Pasang Iklan Di Sini

Friday, March 13, 2015

Ceramah Dhamma (28) - NODA-NODA BATIN ANTARA BERTAMBAH ATAU BERKURANG

NODA-NODA BATIN ANTARA BERTAMBAH ATAU BERKURANG

Sukarani asadhuni, Attano ahitani ca
Yam ve hitanca sadhunca, Tam ve paramadukkaran’ti.

Sungguh mudah untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat.
(Dhammapada 163).

      Setiap orang yang memang masih awam (putthujana) tentu masih memiliki persoalan yang nyata-nyata sulit dalam menghadapi dan menyikapinya. Ada juga orang-orang tertentu yang sudah merasa sedikit lebih mapan atau sedikit lebih stabil dalam sikap hidupnya sehari-hari. Kondisi batin seseorang bisa berubah-ubah dalam jangka waktu sangat singkat dan cepat. Bisa naik, bisa juga berubah turun sepat sekali. Memang sungguh sulit untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat, tapi mudah untuk berbuat sesuatu yang tidak baik dan tidak bermanfaat.

      Dalam Sabbasava Sutta, Majjhima Nikaya, Sang Buddha bersabda kepada para bhikkhu, “Para bhikkhu, kukatakan bahwa hancurnya noda-noda batin adalah bagi orang yang melihat dan mengerti, bukan bagi orang yang tidak melihat dan tidak mengerti. Yang melihat dan mengerti apa ? Perhatian yang bijaksana dan perhatian yang tidak bijaksana. Jika orang memperhatikan dengan tidak bijaksana, maka noda-noda batin yang tadinya belum muncul akan muncul, sedangkan noda-noda batin yang telah muncul akan berkembang / meningkat. Jika orang memperhatikan dengan bijaksana, maka noda-noda batin yang tadinya belum muncul tidak akan muncul, sedangkan noda-noda batin yang telah muncul akan dilepas ditinggalkan.”

Noda-noda batin yang dapat ditinggalkan dengan “melihat” (dassana)
      Seorang awam (putthujjana) yang tidak mempedulikan para ariya, tidak terlatih dan tidak disiplin dalam ariyadhamma, tidak mengerti ariyadhamma (hal-hal) yang pantas diperhatikan dan hal-hal apa yang tidak pantas diperhatikan. Karena tidak mengerti, tidak terlatih, tidak disiplin, maka ia memperhatikan hal-hal yang tidak pantas diperhatikan, tidak memperhatikan hal-hal yang pantas diperhatikan.”

      Dalam hal itu, bukan persoalan objeknya yang pantas atau tidak pantas, akan tetapi justru perhatian itu sendiri arahnya kemana, apakah dengan bijaksana tertuju untuk melihat hal-hal yang pantas atau yang tidak pantas, itu yang akan terlihat sebagai tanda apakah keadaan pikiran itu sehat atau tidak sehat dalam diri sendiri.

      Sesungguhnya bisa dikatakan bahwa melihat dan mengerti dalam semua lini dari kesemua tujuh cara noda-noda batin itu ditinggalkan, cara pertama dengan melihat adalah pedoman / tolok ukur untuk yang lain. Sebab, untuk bisa mengendalikan diri, menggunakan, menahan, menghindari, menghapus, dan mengembangkan, tentu terlebih dahulu harus dapat melihat dan mengerti.

      Jika melihat atau memperhatikan secara salah, maka noda-noda batin yang belum muncul akan timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan berkembang. Namun sebaliknya, jika memperhatikan atau melihat secara benar dan bijaksana , maka noda-noda batin yang belum muncul tidak akan timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan ditinggalkan / dilepas.

Noda-noda batin yang dapat ditinggalkan dengan “mengendalikan diri” (samvara)
      “Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana dapat mengendalikan kesulitan indra matanya”. Bila dukkha jasmani dan perasaan bisa timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat mengendalikan kesulitan indra matanya, maka tidak ada dukkha atau beban emosi yang timbul jiak ia dapat mengendalikan kesulitan indra matanya.”

