INDAHNYA
BERDANA
Mengapa anda perlu uang
?
Apa tujuan mendapatkan
kekayaan ?
Mungkin ada pertanyaan
yang sederhana : apa yang dapat dilakukan di masyarakat modern tanpa uang?
Hampir semua orang
berjuang untuk mencapai kekayaan materi tetapi tidak tahu tujuannya. Orang
mungkin memiliki pendapat yang berbeda-beda. Namun menurut pandangan Buddhist,
hanya dua tujuannya.
Salah satu tujuannya
adalah menggunakan kekayaan untuk kebahagiaan pribadi, untuk kehidupan yang
nyaman. Hal ini untuk memuaskan mata, telinga, hidung, lidah, tubuh , dan
pikiran.
Tujuan yang lain adalah
memberi. Hal ini untuk kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Memberi kepada
anggota keluarga, saudara, teman dan orang miskin.
Sebagian orang tidak
menikmati kekayaan yang telah diperoleh dan juga tidak berdana. Satu-satunya
tujuannya adalah untuk mengumpulkan kekayaan. Sepanjang hidupnya mereka
berjuang untuk mencapai kekayaan. Mereka meninggal dunia setelah memperoleh
harta kekayaannya dengan usaha keras. Kemudain orang lain yang akan memperoleh
kekayaan itu.
Pada masa kehidupan
Sang Buddha, ada seorang lelaki kaya di kota Savatthi. Ia selalu menasihati
anaknya : “Jangan berpikir kita kaya. Kita tidak boleh boros. Kita harus
mendapatkan lebih banyak kekayaan. Kalau tidak, harta kita akan merosot.” Orang
kaya itu menanam lima Pot Koin emas di rumahnya. Dia meninggal dunia tanpa
memberitahu tempat itu kepada anaknya. Kemudian ia terlahir di sebuah desa
lingkungan pengemis. Suatu hari ia berkunjung ke kota Savatthi. Ia memasuki
rumah lamanya di kehidupan lampau. Anaknya yang merupakan pemilik rumah
mengejarnya tanpa memberikan apapun.
Sang Buddha yang berada
di sekitar itu melihat kejadian tersebut. Dia mengungkapkan kepada anak muda
bahwa pengemis itu adalah ayahnya sendiri yang telah meninggal. Tetapi ia tidak
percaya. Jadi, Sang Buddha menyuruh pengemis muda itu menunjukkan tempat di
mana ia menanam lima pot koin emas tersebut. Dengan demikian anak muda itu
menerima apa yang dikatakan Sang Buddha.
Buddhisme mengajarkan
untuk memperoleh kekayaan dengan cara yang benar. Sang Buddha mendorong kita
menggunakan kekayaan untuk yang bermanfaat; untuk kesejahteraan dan kebahagiaan
sendiri dan masyarakat.
Apakah
Dana ?
Dana berarti memberi.
Memberi dengan belas kasihan kepada orang miskin. Berbagi kekayaan dan harta
benda kepada orang lain dengan penuh kebajikan. Ini adalah emmberi dengan
bijaksana, mengerti arti dari pemberian. Memberi sebagai tanda persahabatan
tanpa mengharapkan imbalan.
Dana tidak berarti
hanya memberi makanan, pakaian, uang atau materi lainnya. Berdana termasuk juga
berbagi pegetahuan, mengajar Dhamma, memuji perbuatan yang baik, mendorong
orang untuk mengikuti jalan yang benar, menyediakan pelayanan dan sebagainya.
Ketika seorang bhikkhu
memberikan Dhammadesana, dia sedang mempraktekkan ‘Dana’. Dia berbelas kasih
kepada orang yang tidak mengerti Dhamma. Dia memberi pengetahuan; Dia memabahas
Dhamma.
Kita melihat seorang
penjahat. Dia melakukan banyak kejahatan karena kurangnya pemahaman benar. Kita
berhubungan dengan dia karena berbelas kasihan. Kita menunjukkan cara hidup
yang benar. Itu berarti kita sedang mempraktekkan “Dana”.
