NODA-NODA
BATIN ANTARA BERTAMBAH ATAU BERKURANG
Sukarani asadhuni,
Attano ahitani ca
Yam ve hitanca
sadhunca, Tam ve paramadukkaran’ti.
Sungguh
mudah untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat.
(Dhammapada
163).
Setiap orang yang memang masih awam (putthujana) tentu masih memiliki
persoalan yang nyata-nyata sulit dalam menghadapi dan menyikapinya. Ada juga
orang-orang tertentu yang sudah merasa sedikit lebih mapan atau sedikit lebih
stabil dalam sikap hidupnya sehari-hari. Kondisi batin seseorang bisa
berubah-ubah dalam jangka waktu sangat singkat dan cepat. Bisa naik, bisa juga
berubah turun sepat sekali. Memang sungguh sulit untuk melakukan hal-hal yang
baik dan bermanfaat, tapi mudah untuk berbuat sesuatu yang tidak baik dan tidak
bermanfaat.
Dalam Sabbasava
Sutta, Majjhima Nikaya, Sang Buddha bersabda kepada para bhikkhu, “Para
bhikkhu, kukatakan bahwa hancurnya noda-noda batin adalah bagi orang yang
melihat dan mengerti, bukan bagi orang yang tidak melihat dan tidak mengerti.
Yang melihat dan mengerti apa ? Perhatian yang bijaksana dan perhatian yang
tidak bijaksana. Jika orang memperhatikan dengan tidak bijaksana, maka
noda-noda batin yang tadinya belum muncul akan muncul, sedangkan noda-noda
batin yang telah muncul akan berkembang / meningkat. Jika orang memperhatikan
dengan bijaksana, maka noda-noda batin yang tadinya belum muncul tidak akan
muncul, sedangkan noda-noda batin yang telah muncul akan dilepas ditinggalkan.”
Noda-noda
batin yang dapat ditinggalkan dengan “melihat” (dassana)
Seorang awam (putthujjana) yang tidak mempedulikan para ariya, tidak terlatih dan
tidak disiplin dalam ariyadhamma, tidak mengerti ariyadhamma (hal-hal) yang pantas diperhatikan dan hal-hal apa yang
tidak pantas diperhatikan. Karena tidak mengerti, tidak terlatih, tidak
disiplin, maka ia memperhatikan hal-hal yang tidak pantas diperhatikan, tidak
memperhatikan hal-hal yang pantas diperhatikan.”
Dalam hal itu, bukan persoalan objeknya
yang pantas atau tidak pantas, akan tetapi justru perhatian itu sendiri arahnya
kemana, apakah dengan bijaksana tertuju untuk melihat hal-hal yang pantas atau
yang tidak pantas, itu yang akan terlihat sebagai tanda apakah keadaan pikiran
itu sehat atau tidak sehat dalam diri sendiri.
Sesungguhnya bisa dikatakan bahwa melihat
dan mengerti dalam semua lini dari kesemua tujuh cara noda-noda batin itu
ditinggalkan, cara pertama dengan melihat adalah pedoman / tolok ukur untuk
yang lain. Sebab, untuk bisa mengendalikan diri, menggunakan, menahan,
menghindari, menghapus, dan mengembangkan, tentu terlebih dahulu harus dapat
melihat dan mengerti.
Jika melihat atau memperhatikan secara salah,
maka noda-noda batin yang belum muncul akan timbul dan noda-noda batin yang
sudah muncul akan berkembang. Namun sebaliknya, jika memperhatikan atau melihat
secara benar dan bijaksana , maka noda-noda batin yang belum muncul tidak akan
timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan ditinggalkan / dilepas.
Noda-noda
batin yang dapat ditinggalkan dengan “mengendalikan diri” (samvara)
“Seorang bhikkhu berpikir dengan
bijaksana dapat mengendalikan kesulitan indra matanya”. Bila dukkha jasmani dan
perasaan bisa timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat mengendalikan
kesulitan indra matanya, maka tidak ada dukkha atau beban emosi yang timbul
jiak ia dapat mengendalikan kesulitan indra matanya.”
Jika indera mata tidak terkendali, maka
noda-noda batin yang belum muncul akan timbul dan noda-noda batin yang sudah
muncul akan berkembang. Namun sebaliknya, jika indera mata terkendali secara benar dan bijaksana, maka
noda-noda batin yang belum muncul tidak akan timbul dan noda-noda batin yang
sudah muncul akan ditinggalkan dilepas.
