Pasang Iklan Di Sini

Thursday, March 26, 2015

INDAHNYA BERDANA

INDAHNYA BERDANA

Mengapa anda perlu uang ? 

Apa tujuan mendapatkan kekayaan ? 

Mungkin ada pertanyaan yang sederhana : apa yang dapat dilakukan di masyarakat modern tanpa uang?

Hampir semua orang berjuang untuk mencapai kekayaan materi tetapi tidak tahu tujuannya. Orang mungkin memiliki pendapat yang berbeda-beda. Namun menurut pandangan Buddhist, hanya dua tujuannya.

Salah satu tujuannya adalah menggunakan kekayaan untuk kebahagiaan pribadi, untuk kehidupan yang nyaman. Hal ini untuk memuaskan mata, telinga, hidung, lidah, tubuh , dan pikiran.

Tujuan yang lain adalah memberi. Hal ini untuk kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Memberi kepada anggota keluarga, saudara, teman dan orang miskin.

Sebagian orang tidak menikmati kekayaan yang telah diperoleh dan juga tidak berdana. Satu-satunya tujuannya adalah untuk mengumpulkan kekayaan. Sepanjang hidupnya mereka berjuang untuk mencapai kekayaan. Mereka meninggal dunia setelah memperoleh harta kekayaannya dengan usaha keras. Kemudain orang lain yang akan memperoleh kekayaan itu.

Pada masa kehidupan Sang Buddha, ada seorang lelaki kaya di kota Savatthi. Ia selalu menasihati anaknya : “Jangan berpikir kita kaya. Kita tidak boleh boros. Kita harus mendapatkan lebih banyak kekayaan. Kalau tidak, harta kita akan merosot.” Orang kaya itu menanam lima Pot Koin emas di rumahnya. Dia meninggal dunia tanpa memberitahu tempat itu kepada anaknya. Kemudian ia terlahir di sebuah desa lingkungan pengemis. Suatu hari ia berkunjung ke kota Savatthi. Ia memasuki rumah lamanya di kehidupan lampau. Anaknya yang merupakan pemilik rumah mengejarnya tanpa memberikan apapun.

Sang Buddha yang berada di sekitar itu melihat kejadian tersebut. Dia mengungkapkan kepada anak muda bahwa pengemis itu adalah ayahnya sendiri yang telah meninggal. Tetapi ia tidak percaya. Jadi, Sang Buddha menyuruh pengemis muda itu menunjukkan tempat di mana ia menanam lima pot koin emas tersebut. Dengan demikian anak muda itu menerima apa yang dikatakan Sang Buddha.
Buddhisme mengajarkan untuk memperoleh kekayaan dengan cara yang benar. Sang Buddha mendorong kita menggunakan kekayaan untuk yang bermanfaat; untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sendiri dan masyarakat.

Apakah Dana ?
Dana berarti memberi. Memberi dengan belas kasihan kepada orang miskin. Berbagi kekayaan dan harta benda kepada orang lain dengan penuh kebajikan. Ini adalah emmberi dengan bijaksana, mengerti arti dari pemberian. Memberi sebagai tanda persahabatan tanpa mengharapkan imbalan.

Dana tidak berarti hanya memberi makanan, pakaian, uang atau materi lainnya. Berdana termasuk juga berbagi pegetahuan, mengajar Dhamma, memuji perbuatan yang baik, mendorong orang untuk mengikuti jalan yang benar, menyediakan pelayanan dan sebagainya.

Ketika seorang bhikkhu memberikan Dhammadesana, dia sedang mempraktekkan ‘Dana’. Dia berbelas kasih kepada orang yang tidak mengerti Dhamma. Dia memberi pengetahuan; Dia memabahas Dhamma.

Kita melihat seorang penjahat. Dia melakukan banyak kejahatan karena kurangnya pemahaman benar. Kita berhubungan dengan dia karena berbelas kasihan. Kita menunjukkan cara hidup yang benar. Itu berarti kita sedang mempraktekkan “Dana”.