Seseorang kecewa dengan
hidupya. Dia tertekan. Dia menghadapi banyak masalah dalam hidupnya. Dia hamper
bunuh diri. Kita memahami situasinya. Kita mendekati dia dengan belas kasihan.
Kita berbicara dan menghiburnya, berbagi beban dan membantunya untuk mengatasi
kesulitan. Kita mendorng dia untuk hidup. Ini juga termasuk “Dana”.
Anda seorang guru, Anda
bertemu seorang siswa yang tidak mampu membayar uang sekolah. Dengan belas
kasih anda meluangkan waktu untuk mengajar kepadanya. Membagi ilmu Anda. Ini
juga termasuk “Dana”.
Sekelompok orang baik
membangun sebuah rumah untuk keluarga miskin. Bagi orang yang mampu
menyumbangkan uang. Jika ada tidak memiliki uang, anda bisa membantu membangun
rumah dengan menggunakan tenaga fisik. Anda memberikan bantuan fisik.
Suatu pagi, seorang
wanita tua sedang menunggu untuk menyebrang jalan. Lalu lintas sangat padat.
Dia sangat lemah dan tidak dapat berjalan dengan baik. Beberapa anak sekolah
mendekatinya dan membantunya menyebrang jalan. Mereka membantu dengan belas
kasih; mereka memberikan pelayanan. Ini juga termasuk “Dana”.
Dalam perjalanan ke
kantor , Anda melihat kejadian tersebut. Anda merasa senang dengan kebajikan
itu. Anda memuji kebajikan mereka . Anda mendorong mereka untuk berbuat baik.
Setelah sampai di kantor, Anda menjelaskan kepada kolega mengenai apa yang anda
lihat. Anda berbagi kebahagiaan dari kebajikan itu dengan orang lain. Anda
mendorong orang lain untuk menanamkan kebajikan. Ini juga termasuk “Dana”.
Dana
sebagai Parami
“Parami” berarti
kesempurnaan. Calon Buddha [Bodhisatta] mengembangkan “Dana“ sampai tingkat
maksimum. Dana adalah salah satu dari sepuluh kesempurnaan yang harus mereka
lengkapi dalam proses mencapai penerangan sempurna. “Dana” dapat dipraktekkan
dalam 3 tahap :
Dana Parami – memberi
semata-mata untuk melepaskan kemelekatan. Dengan cinta kasih dan belas kasihan
yang tanpa batas, meerka memberikan harta benda, layanan, berbagi pengetahuan
atau apapun yang dapat mereka lakukan agar dapat memberikan kesejahteraan dan
kebahagiaan kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
Dana Upaparami – Mereka
bahkan rela memberikan organ tubuhnya untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang
lain. Mereka bersedia memberikan ginjal, hati, darah, sumsum tulang, mata atau
bagian tubuh lainnya jika bermanfaat bagi orang lain.
Dana Paramatta Parami –
Bodhisatta bahkan sudah bersedia untuk mempersembahkan hidupnya untuk tujuan
yang baik. Jika hal ini dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi mahluk
lain, mereka tidak ragu-ragu untuk mengorbankan kehidupan mereka yang berharga.
Tujuan
Pemberian
Memberikan
Untuk Mendapatkan Popularitas
Sebagian orang memberi
demi nama dan publisitas. Mereka tidak memahami makna memberi yang sebenarnya.
Mereka menyumbangkan sejumlah uang untuk dana pembangunan vihara. Nama mereka
tidak ditampilkan di papan pengumuman di antara para donatur lainnya. Mereka
menjadi sedih. Egonya muncul dalam pikiran. Mereka marah. Mereka berpaling dari
tujuan memberi yang sebenarnya.
Ada beberapa orang kaya
yang tidak peduli pada orang miskin di sekitar mereka. Mereka tidak memberi
sedikitpun untuk beramal. Namun mereka bermurah hati untuk dana kegiatan olah
raga, pertunjukkan kesenian atau kegiatan besar lain di aman mereka mendapatkan
publisitas. Di sini, tujuan memberi adalah publisitas. Ini bukanlah dana. Ini
adalah marketing.
