MENGOBATI
KESERAKAHAN
Jine
kadariyam danena ‘ ti
Kalahkan
kekikiran dengan kemurahan hati
(Dhammapada
223)
Dua
Jenis Penyakit
Dalam Kitab Suci Anguttara Nikaya,
Dukanipatapali, Buddha menjelaskan bahwa ada dua jenis penyakit, yaitu :
penyakit jasmani dan penyakit batin. Penyakit jasmani ada banyak macamnya,
mulai dari penyakit jasmani yang ringan sampai penyakit jasmani yang berat,
yang mungkin mengancam kehidupan orang yang terdera penyakit itu. Penyakit
batin adalah keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Dalam keseharian bisa
ditemukan beberapa mahluk / orang dapat bebas dari penyakit jasmani selama
seminggu, dua minggu, … , setahun, dua tahun, … , bahkan mungkin seratus tahun.
Tapi sulit untuk menemukan mahluk / orang yang terbebas dari penyakit batin
walaupun hanya sesaat saja.
Kekayaan
Sejati
Dalam Anguttara Nikaya, Cakkanipatapali,
terdapat percakapan antara Sang Buddha dan Ugga, seorang perdana menteri yang
mengabdi pada Raja Migara Rohaneyya. Sebagai abdi raja, Ugga memuji-muji
kekayaan materi yang dimiliki oleh Raja Migara di hadapan Buddha.
Hananti
bhoga dummedham.
Kekayaan
dapat menghancurkan orang bodoh . (Dhammapada 355)
Kepada Ugga, Buddha menjelaskan bahwa
kekayaan materi yang dimiliki oleh Raja Migara bukanlah kekayaan sejati,
kekayaan materi itu dapat musnah karena : terbakar, kebanjiran, disita oleh
pemerintah, dirampok, direbut musuh, dan dihamburkan oleh ahli waris .
Bhogatanhaya dummedho,
Hanti anneya attanam.
Karena
serakah dan mengumbar harta orang bodoh akan menghancurkan orang lain dan
dirinya sendiri . (Dhammapada 355)
Kepada Ugga, Sang Buddha menjelaskan
bahwa ada Tujuh Kekayaan Sejati yang aman dari segala ancaman dan tidak dapat
dimusnahkan , yaitu : Keyakinan (Saddha), Kemoralan (Sila), Malu berbuat jahat
(Hiri), Takut akan Perbuatan jahat (Ottappa), Giat belajar dhamma (Bahusacca),
Kemurahan Hati (Caga / Dana), dan Kebijaksanaan (Panna).
Dua
Macam Dana
Seperti disebutkan di atas bahwa salah
satu dari Tujuh Kekayaan Sejati adalah Kemurahan Hati (Dana). Dalam kitab Suci
Ittivutaka, Buddha menjelaskan bahwa ada dua macam dana, yaitu dana yang
bersifat materi dan dana yang bersifat non materi.
Sifat
Pendana
Kitab Suci Ittivutaka Kelompok Tiga,
memuat perumpamaan yang menjelaskan bahwa sifat orang dalam berdana itu seperti
kondisi cuaca; ada awan tanpa hujan (kemarau), hujan local, dan hujan
dimana-mana.
Maksud dari perumpamaan
ini adalah ;
1.
Dalam keseharian ada orang yang tidak
memiliki kedermawanan, kikir, pelit, orang seperti ini adalah bagaikan awan
tanpa hujan (kemarau).
2.
Ada orang yang memberi, tapi dalam
memberi dia memilih-milih si penerima, di sini dia memberi – di sana dia tidak
memberi, orang seperti ini diibaratkan seperti hujan local, hujan setempat.
3.
Orang yang ketiga selalu memberi
dimanapun dan kepada siapapun (hujan dimana-mana).
Berdana
Tepat Waktu
Dalam Kitab Suci Anguttara Nikaya,
atthakanipatapali disebutkan bahwa salah satu syarat dalam berdana adalah Tepat
Waktu (Kalenadeti).
Dalam pancakanipatapali
dari kitab yang sama dirujuk bahwa pemberian yang dikatakan tepat waktu dapat
dipersembahkan kepada lima orang: 1. Orang baru tiba , 2. Orang yang akan pergi
, 3. Saat makanan sukar didapat , 4. Orang Sakit, dan 5. Saat panen pertama.
Pahala
Nyata dari Berdana
Anguttara
Nikaya , pancakanipatapali memuat bahwa ada pahala-pahala nyata yang
hasilnya langsung dirasakan saat ini dari berdana. Ada lima pahala nyata, yaitu
: 1. Disukai dan dihargai orang banyak, 2. Kebaikan dan Kebijaksanaan
mengikutinya, 3. Nama baiknya beredar, 4. Punya rasa percaya diri, 5. Setelah
meninggal lahir kembali di surga.
Na ve kadariya
devalokam vajanti
Orang
kikir tidak dapat pergi ke alam surga. (Dhammapada 177)
Kesimpulan
Penyakit dapat
memunculkan penderitaan. Demikian pula batin yang serakah, kikir, penuh
kemelekatan akan membuat derita dalam kehidupan ini dan akan datang. Oleh
karena itu marilah mengurangi derita batin dengan berlatihan mempraktekkan
kemurahan hati, karena berdana mengobati kekikiran , keserakahan, dan
kemelekatan.
Ceramah oleh Bhikkhu
Dhammiko tanggal 14 September 2014.
Sumber : Berita
Dhammacakka No. 1053 tanggal 14 September 2014.
No comments:
Post a Comment