Seseorang kecewa dengan hidupya. Dia tertekan. Dia menghadapi banyak masalah dalam hidupnya. Dia hamper bunuh diri. Kita memahami situasinya. Kita mendekati dia dengan belas kasihan. Kita berbicara dan menghiburnya, berbagi beban dan membantunya untuk mengatasi kesulitan. Kita mendorng dia untuk hidup. Ini juga termasuk “Dana”.

Anda seorang guru, Anda bertemu seorang siswa yang tidak mampu membayar uang sekolah. Dengan belas kasih anda meluangkan waktu untuk mengajar kepadanya. Membagi ilmu Anda. Ini juga termasuk “Dana”.

Sekelompok orang baik membangun sebuah rumah untuk keluarga miskin. Bagi orang yang mampu menyumbangkan uang. Jika ada tidak memiliki uang, anda bisa membantu membangun rumah dengan menggunakan tenaga fisik. Anda memberikan bantuan fisik.

Suatu pagi, seorang wanita tua sedang menunggu untuk menyebrang jalan. Lalu lintas sangat padat. Dia sangat lemah dan tidak dapat berjalan dengan baik. Beberapa anak sekolah mendekatinya dan membantunya menyebrang jalan. Mereka membantu dengan belas kasih; mereka memberikan pelayanan. Ini juga termasuk “Dana”.

Dalam perjalanan ke kantor , Anda melihat kejadian tersebut. Anda merasa senang dengan kebajikan itu. Anda memuji kebajikan mereka . Anda mendorong mereka untuk berbuat baik. Setelah sampai di kantor, Anda menjelaskan kepada kolega mengenai apa yang anda lihat. Anda berbagi kebahagiaan dari kebajikan itu dengan orang lain. Anda mendorong orang lain untuk menanamkan kebajikan. Ini juga termasuk “Dana”.

Dana sebagai Parami
“Parami” berarti kesempurnaan. Calon Buddha [Bodhisatta] mengembangkan “Dana“ sampai tingkat maksimum. Dana adalah salah satu dari sepuluh kesempurnaan yang harus mereka lengkapi dalam proses mencapai penerangan sempurna. “Dana” dapat dipraktekkan dalam 3 tahap :

Dana Parami – memberi semata-mata untuk melepaskan kemelekatan. Dengan cinta kasih dan belas kasihan yang tanpa batas, meerka memberikan harta benda, layanan, berbagi pengetahuan atau apapun yang dapat mereka lakukan agar dapat memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan.

Dana Upaparami – Mereka bahkan rela memberikan organ tubuhnya untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain. Mereka bersedia memberikan ginjal, hati, darah, sumsum tulang, mata atau bagian tubuh lainnya jika bermanfaat bagi orang lain.

Dana Paramatta Parami – Bodhisatta bahkan sudah bersedia untuk mempersembahkan hidupnya untuk tujuan yang baik. Jika hal ini dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi mahluk lain, mereka tidak ragu-ragu untuk mengorbankan kehidupan mereka yang berharga.

Tujuan Pemberian
Memberikan Untuk Mendapatkan Popularitas
Sebagian orang memberi demi nama dan publisitas. Mereka tidak memahami makna memberi yang sebenarnya. Mereka menyumbangkan sejumlah uang untuk dana pembangunan vihara. Nama mereka tidak ditampilkan di papan pengumuman di antara para donatur lainnya. Mereka menjadi sedih. Egonya muncul dalam pikiran. Mereka marah. Mereka berpaling dari tujuan memberi yang sebenarnya.

Ada beberapa orang kaya yang tidak peduli pada orang miskin di sekitar mereka. Mereka tidak memberi sedikitpun untuk beramal. Namun mereka bermurah hati untuk dana kegiatan olah raga, pertunjukkan kesenian atau kegiatan besar lain di aman mereka mendapatkan publisitas. Di sini, tujuan memberi adalah publisitas. Ini bukanlah dana. Ini adalah marketing.