Dalam “Dana”, sebagian
orang mengharapkan para bhikkhu untuk menceritakan tentang garis keturunan,
status social, kontribusi mereka kepada vihara dan masyarakat. Mereka berharap
dapat mendengar pujian yang ditujukan pada mereka di depan orang lain. Jika
bhikkhu tidak menghibur keegoisannya, mereka menjadi tidak senang. Dengan cara
ini mereka berpaling dari tujuan murni berdana.
Jika Anda bermurah hati
dengan tulus, nama baik Anda secara otomatis akan tersebar di kalangan
masyarakat. Anda akan terkenal. Orang akan menceritakan tentang kemurahan dan
kebaikan hati Anda. Ini alaha salah satu hasil dari pemberian. Tapi Anda
seharusnya tidak termotivasi oleh publisitas. Anda seharusnya tidak perlu
melekat pada popularitas.
Pemberian
karena ketakutan
Sebagian orang juga
memberi karena ketakutan. Sebagian orang kaya memberi kepada orang miskin,
berpikir bahwa Tuhan akan menghukum mereka jika tidak memberi kontribusi
sejumlah uang setiap bulan. Mereka harus menghadiri kebaktian keagamaan mereka
secara rutin. Jika tidak, pendeta tidak akan melakukan upacara pemakaman saat
mereka meninggal. Karena ketakutan itu, mereka memberi. Mereka pun berpaling
dari tujuan berdana yang sebenarnya.
Anda adalah orang kaya
yang terkenal di kota Anda. Ada sekelompok orang di kota itu yang mengadakan
program beasiswa untuk membantu siswa miskin di daerah tersebut. Mereka meminta
Anda untuk beramal. Anda tidak ingin memberi. Tetapi karena takut kehilangan
reputasi baik, Anda menymbangkan uang. Di sini, Anda memberi karena rasa takut.
Berarti Anda tidak memberi dengan niat murni.
Saat Anda memberikan
sesuatu karena rasa takut, Anda menjadi gelisah. Pikiran Anda penuh dengan rasa
takut dan emosi negative lainnya. Walaupun secara fisik Anda memberi, Anda
tidak memiliki niat untuk memberi. Anda memberi karena rasa takut. Itu adalah
memberi , tetapi bukan “Dana”.
Pemberian
karena Amarah
Anda pergi ke sebuah
pusat jajanan untuk makan siang. Seorang pengemis datang dan meminta uang.
Pengemis ini tampaknya cukup kuat dan sehat. “Mengapa ia tidak bekerja?”
Kebencian timbul pada pikiran. Anda mengabaikannya dan teus makan.
Dia terus emminta
berulang kali. Anda merasa jengkel. Anda menjadi marah. Anda ingin mengusirnya.
Anda memberikan dia uang dengan tujuan mengusirnya. Di sini , Anda memberi
karena amarah. Walaupun itu memberi; itu bukanlah “Dana”.
Saat anda sedang marah,
pikiran menghasilkan energy negative. Pikiran positif (cinta kasih, belas
kasihan, persahabatan) dan niat baik akan sulit timbul saat pikiran gusar. Anda
tidak dapat membangkitkan energy mental yang positif jika pikiran anda dikotori
dengan kemarahan pada saat memberi. Hal ini hanya adalah tindakan memberi
secara fisik. Ini bukan termasuk “Dana”.
Memberi
untuk Memperoleh
Sering kali, kita
mengharapkan imbalan saat memberi. Banyak orang memberi dengan tujuan menerima.
Mereka memberi untuk menerima. Mereka berdana seperti investasi. Orang kaya
berdana sejumlah uang untuk membangun vihara. Tetapi saat ia memberi, ia sudah
mengharapkan suatu imbalan. Ia mengharapkan suatu pengakuan sosial yang khusus.
Dia mencoba untuk mempengaruhi cara kerja vihara. “Saya berhak mengatur vihara
karena saya sudah menyumbang sejumlah besar uang”.
Anda berharap imbalan
yang lebih besar saat Anda menaruh sejumlah uang ke dalam kotak dana di vihara.