Noda-noda
batin yang dapat ditinggalkan dengan “menggunakan” (patisevana)
Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana
menggunakan jubbah sebagai pelindung dari dingin, panas, gangguan serangga, juga
untuk menutupi bagian tubuh yang vital.” Demikian juga kebutuhan pokok yang
lain.
Menerima dan menggunakan makanan untuk
mempertahankan kelangsungan tubuh, membantu kehidupan suci. Menggunakan tempat tinggal
untuk perlindungan dari panas, dingin, gangguan serangga, dan sebagainya, serta
menggunakan obat-obatan hanya untuk terlindung dari rasa sakit, agar bisa tetap
sehat.
Jika menggunakan semua kebutuhan pokok
itu berdasarkan pengertian salah, maka noda-noda batin yang belum muncul akan
timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan berkembang. Namun sebaliknya,
jika menggunakan semua kebutuhan pokok itu berdasarkan pengertian benar dan
bijaksana , maka noda-noda batin yang belum muncul tidak akan timbul dan
noda-noda batin yang sudah muncul akan ditinggalkan / dilepas.
Noda-noda
batin yang dapat ditinggalkan dengan “menahan” (adhisevana)
“Seorang bhikkhu dengan bijaksana
berpikir untuk menahan rasa dingin, panas, lapar, haus dan gangguan dari lalat,
serangga tanah, menahan diri dari menghina, kata-kata kasar dan perasaan yang
menyakitkan, menyiksa, yang menusuk hati, yang mengkhawatirkan , mengancam dan
membahayakan kehidupan.”
Jika dengan pengertian salah berpikir
untuk menahan diri atas keadaan-keadaan tersebut, maka noda-noda batin yang
belum muncul akan timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan berkembang.
Namun sebaliknya, jika dengan pengertian benar berpikir untuk menahan diri atas
keadaan-keadaan tersebut, maka noda-noda batin yang belum muncul tidak akan
timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan ditinggalkan / dilepas.
Noda-noda
batin yang dapat ditinggalkan dengan “menghindari” (parivajjana)
“Seorang bhikkhu dengan bijaksana
berpikir menghindarkan / menjauhkan diri dari seekor gajah liar, kuda liar,
banteng liar, anjing liar, ular, batang pohon yang roboh, semak belukar, tanah
berlubang, tebaing batu, lubang dan lubang bawah tanah; berpikir dengan
bijaksana untuk menghindari duduk di kursi yang tidak sesuai, berkelana di
tempat yang tidak sesuai, bergaul dengan teman-teman yang buruk; yang bisa
dicurigai oleh orang bijaksana dianggap ikut berbuat jahat”
Noda-noda
batin yang dapat ditinggalkan dengan “menghapus” (vinodana)
“Seorang bhikkhu dengan bijaksana
merenungkan dan berpikir untuk tidak membiarkan jika ada buah piker nafsu
indera yang muncul untuk bertahan, tapi menghilangkan dan memusnahkannya. Dia tidak
membiarkan jika ada hal-hal yang salah dan tidak berguna timbul dalam pikiran
untuk bertahan, tapi justru menghilangkan dan memusnahkannya.”
Noda-noda
batin yang dapat ditinggalkan dengan “mengembangkan” (bhavana)
“Seorang bhikkhu dengan bijaksana
berpikir, mengembangkan faktor-faktor pencerahan sempurna (sati samojjhanga) yang merupakan penahanan diri, tanpa nafsu dan
menghentikan hal-hal yang menyebabkannya.”
Walaupun noda-noda,
kejengkelan dan kegelisahan bisa muncul dalam diri orang yang tidak
mengembangkan faktor-faktor pencerahan sempurna tersebut, namun bagi orang yang
mengembangkannya, semua noda itu tidak akan muncul.
Semoga semua mahluk
hidup berbahagia.
Sekian dan terima
kasih.
Ceramah Dhamma oleh :
Bhikkhu Cittagutto Thera tanggal 13 Oktober 2013
Sumber : Berita
Dhammacakka No. 1003 tanggal 13 Oktober 2013
No comments:
Post a Comment