Dalam “Dana”, sebagian orang mengharapkan para bhikkhu untuk menceritakan tentang garis keturunan, status social, kontribusi mereka kepada vihara dan masyarakat. Mereka berharap dapat mendengar pujian yang ditujukan pada mereka di depan orang lain. Jika bhikkhu tidak menghibur keegoisannya, mereka menjadi tidak senang. Dengan cara ini mereka berpaling dari tujuan murni berdana.

Jika Anda bermurah hati dengan tulus, nama baik Anda secara otomatis akan tersebar di kalangan masyarakat. Anda akan terkenal. Orang akan menceritakan tentang kemurahan dan kebaikan hati Anda. Ini alaha salah satu hasil dari pemberian. Tapi Anda seharusnya tidak termotivasi oleh publisitas. Anda seharusnya tidak perlu melekat pada popularitas.

Pemberian karena ketakutan
Sebagian orang juga memberi karena ketakutan. Sebagian orang kaya memberi kepada orang miskin, berpikir bahwa Tuhan akan menghukum mereka jika tidak memberi kontribusi sejumlah uang setiap bulan. Mereka harus menghadiri kebaktian keagamaan mereka secara rutin. Jika tidak, pendeta tidak akan melakukan upacara pemakaman saat mereka meninggal. Karena ketakutan itu, mereka memberi. Mereka pun berpaling dari tujuan berdana yang sebenarnya.

Anda adalah orang kaya yang terkenal di kota Anda. Ada sekelompok orang di kota itu yang mengadakan program beasiswa untuk membantu siswa miskin di daerah tersebut. Mereka meminta Anda untuk beramal. Anda tidak ingin memberi. Tetapi karena takut kehilangan reputasi baik, Anda menymbangkan uang. Di sini, Anda memberi karena rasa takut. Berarti Anda tidak memberi dengan niat murni.

Saat Anda memberikan sesuatu karena rasa takut, Anda menjadi gelisah. Pikiran Anda penuh dengan rasa takut dan emosi negative lainnya. Walaupun secara fisik Anda memberi, Anda tidak memiliki niat untuk memberi. Anda memberi karena rasa takut. Itu adalah memberi , tetapi bukan “Dana”.

Pemberian karena Amarah
Anda pergi ke sebuah pusat jajanan untuk makan siang. Seorang pengemis datang dan meminta uang. Pengemis ini tampaknya cukup kuat dan sehat. “Mengapa ia tidak bekerja?” Kebencian timbul pada pikiran. Anda mengabaikannya dan teus makan.

Dia terus emminta berulang kali. Anda merasa jengkel. Anda menjadi marah. Anda ingin mengusirnya. Anda memberikan dia uang dengan tujuan mengusirnya. Di sini , Anda memberi karena amarah. Walaupun itu memberi; itu bukanlah “Dana”.

Saat anda sedang marah, pikiran menghasilkan energy negative. Pikiran positif (cinta kasih, belas kasihan, persahabatan) dan niat baik akan sulit timbul saat pikiran gusar. Anda tidak dapat membangkitkan energy mental yang positif jika pikiran anda dikotori dengan kemarahan pada saat memberi. Hal ini hanya adalah tindakan memberi secara fisik. Ini bukan termasuk “Dana”.

Memberi untuk Memperoleh
Sering kali, kita mengharapkan imbalan saat memberi. Banyak orang memberi dengan tujuan menerima. Mereka memberi untuk menerima. Mereka berdana seperti investasi. Orang kaya berdana sejumlah uang untuk membangun vihara. Tetapi saat ia memberi, ia sudah mengharapkan suatu imbalan. Ia mengharapkan suatu pengakuan sosial yang khusus. Dia mencoba untuk mempengaruhi cara kerja vihara. “Saya berhak mengatur vihara karena saya sudah menyumbang sejumlah besar uang”.