Anda membawa bunga, buah-buahan, lilin, dupa untuk mempersembahkan kepada
Buddha, kemudian berlutut di depan-Nya dan meminta “Buddha tolong bantu saya
untuk mencapai keberhasilan dalam usaha saya. Bantulah saya untuk dipromosi
tahun ini. Berkahilah saya anak yang baik. Semoga saya menemukan pasangan hidup
yang sesuai.”
Sebagian orang lain
mempraktekkan “Dana” dan mengharapkan “Dengan jasa ini, semoga saya terlahir di
alam surge, semoga dilahirkan dalam keluarga kaya, semoga saya mencapai ini
atau itu”. Timbul pertanyaan. Apakah salah membuat suatu harapan ketika berdana
?
Apakah Anda membuat
harapan atau tidak, Anda akan tetap memperoleh kemakmuran sebagai hasil dari
pemberian. Kita akan mengembara dari kehidupan ke kehidupan lain sampai kita
mencapai penerangan. Selama kita masih berkelana dalam roda samsara, Kita akan
membutuhkan kondisi yang baik untuk mengembangkan kebijaksanaan. Dalam hal ini,
tidaklah salah untuk membuat harapan saat kita berdana.
Namun, sebagai umat
Buddha, tujuan kita bukanlah berkelana dalam roda samsara, tetapi harus bebas
darinya. Oleh karena itu, akan lebih bijaksana bila mempunyai cita-cita untuk
merealisasikan Nibbana, ketika kita mempraktekkan “Dana”.
Memberi
dengan Melepas
Ketermelekatan
merupakan salah satu ikatan mental yang sangat kuat. Ini adalah dorongan
negative. Keterikatan membuat kita tidak mudah untuk memberi. Terkadang saat
kita memberi, keterikatan muncul pada benda yang kita akan berikan.
Dengan energi positif
yang kuat, kita bisa menekan keterikatan, tetapi sangat sering keterikatan itu
tidak dikikis habis. Keterikatan tersebut membentuk keinginan untuk memperoleh sesuatu sebagai imbalan. Anda harus
berwaspada terhadap keterikatan saat mempraktekkan “Dana”.
Dalam Buddhisme, makna
memberi yang sebenarnya adalah melepas dari kemelekatan. Kemelekatan adalah
rantai yang membelenggu kita dalam samsara. Kita menderita berulang-ulang
karena kemelekatan. Dana adalah cara yang paling baik untuk mengatasi masalah
tersebut.
Orang bijaksana memberi
tanpa mengharapkan imbalan. Mereka memberi untuk melepaskan keserakahan,
kebencian, dan kebodohan batin. Mereka memberi dengan bijaksana. Mereka memberi
dengan belas kasihan. Mereka memberi dengan senang hati.
Praktek “Dana” untuk
melepas dari kemelekatan. Memberi untuk melepaskan keterikatan. Memberi untuk
melepas keegoisan. Memberi dengan pemahaman yang benar.
Cara
Berdana
Memberi
Dana Dengan Tangan Sendiri;
Saat Anda “Berdana”,
Berilah dengan tangan Anda sendiri. Keterlibatan diri dalam kegiatan memberi
adalah sangat penting. Karma dihasilkan dalam pikiran Anda. Berdanalah dengan
pikiran yang bajik. Berdanalah dengan bijak. Maka Anda akan menghasilkan
kekuatan karma positif yang mengikuti Anda dari kehidupan ke kehidupan ,
seperti bayangan sendiri.
Ada seorang kaya
berdana setiap bulan. Dia memberi uang kepada temannya untuk menyiapkan makanan. Temannya pergi ke pasar
membeli sayur-sayuran, buah-buahan, dan barang lainnya, memasak makanan, pergi
ke vihara dan berdana kepada para bhikkhu. Dia senang atas persembahan itu.
Orang kaya itu tinggal di rumah tanpa melakukan apa-apa. Dia hanya mengeluarkan
uang untuk berdana. Dalam hal ini, siapa yang memperoleh lebih banyak pahala ?
Orang kaya itu dan
temannya bersama memperoleh pahala. Tetapi temannya yang memperoleh lebih
banyak pahala dari pada orang kaya itu.
