Pasang Iklan Di Sini

Thursday, March 12, 2015

Ceramah Dhamma (13) : KATA-KATA YANG INDAH

KATA-KATA YANG INDAH
Yo ca gatha satam bhase, anatthapadassamhita
Ekam dhammapadam seyyo, yam sutva upasammati
Daripada seribu bait syair yang tak bermanfaat, adalah lebih baik satu kata Dhamma yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya
(Dhammapada 102)

      Dalam kehidupan kita, tentunya di sini kita memerlukan komunikasi dengan yag lainnya karena kita hidup dalam lingkungan masyarakat. Bermacam-macam komunikasi yang kita lakukan dengan mereka, dan paling sering kiita gunakan adalah dengan menggunakan kata-kata atau berbicara. Lewat pembicaraan inilah maka kita akan mengerti antara satu dengan yang lainya.. Tetapi jika pembicaraan ini tidak dilakukan dengan baik maka juga akan mendatangkan bencana pada diri kita sendiri. Maka dari itu jika kita melakukan pembicaraan dengan orang lain juga harus hati-hati, bermanfaat dan mempunyai tujuan, tentunya tujuan yang baik. Tetapi dalam masyarakat pada umumnya yang dilakukan malah sebaliknya. Di sini kita tentu bisa membedakan antara Tonggeret dan Ayam Jago. Hewan Tonggeret ini setiap saat dia berbunyi dan bunyinyapun memekakkan telinga, tetapi kita tidak tau apa makna dari bunyi Tonggeret tersebut atau bisa juga memang tidak ada artinya. Hal ini berbeda dengan yang Ayam Jago lakukan, tentunya kita tau ketika malam sudah sangat larut dan jika ada Ayam Jago ini berkokok maka ini menandakan pagi akan segera tiba, dan Ayam Jago ini juga tidak setiap saat berkokok, tetapi jika Ayam Jago ini berkokok pasti ada makna tertentu. Oleh karena itu disini kita sepatutnya menghindari pembicaraan yang tidak ada manfaatnya. Jika kita banyak bicara dan tidak ada tujuan tertentu yang baik, maka dapat menyebabkan :
1.      Musavada : berbohong.
2.      Pisunavaca : Memfitnah, membicarakan hal-hal yang jelek dari orang lain.
3.      Pharusavaca : Ucapan dan kata-kata kasar.
4.      Samphapalapa : Omong kosong dan pembicaraan yang tidak berguna.

      Keempat hal inilah yang akan dihasilkan oleh mereka yang suka berbicara tanpa tujuan yang jelas dan tidak bermanfaat atau seringkali juga orang-orang tersebut bukannya mengajarkan yang baik pada lingkungan setempat malah sebaliknya. Keempat hal ini juga yang harus kita kikis atau tidak kita lakukan dalam kehidupan kita, karena keempat hal ini akan membawa kemerosotan dalam kehidupan kita. Tetapi dengan mengikis empat hal itu kita juga mengembangkan ucapan yang baik. Dalam Anguttara Nikaya, Sang Buddha mengatakan “Jika ucapan memiliki lima tanda, para bhikkhu, berarti ucapan itu disampaikan dengan baik, tidak disampaikan dengan buruk, tak ternoda dan tak tercela oleh para bijaksana. Apakah lima tanda ini .. ? Itulah ucapan yang tepat waktu, benar, lembut, bertujuan dan diucapkan dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih”.
1.      Tepat Waktu
Artinya bahwa sebuah ucapan yang baik adalah sesuai dengan kondisi. Terkadang kita dalam berucap tidak sesuai dengan kondisi walaupun ucapan tersebut tidak bermaksud buruk, mungkin saja menyinggung seseorang. Contohnya adalah seseorang yang sedang dalam keadaan dipengaruhi emosi negative (marah) terkadang kita malah menyiram minyak pada api, walaupun kita bermaksud untuk menenangkan orang tersebut. Biasanya hal tersebut terjadi karena mungkin masalah tersebut berhubungan dengan kita. Jadi Sang Buddha mengajarkan bahwa kita perlu waspada dalam ucapan agar sesuai dengan kondisi dan tepat waktu.