Anda berharap imbalan yang lebih besar saat Anda menaruh sejumlah uang ke dalam kotak dana di vihara. Anda membawa bunga, buah-buahan, lilin, dupa untuk mempersembahkan kepada Buddha, kemudian berlutut di depan-Nya dan meminta “Buddha tolong bantu saya untuk mencapai keberhasilan dalam usaha saya. Bantulah saya untuk dipromosi tahun ini. Berkahilah saya anak yang baik. Semoga saya menemukan pasangan hidup yang sesuai.”

Sebagian orang lain mempraktekkan “Dana” dan mengharapkan “Dengan jasa ini, semoga saya terlahir di alam surge, semoga dilahirkan dalam keluarga kaya, semoga saya mencapai ini atau itu”. Timbul pertanyaan. Apakah salah membuat suatu harapan ketika berdana ?

Apakah Anda membuat harapan atau tidak, Anda akan tetap memperoleh kemakmuran sebagai hasil dari pemberian. Kita akan mengembara dari kehidupan ke kehidupan lain sampai kita mencapai penerangan. Selama kita masih berkelana dalam roda samsara, Kita akan membutuhkan kondisi yang baik untuk mengembangkan kebijaksanaan. Dalam hal ini, tidaklah salah untuk membuat harapan saat kita berdana.

Namun, sebagai umat Buddha, tujuan kita bukanlah berkelana dalam roda samsara, tetapi harus bebas darinya. Oleh karena itu, akan lebih bijaksana bila mempunyai cita-cita untuk merealisasikan Nibbana, ketika kita mempraktekkan “Dana”.

Memberi dengan Melepas
Ketermelekatan merupakan salah satu ikatan mental yang sangat kuat. Ini adalah dorongan negative. Keterikatan membuat kita tidak mudah untuk memberi. Terkadang saat kita memberi, keterikatan muncul pada benda yang kita akan berikan.

Dengan energi positif yang kuat, kita bisa menekan keterikatan, tetapi sangat sering keterikatan itu tidak dikikis habis. Keterikatan tersebut membentuk keinginan untuk  memperoleh sesuatu sebagai imbalan. Anda harus berwaspada terhadap keterikatan saat mempraktekkan “Dana”.

Dalam Buddhisme, makna memberi yang sebenarnya adalah melepas dari kemelekatan. Kemelekatan adalah rantai yang membelenggu kita dalam samsara. Kita menderita berulang-ulang karena kemelekatan. Dana adalah cara yang paling baik untuk mengatasi masalah tersebut.

Orang bijaksana memberi tanpa mengharapkan imbalan. Mereka memberi untuk melepaskan keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Mereka memberi dengan bijaksana. Mereka memberi dengan belas kasihan. Mereka memberi dengan senang hati.

Praktek “Dana” untuk melepas dari kemelekatan. Memberi untuk melepaskan keterikatan. Memberi untuk melepas keegoisan. Memberi dengan pemahaman yang benar.

Cara Berdana
Memberi Dana Dengan Tangan Sendiri;
Saat Anda “Berdana”, Berilah dengan tangan Anda sendiri. Keterlibatan diri dalam kegiatan memberi adalah sangat penting. Karma dihasilkan dalam pikiran Anda. Berdanalah dengan pikiran yang bajik. Berdanalah dengan bijak. Maka Anda akan menghasilkan kekuatan karma positif yang mengikuti Anda dari kehidupan ke kehidupan , seperti bayangan sendiri.

Ada seorang kaya berdana setiap bulan. Dia memberi uang kepada temannya untuk  menyiapkan makanan. Temannya pergi ke pasar membeli sayur-sayuran, buah-buahan, dan barang lainnya, memasak makanan, pergi ke vihara dan berdana kepada para bhikkhu. Dia senang atas persembahan itu. Orang kaya itu tinggal di rumah tanpa melakukan apa-apa. Dia hanya mengeluarkan uang untuk berdana. Dalam hal ini, siapa yang memperoleh lebih banyak pahala ?

Orang kaya itu dan temannya bersama memperoleh pahala. Tetapi temannya yang memperoleh lebih banyak pahala dari pada orang kaya itu.