Memberikan
sesuatu yang layak untuk diberikan :
Selalu memberikan
sesuatu yang berguna dan dalam kondisi baik. Anda mesti menghormat dan peduli
terhadap orang yang akan menerima dana Anda. Berilah dengan belas kasihan dan
kebijaksanaan agar pemberian lebih bermakna.
Jangan memberikan
sesuatu yang akan dibuang. Sebagian orang membuang sampah ke vihara, gereja
atau organisasi kesejahteraan dan berpikir akan berguna bagi orang lain. Itu
bukanlah “Dana”. Jika ingin mempraktekkan dana, lakukanlah degan cara yang
benar. Jika itu barang elektronik, pastikan dalam kondisi masih berfungsi. Jika
rusak, perbaikilah terlebih dahulu. Jika kotor, bersihkan. Bungkuslah dengan
baik dan serahkan kepada pengurusnya. Maka Anda akan mendapatkan pahala dan
penerima juga dapat meperoleh manfaat dari pemberian tersebut.
Berilah Dana yang
tepat, kepada orang yang tepat, dan pada waktu yang tepat.
Bila seseorang sedang
lapar, berikanlah makanan. Itulah hal terbaik yang dapat Anda berikan pada saat
itu. Ini adalah waktu yang tepat untuk memberi. Bila seseorang sedang sakit,
“Dana” yang terbaik adalah perawatan medis. Meskipun Anda bukan dokter, tetapi
Anda dapat membawanya ke dokter. Bantulah dia untuk sembuh.
Untuk orang tersesat,
arahkan mereka ke jalan yang benar. Hiburlah orang yang berada dalam kesalahan.
Dhamma adalah obat yang terbaik untuk mereka yang mencari kebenaran. Berilah
uang kepada orang miskin.
Tiga
Hal untuk memenuhi “Dana”
Bagaimana mempraktekkan
“Dana” dengan cara yang bermakna ? Kondisi apa saja yang perlu dipenuhi?
Kemurnian
pikiran
“Kehendak adalah karma”
sabda Sang Buddha. Jika Anda tidak memiliki niat untuk memberi, Anda tidak
dapat mempraktekkan “Dana”. Pikiran harus penuh dengan kebajikan. Selalu
memberi dengan bermurah hati. Berbelas kasihlah dan hargailah orang yang
menerima. Penuhi pikiran dengan cinta kasih dan persahabatan.
Sadar pada apa yang
muncul dalam pikiran. Jangan biarkan pikiran negative mencemari kemurnian
pikiran. Pikiran harus bebas dari amarah, kebencian, niat buruk, keterikatan
atau kebodohan batin.
Kehendak Anda, sebelum,
pada saat dan setelah tindakan berdana sangat penting. Senang sebelum berdana.
Pikiran jernih dan murni pada saat berdana. Bergembira atas kebaikan yang telah
dilakukan.
Anda mempersembahkan
“Dana“ kepada para bhikkhu setiap bulan. Pada hari persembahan itu, ada
kelompok umat lain juga membawa makanan untuk dipersembahkan kepada para bhikkhu.
Anda tidak senang. “Mengapa mereka harus datang dan berdana ? Ini adalah hari
dana kami, mereka seharusnya mendapatkan izin kami lebih dahulu. “Anda
kehilangan kemurnian pikiran. Kecemburuan, amarah, keakuan, keserakahan muncul
di pikiran Anda. Anda berdana dengan pikiran yang kotor. Ini bukanlah ”Dana”
yang sempurna.
Jika Anda adalah orang
bijaksana, Anda akan merasa senang bila orang lain ikut berpartisipasi dalam
berdana. Semakin banyak orang bergabung untuk berdana, maka semakin banyak
pahala yang Anda peroleh. Dengan mendorong orang lain untuk bergabung melakukan
perbuatan baik, Anda akan selalu mempunyai banyak pengikut di mana pun Anda
dilahirkan.