      Jika indera mata tidak terkendali, maka noda-noda batin yang belum muncul akan timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan berkembang. Namun sebaliknya, jika indera mata  terkendali secara benar dan bijaksana, maka noda-noda batin yang belum muncul tidak akan timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan ditinggalkan dilepas.

Noda-noda batin yang dapat ditinggalkan dengan “menggunakan” (patisevana)
      Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana menggunakan jubbah sebagai pelindung dari dingin, panas, gangguan serangga, juga untuk menutupi bagian tubuh yang vital.” Demikian juga kebutuhan pokok yang lain.

      Menerima dan menggunakan makanan untuk mempertahankan kelangsungan tubuh, membantu kehidupan suci. Menggunakan tempat tinggal untuk perlindungan dari panas, dingin, gangguan serangga, dan sebagainya, serta menggunakan obat-obatan hanya untuk terlindung dari rasa sakit, agar bisa tetap sehat.

      Jika menggunakan semua kebutuhan pokok itu berdasarkan pengertian salah, maka noda-noda batin yang belum muncul akan timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan berkembang. Namun sebaliknya, jika menggunakan semua kebutuhan pokok itu berdasarkan pengertian benar dan bijaksana , maka noda-noda batin yang belum muncul tidak akan timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan ditinggalkan / dilepas.

Noda-noda batin yang dapat ditinggalkan dengan “menahan” (adhisevana)
      “Seorang bhikkhu dengan bijaksana berpikir untuk menahan rasa dingin, panas, lapar, haus dan gangguan dari lalat, serangga tanah, menahan diri dari menghina, kata-kata kasar dan perasaan yang menyakitkan, menyiksa, yang menusuk hati, yang mengkhawatirkan , mengancam dan membahayakan kehidupan.”

      Jika dengan pengertian salah berpikir untuk menahan diri atas keadaan-keadaan tersebut, maka noda-noda batin yang belum muncul akan timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan berkembang. Namun sebaliknya, jika dengan pengertian benar berpikir untuk menahan diri atas keadaan-keadaan tersebut, maka noda-noda batin yang belum muncul tidak akan timbul dan noda-noda batin yang sudah muncul akan ditinggalkan / dilepas.

Noda-noda batin yang dapat ditinggalkan dengan “menghindari” (parivajjana)
      “Seorang bhikkhu dengan bijaksana berpikir menghindarkan / menjauhkan diri dari seekor gajah liar, kuda liar, banteng liar, anjing liar, ular, batang pohon yang roboh, semak belukar, tanah berlubang, tebaing batu, lubang dan lubang bawah tanah; berpikir dengan bijaksana untuk menghindari duduk di kursi yang tidak sesuai, berkelana di tempat yang tidak sesuai, bergaul dengan teman-teman yang buruk; yang bisa dicurigai oleh orang bijaksana dianggap ikut berbuat jahat”

Noda-noda batin yang dapat ditinggalkan dengan “menghapus” (vinodana)
      “Seorang bhikkhu dengan bijaksana merenungkan dan berpikir untuk tidak membiarkan jika ada buah piker nafsu indera yang muncul untuk bertahan, tapi menghilangkan dan memusnahkannya. Dia tidak membiarkan jika ada hal-hal yang salah dan tidak berguna timbul dalam pikiran untuk bertahan, tapi justru menghilangkan dan memusnahkannya.”

Noda-noda batin yang dapat ditinggalkan dengan “mengembangkan” (bhavana)
      “Seorang bhikkhu dengan bijaksana berpikir, mengembangkan faktor-faktor pencerahan sempurna (sati samojjhanga) yang merupakan penahanan diri, tanpa nafsu dan menghentikan hal-hal yang menyebabkannya.”

Walaupun noda-noda, kejengkelan dan kegelisahan bisa muncul dalam diri orang yang tidak mengembangkan faktor-faktor pencerahan sempurna tersebut, namun bagi orang yang mengembangkannya, semua noda itu tidak akan muncul.

Semoga semua mahluk hidup berbahagia.

Sekian dan terima kasih.

Ceramah Dhamma oleh : Bhikkhu Cittagutto Thera tanggal 13 Oktober 2013

Sumber : Berita Dhammacakka No. 1003 tanggal 13 Oktober 2013  

No comments:

Post a Comment