Memberikan sesuatu yang layak untuk diberikan :
Selalu memberikan sesuatu yang berguna dan dalam kondisi baik. Anda mesti menghormat dan peduli terhadap orang yang akan menerima dana Anda. Berilah dengan belas kasihan dan kebijaksanaan agar pemberian lebih bermakna.

Jangan memberikan sesuatu yang akan dibuang. Sebagian orang membuang sampah ke vihara, gereja atau organisasi kesejahteraan dan berpikir akan berguna bagi orang lain. Itu bukanlah “Dana”. Jika ingin mempraktekkan dana, lakukanlah degan cara yang benar. Jika itu barang elektronik, pastikan dalam kondisi masih berfungsi. Jika rusak, perbaikilah terlebih dahulu. Jika kotor, bersihkan. Bungkuslah dengan baik dan serahkan kepada pengurusnya. Maka Anda akan mendapatkan pahala dan penerima juga dapat meperoleh manfaat dari pemberian tersebut.

Berilah Dana yang tepat, kepada orang yang tepat, dan pada waktu yang tepat.
Bila seseorang sedang lapar, berikanlah makanan. Itulah hal terbaik yang dapat Anda berikan pada saat itu. Ini adalah waktu yang tepat untuk memberi. Bila seseorang sedang sakit, “Dana” yang terbaik adalah perawatan medis. Meskipun Anda bukan dokter, tetapi Anda dapat membawanya ke dokter. Bantulah dia untuk sembuh.

Untuk orang tersesat, arahkan mereka ke jalan yang benar. Hiburlah orang yang berada dalam kesalahan. Dhamma adalah obat yang terbaik untuk mereka yang mencari kebenaran. Berilah uang kepada orang miskin.


Tiga Hal untuk memenuhi “Dana”
Bagaimana mempraktekkan “Dana” dengan cara yang bermakna ? Kondisi apa saja yang perlu dipenuhi?

Kemurnian pikiran
“Kehendak adalah karma” sabda Sang Buddha. Jika Anda tidak memiliki niat untuk memberi, Anda tidak dapat mempraktekkan “Dana”. Pikiran harus penuh dengan kebajikan. Selalu memberi dengan bermurah hati. Berbelas kasihlah dan hargailah orang yang menerima. Penuhi pikiran dengan cinta kasih dan persahabatan.

Sadar pada apa yang muncul dalam pikiran. Jangan biarkan pikiran negative mencemari kemurnian pikiran. Pikiran harus bebas dari amarah, kebencian, niat buruk, keterikatan atau kebodohan batin.
Kehendak Anda, sebelum, pada saat dan setelah tindakan berdana sangat penting. Senang sebelum berdana. Pikiran jernih dan murni pada saat berdana. Bergembira atas kebaikan yang telah dilakukan.
Anda mempersembahkan “Dana“ kepada para bhikkhu setiap bulan. Pada hari persembahan itu, ada kelompok umat lain juga membawa makanan untuk dipersembahkan kepada para bhikkhu. Anda tidak senang. “Mengapa mereka harus datang dan berdana ? Ini adalah hari dana kami, mereka seharusnya mendapatkan izin kami lebih dahulu. “Anda kehilangan kemurnian pikiran. Kecemburuan, amarah, keakuan, keserakahan muncul di pikiran Anda. Anda berdana dengan pikiran yang kotor. Ini bukanlah ”Dana” yang sempurna.

Jika Anda adalah orang bijaksana, Anda akan merasa senang bila orang lain ikut berpartisipasi dalam berdana. Semakin banyak orang bergabung untuk berdana, maka semakin banyak pahala yang Anda peroleh. Dengan mendorong orang lain untuk bergabung melakukan perbuatan baik, Anda akan selalu mempunyai banyak pengikut di mana pun Anda dilahirkan.