Ada orang miskin datang dan memberitahu Anda
mengenai kesulitan ekonominya. Dia mencari bantuan. Anda merasa simpati
terhadapnya. Anda memberikan uang kepadanya. Tetapi setelah Anda memberi, Anda
berpikir, “Oh , saya dapat menggunakan uang tersebut untuk diri saya sendiri,
saya bisa membeli ini atau itu; saya telah melakukan kesalahan konyol dengan memberinya
uang” keserakahan muncul dan mencemari kemurnian pikiran. Ibukan “Dana” yang
murni.
Kekayaan
diperoleh dengan cara yang benar.
Apapun yang akan Anda
berikan, haruslah sesuatu yang Anda peroleh dengan cara yang benar. Dalam
proses mendapatkan kekayaan, Anda seharusnya tidak membawa penderitaan dan
bencana bagi mahluk hidup lainnya.
Seseorang dengan usaha
narkoba. Dia mendapatkan banyak uang dari bisnis ini. Sebuah organisasi social
meminta bantuannya untuk membangun rumah sakit. Dia mendanakan sejumlah besar
uang. Jika ia memberi dengan belas kasihan, beniih kebajikan yang ada dalam
pikiran ini akan menghasilkan energy karma baik.
Tetapi di sini,
kekayaan yang diperoleh tidak murni karena dia menyebabkan banyak penderitaan
dan membawa bencana kepada sesame manusia dalam proses mendapatkan kekayaannya.
Seseorang sedang sakit.
Dia tidak memiliki uang untuk berobat. Anda merasa kasihan terhadapnya. Tapi
Anda juga tidak memiliki uang. Anda masuk ke sebuah rumah, mencuri uang dan
memberikan kepada dia, walaupun Anda penuh belas kasihan, hal ini bukanlah
“Dana” yang murni. Dalam proses dana ini, Anda menciptakan energy karma positif
dan negative.
Buddhisme mendorong
anda agar menjadi orang baik, memperoleh kekayaan dengan cara yang benar,
berdana dengan belas kasihan. Demikian dana yang diberikan harus diperoleh
secara murni agar bisa memenuhi keberhasilan dana yang sempurna.
Mereka
yang Layak Untuk Menerima
Beberapa orang ingin
berdana tetapi mereka tidak tahu kepada
siapa dana diberikan. Saat itu, Raja Kosala bertanya kepada “Sang Buddha, “Sang
Bhagava, kepada siapa dana seharusnya diberikan ?” “Raja yang Mulia, dana
seharusnya diberikan kepada mereka sebagaimana pemberi merasa senang hati.”
Jika Anda bisa
berbahagia dengan memberi, tidak ada masalah kepada siapapun Anda berdana. Yang
paling penting adalah kebahagiaan yang diperoleh dari pemberian tersebut.
Kebahagiaan inilah jasa kebajikan. Kekuatan karma inilah yang dapat menimbulkan
hasil baik. Anda seharusnya tidak menyesali pemberian dalam bentuk apapun.
Kemudian Raja bertanya lagi, “Bhagava yang mulia, pemberian kepada siapa akan
mendatangkan hasil yang besar ?”
Sang Buddha menjawab,
“Pemberian yang diberikan kepada para Arya akan menghasilkan paahala yang
besar.” Beliau menjelaskan lebih lanjut, “Apa yang diberikan kepada para Arya
(Mereka yang telah bebas dari keserakahan, kebencian dan kekhawatiran, keraguan
dan mereka yang memiliki moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan) akan membuahkan
jasa kebajikan yang besar.
Di sini, Sang Buddha
mengarahkan Sang Raja untuk berdana kepada para Arya yang telah melenyapkan
semua kekotoran batin dan yang telah mencapai kesucian sempurna.
“Nafsu, kebencian, kebodohan batin dan kemelekatan adalah noda
manusia. Dana yang diberikan kepada mereka (yang telah terbebas dari noda
tersebut) akan menghasilkan pahala yang besar seperti bibit yang ditaburkan di
lahan yang subur, dengan jumlah air yang tepat, akan membuahkan hasil yang
berlimpah.
Apa
yang dimaksud Sanghika Dana ?
“Sanghika Dana”
merupakan persembahan kepada komunitas Sangha. Di sini, “Sangha” adalah murid
agung Sang Buddha, yang telah melenyapkan semua kekotoran batin, dan yang telah sempurna dalam tindakannya, penuh
konsentrasi dan bijaksana.
