dapat
diperoleh dengan berdana, beratta susila, dan dengan pencegahan dan penahanan
diri dari keburukan yang merupakan simpanan harta yang terbaik. Dengan
melakukan hal-hal demikian seseorang telah menyimpan harta yang terbaik. Harta
berupa kebajikan tiada seorangpun yang dapat menjamahnya. Sebab harta kebajikan
tidak dapat dilihat, tidak dapat dipegang, tidak dapat diukur, sehingga tidak
ada seorangpun yang bisa menjamahnya, perampok pun tidak dapat merampasnya.
Harta kebajikan itu mengikuti pelakunya,
dalam hal ini harta kebajikan ebrbeda dengan hata materi. Kalau harta materi
akan terbawa jika dibawa pelakunya, tetapi jika tidak dibawa harta materi akan tertinggal.
Tetapi berbeda dengan harta kebajikan, meskipun tidak dibawa, harta kekayaan
berupa kebajikan akan mengikuti pelakunya. Laksana baying-bayang yang tidak
terlepas dari bendanya. Selain itu harta kebajikan akan terbawa pelakunya pada
saat meninggal. Sebab harta kebajikan juga sebagai arah kemana seseorang akan
terlahir kembali setelah kematian.
Manfaat
Harta Kebajikan
Seringkali seseorang tidak mengetahui
manfaat dari menyimpan harta berupa kebajikan. Akibatnya orang lebih menyukai
menyimpan harta materi daripada harta berupa kebajikan. Padahal harta berupa
kebajikan lebih banyak manfaatnya ketimbang harta materi. Di dalam Nidhikanda
Sutta juga dijelaskan manfaat memiliki harta berupa kebajikan seperti :
mengabulkan segala keinginan para dewa dan manusia. Pahala-pahala apapun yang
dikehendaki para dewa dan manusia akan diperoleh. Jadi, manfaat dari kebajikan
adalah mengabulkan segala keinginan atau hal-hal yang dicita-citakan menjadi
suatu kenyataan.
Manfaat kebajikan selanjutnya adalah
lahir dengan paras yang indah, suara yang merdu, perawakan yang menawan, rupa
yang elok, kekuasaan dan pengikut juga diperoleh dari memiliki harta berupa
kebajikan. Selain itu harta berupa kebajikan mengantar seseorang menjadi
penguasa wilayah, berkedudukan tinggi. Kebahagiaan menjadi kaisar yang dicintai
dan juga menjadi raja para dewa di alam kedewaan juga diperoleh melalui harta
berupa kebajikan.
Harta kebajikan ini juga dapat
mengantarkan seseorang mendapat kekayaan di alam manusia, kesenangan di alam
surga dan pencapaian Nibbana. Ini semua juga dapat diperoelh dari timbunan
harta kebajikan. Demikian banyak manfaat dapat diperoelh jika seseorang
memiliki harta berupa kebajikan. Oleh karena itu hendaknya kita selain mencari
dan mengumpulkan harta berupa materi, hendaknya tiadk menyia-nyiakan diri atau
menunda-nunda untuk berbuat kebajikan.
Dengan penjelasan di atas, semoga
menumbuhukan keyakinan serta meningkatkan semangat dalam berbuat kebajikan.
Semoga Anda berbahagia.
Semoga Semua Mahluk
Hidup Berbahagia.
Ceramah oleh Bhikkhu
Atthadhiro tanggal 17 November 2013.
Sumber : Berita
Dhammacakka No. 1008 tanggal 17 November 2013.
No comments:
Post a Comment