 Ada orang miskin datang dan memberitahu Anda mengenai kesulitan ekonominya. Dia mencari bantuan. Anda merasa simpati terhadapnya. Anda memberikan uang kepadanya. Tetapi setelah Anda memberi, Anda berpikir, “Oh , saya dapat menggunakan uang tersebut untuk diri saya sendiri, saya bisa membeli ini atau itu; saya telah melakukan kesalahan konyol dengan memberinya uang” keserakahan muncul dan mencemari kemurnian pikiran. Ibukan “Dana” yang murni.

Kekayaan diperoleh dengan cara yang benar.
Apapun yang akan Anda berikan, haruslah sesuatu yang Anda peroleh dengan cara yang benar. Dalam proses mendapatkan kekayaan, Anda seharusnya tidak membawa penderitaan dan bencana bagi mahluk hidup lainnya.

Seseorang dengan usaha narkoba. Dia mendapatkan banyak uang dari bisnis ini. Sebuah organisasi social meminta bantuannya untuk membangun rumah sakit. Dia mendanakan sejumlah besar uang. Jika ia memberi dengan belas kasihan, beniih kebajikan yang ada dalam pikiran ini akan menghasilkan energy karma baik.

Tetapi di sini, kekayaan yang diperoleh tidak murni karena dia menyebabkan banyak penderitaan dan membawa bencana kepada sesame manusia dalam proses mendapatkan kekayaannya.

Seseorang sedang sakit. Dia tidak memiliki uang untuk berobat. Anda merasa kasihan terhadapnya. Tapi Anda juga tidak memiliki uang. Anda masuk ke sebuah rumah, mencuri uang dan memberikan kepada dia, walaupun Anda penuh belas kasihan, hal ini bukanlah “Dana” yang murni. Dalam proses dana ini, Anda menciptakan energy karma positif dan negative.

Buddhisme mendorong anda agar menjadi orang baik, memperoleh kekayaan dengan cara yang benar, berdana dengan belas kasihan. Demikian dana yang diberikan harus diperoleh secara murni agar bisa memenuhi keberhasilan dana yang sempurna.

Mereka yang Layak Untuk Menerima
Beberapa orang ingin berdana tetapi mereka tidak tahu  kepada siapa dana diberikan. Saat itu, Raja Kosala bertanya kepada “Sang Buddha, “Sang Bhagava, kepada siapa dana seharusnya diberikan ?” “Raja yang Mulia, dana seharusnya diberikan kepada mereka sebagaimana pemberi merasa senang hati.”

Jika Anda bisa berbahagia dengan memberi, tidak ada masalah kepada siapapun Anda berdana. Yang paling penting adalah kebahagiaan yang diperoleh dari pemberian tersebut. Kebahagiaan inilah jasa kebajikan. Kekuatan karma inilah yang dapat menimbulkan hasil baik. Anda seharusnya tidak menyesali pemberian dalam bentuk apapun. Kemudian Raja bertanya lagi, “Bhagava yang mulia, pemberian kepada siapa akan mendatangkan hasil yang besar ?”

Sang Buddha menjawab, “Pemberian yang diberikan kepada para Arya akan menghasilkan paahala yang besar.” Beliau menjelaskan lebih lanjut, “Apa yang diberikan kepada para Arya (Mereka yang telah bebas dari keserakahan, kebencian dan kekhawatiran, keraguan dan mereka yang memiliki moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan) akan membuahkan jasa kebajikan yang besar.

Di sini, Sang Buddha mengarahkan Sang Raja untuk berdana kepada para Arya yang telah melenyapkan semua kekotoran batin dan yang telah mencapai kesucian sempurna.

“Nafsu, kebencian,  kebodohan batin dan kemelekatan adalah noda manusia. Dana yang diberikan kepada mereka (yang telah terbebas dari noda tersebut) akan menghasilkan pahala yang besar seperti bibit yang ditaburkan di lahan yang subur, dengan jumlah air yang tepat, akan membuahkan hasil yang berlimpah.

Apa yang dimaksud Sanghika Dana ?
“Sanghika Dana” merupakan persembahan kepada komunitas Sangha. Di sini, “Sangha” adalah murid agung Sang Buddha, yang telah melenyapkan semua kekotoran batin, dan yang  telah sempurna dalam tindakannya, penuh konsentrasi dan bijaksana.