Saat Anda
mempersembahkan sesuatu kepada komunitas Sangha, Anda juga sedang
mempersembahkan kepada para bhikkhu yang hidup pada masa lampau, pada saat ini,
dan yang akan datang. Demikian jumlah para bhikkhu tidak terhitung; kebajikan
yang mereka miliki tidak terbatas.
Setiap kali Anda
mempersembahkan sesuatu kepada komunitas bhikkhu yang demikian, pahala yang
Anda peroleh juga tidak terhingga dan tidak terbatas.
Suatu hari,
Mahapajapati Gotami mengambil sepasang kain, pergi menemui Sang Buddha dan
berkata :”Sang Bhagava, sepasang kain ini telah dipintal oleh saya, ditenun oleh
saya, khusus untuk Sang Bhagava. Sang Bhagava, hendaklah Sag Bhagava
menerimanya dengan belas kasih.”
Ketika ini diucapkan,
Sang Bhagava mengatakan kepadanya “Berikanlah kepada Sangha. Bila Anda
memberikannya kepada Sangha, baik Aku dan Sangha akan termulia.”
Walaupun ia berulang
kali memohon kepada Sang Buddha untuk menerima persembahannya, namun Buddha
menolak dan meminta dia untuk mempersembahkannya kepada Sangha. Dia sangat
kecewa.
Setelah melihat ini,
Buddha menjelaskan bahwa jika ia hanya mempersembahkannya kepada Buddha, itu
merupakan persembahan pribadi. Tetapi jika ia mempersembahkannya kepada Sangha,
berarti mempersembahkan kepada Buddha dan semua para bhikkhu lainnya. Persembahan
kepada Sangha yang dipimpin oleh Buddha akan menghasilkan pahala yang paling
besar.
Buddha berkata kepada
Yang Arya Ananda :”Di masa mendatang, aka nada anggota Sangha yang berjubah
kuning, yang tak bermoral, yang berkarakter jahat. Orang akan berdana kepada
mereka demi kepentingan Sangha. Bahkan demikian, Aku bersabda, Dana kepada
Sangha tidak terbatas. Dan Aku mengatakan bahwa tidak mungkin dana yang
diberikan kepada perseorangan bisa membawa hasil lebih besar daripada
persembahan yang diberikan kepada Sangha.”
Manfaat
memberi
Ini bukan kehidupan
pertama kita. Dan bukan kehidupan yang terakhir. Selama kita masih ada dalam
kebodohan, maka kita akan tetap ber-tumimbal lahir di alam samsara. Kekuatan
karma yang dihasilkan akan terus mengikuti kita. Kita adalah pencipta diri kita
sendiri. Selama kita belum mencapai penerangan sempurna, kita akan tetap berada
di dalam lingkaran samsara.
“Dana” menghasilkan
kekuatan karma positif yang akan menghasilkan kekayaan, kemakmuran dan
kelahiran di alam surga.
Pelenyapan keserakahan
adalah Nibbana. “Dana” bisa melenyapkan keserakahan dan kemelekatan.
Sang Buddha bersabda :
“Oh, para bhikkhu, jika
orang tahu, seperti yang saya ketahui, hasil dari memberi dan berbagi, mereka
tidak akan makam tanpa berbagi terlebih dahulu, dan mereka tidak akan
membiarkan noda kekikiran menyelimuti dan berakar dalam pikiran mereka.
Bahkan hanya dengan
butir terakhir, suapan terakhir , mereka tidak akan makan tanpa berbagi
terlebih dahulu.
Sumber : Buku berjudul “Indahnya
Berdana” (Ven. K. Rathanasara)
Judul asli : The Art of
Giving
Penulis : V. K.
Rathanasara
Email : rathanasathero@hotmail.com
Edisi
bahasa Inggris diterbitkan oleh :
Education
& Dharma Propagation Subcommittee ,
Srilankaramaya
Buddhis Temple,
30-C,
St. Michael’s Road, Singapore 328002
No comments:
Post a Comment