2.      Benar (sesuai dengan kenyataan)
Ucapan inilah yang paling sulit kita lakukan. Kecenderungan kita adalah berucap sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita cenderug akan mengucapkan sesuatu dengan membelokkannya sadar ataupun tidak sadar. Ada sebuah berita cerita dimana seorang penganut Buddha ingin meyakinkan temannya dalam belajar ajaran Buddha dengan mengatakan bahwa vihara yang ia kunjungi begitu ramai, berjumlah ratusan. Padahal kenyataannya hanya sekitar 80. Ia tanpa sadar telah membuat ucapan tidak benar , walaupun halus. Secara psikis hal tersebut akan bertumpuk menjadi sesuatu yang biasa dan dianggap “benar”. Buddha mengajarkan bahwa tidak ada kebenaran di balik ucapan yang tidak jujur, melebih-lebihkan , mengurang-ngurangkan. Ucapan harus apa adanya. Jika memang 80 orang, katakan 80 orang. Jangan 30 atau 100 orang.

3.      Lembut
Artinya di sini adalah ucapan yang tanpa bersifat keras atau beremosi negative. Seringkali kita tanpa sadar terbawa oleh kata-kata kasar. Lembut juga mengandung makna halus. Artinya biasakan diri kita dengan berucap lembut dan tenang. Pikirkan dahulu akibat dari ucapan yang akan kita keluarkan. Bahasa-bahasa kasar maupun tidak senonoh sebaiknya tidak kita ucapkan.

4.      Bertujuan
Jelas sebuah ucapan menjadi bermakna ketika mempunyai tujuan atau alasan di balik ucapan yang kita lakukan. Bertujuan juga mengindikasikan ada manfaat dari ucapan yang kita lakukan. Ketika melihat teman sedang lesu, dengan ucapan kita dapat menyemangatinya. Atinya ucapan tersebut memang bertujuan untuk membantu. Sesuatu yang positif dan sangat dianjurkan oleh Buddha dalam melatih diri mencapai kedamaian. Seringkali kita menjadi korban ucapan tidak bermakna yang kita dengar dari televise. Kita menjadi perantara ucapan tidak bermakna. Gosip tentang artis kita lakukan padahal tidak bermanfaat. Malah bisa jadi kita menyebarkan sesuatu yang tidak benar dengan gossip. Sehingga bukan lagi ucapan kosong, namun telah menjadi ucapan yang memfitnah dan telah melanggar sila ke-4 Pancasila Buddhis.

5.      Berdasarkan Cinta Kasih
Ucapan ini lebih merupakan wujud pikiran yang dipenuhi cinta kasih. Jadi dengan landasan bagi kebahagiaan seseorang , kita melakukan sebuah ucapan. Bukan dengan kebencian sebuah ucapan kita lakukan. Sang Buddha menyadari betapa pentingnya cinta kasih bagi setiap orang sehingga dalam wujud ucapan pun, cinta kasih dapat dipancarkan. Kata-kata yang menyejukkan seseorang, menenangkan seseorang, membahagiakan seseorang, membangkitkan seseorang adalah wujud ucapan yang berdasarkan cinta kasih.
Ucapan benar mengandung ke-5 aspek tersebut. Ketika kita ingin melatih diri untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dan kedamaian, ucapan benar merupakan sebuah aspek yang sangat penting. Ucapan benar harus kita sempurnakan karena merupakan salah satu dari Jalan Mulia Berunsur Delapan yang menuntun kita menuju kebahagiaan sejati atau Nibbana.

Ceramah oleh Bhikkhu Silanando tanggal 21 Oktober 2012.
Sumber : Berita Dhammacakka No. 952 tanggal 21 Oktober 2012.




No comments:

Post a Comment