Saat Anda mempersembahkan sesuatu kepada komunitas Sangha, Anda juga sedang mempersembahkan kepada para bhikkhu yang hidup pada masa lampau, pada saat ini, dan yang akan datang. Demikian jumlah para bhikkhu tidak terhitung; kebajikan yang mereka miliki tidak terbatas.
Setiap kali Anda mempersembahkan sesuatu kepada komunitas bhikkhu yang demikian, pahala yang Anda peroleh juga tidak terhingga dan tidak terbatas.

Suatu hari, Mahapajapati Gotami mengambil sepasang kain, pergi menemui Sang Buddha dan berkata :”Sang Bhagava, sepasang kain ini telah dipintal oleh saya, ditenun oleh saya, khusus untuk Sang Bhagava. Sang Bhagava, hendaklah Sag Bhagava menerimanya dengan belas kasih.”

Ketika ini diucapkan, Sang Bhagava mengatakan kepadanya “Berikanlah kepada Sangha. Bila Anda memberikannya kepada Sangha, baik Aku dan Sangha akan termulia.”

Walaupun ia berulang kali memohon kepada Sang Buddha untuk menerima persembahannya, namun Buddha menolak dan meminta dia untuk mempersembahkannya kepada Sangha. Dia sangat kecewa.
Setelah melihat ini, Buddha menjelaskan bahwa jika ia hanya mempersembahkannya kepada Buddha, itu merupakan persembahan pribadi. Tetapi jika ia mempersembahkannya kepada Sangha, berarti mempersembahkan kepada Buddha dan semua para bhikkhu lainnya. Persembahan kepada Sangha yang dipimpin oleh Buddha akan menghasilkan pahala yang paling besar.

Buddha berkata kepada Yang Arya Ananda :”Di masa mendatang, aka nada anggota Sangha yang berjubah kuning, yang tak bermoral, yang berkarakter jahat. Orang akan berdana kepada mereka demi kepentingan Sangha. Bahkan demikian, Aku bersabda, Dana kepada Sangha tidak terbatas. Dan Aku mengatakan bahwa tidak mungkin dana yang diberikan kepada perseorangan bisa membawa hasil lebih besar daripada persembahan yang diberikan kepada Sangha.”

Manfaat memberi
Ini bukan kehidupan pertama kita. Dan bukan kehidupan yang terakhir. Selama kita masih ada dalam kebodohan, maka kita akan tetap ber-tumimbal lahir di alam samsara. Kekuatan karma yang dihasilkan akan terus mengikuti kita. Kita adalah pencipta diri kita sendiri. Selama kita belum mencapai penerangan sempurna, kita akan tetap berada di dalam lingkaran samsara.

“Dana” menghasilkan kekuatan karma positif yang akan menghasilkan kekayaan, kemakmuran dan kelahiran di alam surga.

Pelenyapan keserakahan adalah Nibbana. “Dana” bisa melenyapkan keserakahan dan kemelekatan.
Sang Buddha bersabda :

“Oh, para bhikkhu, jika orang tahu, seperti yang saya ketahui, hasil dari memberi dan berbagi, mereka tidak akan makam tanpa berbagi terlebih dahulu, dan mereka tidak akan membiarkan noda kekikiran menyelimuti dan berakar dalam pikiran mereka.

Bahkan hanya dengan butir terakhir, suapan terakhir , mereka tidak akan makan tanpa berbagi terlebih dahulu.

Sumber : Buku berjudul “Indahnya Berdana” (Ven. K. Rathanasara)
Judul asli : The Art of Giving
Penulis : V. K. Rathanasara

Edisi bahasa Inggris diterbitkan oleh :
Education & Dharma Propagation Subcommittee ,
Srilankaramaya Buddhis Temple,
30-C, St. Michael’s Road, Singapore 328002




No comments:

Post a Comment