Pasang Iklan Di Sini

Thursday, March 12, 2015

Ceramah Dhamma (3) : MENCINTAI KEHIDUPAN

MENCINTAI KEHIDUPAN
Attanam ce piyam janna, Rakkheyya nam surakkhitam
Tinnam annataram yamam, Patijaggeyya pandito
“Bila orang mencintai dirinya sneidir, maka ia harus menjaga dirinya dengan baik.
Orang bijaksana selalu waspada selama tiga masa dalam kehidupannya:.
(Dhammapada 157)

      Dalam kehidupan hamper semua orang sangat mencintai kehidupannya. Pada umumnya mencintai kehidupan adalah berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan berusaha menghilangkan hal-hal yang mungkin mengusik dirinya. Ada hal yang tidak benar jika mencintai kehidupan itu, adalah berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan mengorbankan atau mengambil hak orang lain atau mahluk lain. Sebab mahluk lain atau orang lain juga punya hak untuk mencintai kehidupannya dengan harapan ingin bahagia.

      Meskipun mahluk sekecil apapun yang mungkin membuat jengkel diri kita, dalam Dhamma kita diminta untuk berlatih untuk tidak membencinya atau juga untuk tidak membunuhnya. Sering kali kita karena keegoisan, terkadang melupakan hak-hak orang lain atau mahluk lain demi kepentingan diri sendiri.

Cinta Berbeda dengan Rasa Suka
      Dalam Dhamma mencintai dikenal dengan istilah metta yaitu cinta kasih, Di dalam metta atau cinta kasih ini adalah mengharapkan semua mahluk untuk hidup berbahagia. Dasar dari cinta dalam agama Buddha adlaah mengharapkan agar mahluk atau orang lain berbahagia. Maka menjadi tidak benar jika ada yang menyatakan cinta diawal, kemudian mereka saling menyakiti satu sama lainnya. Hal ini bukanlah cinta yang sesungguhnya, sebab cinta yang sesungguhnya adalah benar-benar mengharapkan orang lain atau mahluk lain bahagia. Tetapi hal ini mungkin timbul semata-mata dari rasa suka bukan cinta, sebab rasa suka itu awalnya mirip dengan cinta kasih seperti peduli, perhatian, saying, dll. Tetapi akan diketahui apakah cinta atau suka itu, ketika berjalan waktu niat untuk membahagiakan berganti dengan keegoisan yang akhirnya dapat menjadi perilaku saling menyakiti, cekcok bahkan mencelakakan.

      Maka kita perlu membedakan antara cinta dan suka dalam hidup sebab cinta kasih adalah universal tidak kenal waktu, sesusah apapun selalu berusaha membahagiakan. Berbeda dengan suka, ketika waktu berubah rasa suka akan menjadi bosen dan tidak lagi ada niat membahagiakan.

Mencintai Kehidupan
      Seseorang yang mencintai kehidupan adalah mereka yang menjaga dirinya dengan baik dan menjauhkan diri dari hal-hal yang buruk. Oleh karena itu mereka yang sadar akan berusaha mencintai kehidupannya dengan menjalankan sila (moralitas) dengan baik dalam kehidupannya. Sebagai orang yang mencintai kehidupan menjaga perilaku adalah wujud dari mencintai kehidupan. Dengan menjaga perilaku dengan baik maka kita tidak akan merugikan mahluk lain dan juga diri sendiri. Sehingga siapapun akan merasa bahagia dengan kehadiran kita.

      Oleh karena itu mencintai kehidupan adalah selalu sadar dalam menjaga diri, agar tidak terseret oleh arus pikiran yang dapat muncul kapanpun. Sebab perilaku yang didasari niat akan menimbulkan akibat sebagai dampaknya. Hukum Dhamma adalah hukum alam yang bekerja secara adil tanpa melihat siapa yang melakukan, tetapi apa yang dilakukan. Sesuai dengan benih yag ditabur demikianlah yang akan dipetiknya.

      Dalam kisah Bodhirajakumara dalam Dhammapada Atthakatha; diceritakan setelah Pangeran Bodhi membangun sebuah istana yang indah dan selesai dibangun. Ia mengundang Sang Buddha untuk berdana makanan. Dalam acara yang istimewa ini pangeran menghias dengan memberi wangi-wangian dan dupa. Selain itu Ia meletakkan kain yang panjang dilembarkan di lantai untuk alas, mulai ambang pintu sampai ke dalam ruangan. Karena pangeran tidak mempunyai anak, Ia membuat harapan atau tebakan yang sungguh-sungguh, dengan berkata dalam hati, “ Bila Sang Buddha berjalan di atas kain tersebut, semoga aku akan mempunyai anak.”

      Ketika Sang Buddha tiba, Pangeran dengan hormat memohon kepada Beliau sebanyak tiga kali untuk memasuki ruangan. Tetapi Sang Buddha tidak beranjak, hanya melihat ananda. Bhante Ananda mengerti dan meminta Pangeran untuk memindahkan kain dari ambang pintu. Dan Sang Buddha masuk ke dalam istana.

      Sesampainya di dalam Pangeran mempersembahkan makanan yang terpilih kepada Sang Buddha. Setelah selesai makan, Pangeran bertanya, “Bhante, mengapa Bhante tidak mau berjalan di atas kain itu?” San Buddha bertanya balik kepada Pangeran, “Bukankah pangeran membentangkan kain itu dengan harapan agar dikaruniai anak apabila Aku berjalan di atas kain itu?”

      Pangeran membenarkan pernyataan itu. Sang Buddha mengatakan bahwa Ia dan istrinya tidak akan memperoleh anak akibat perbuatan jahat yang mereka lakukan di masa lampau.

      Sang Buddha menceritakkan kehidupan masa lampau mereka : Pangeran dan Istrinya adalah satu-satunya orang yang selamat dari bencana kapal. Mereka terdampar di pulau yang tidak berpenduduk. Mereka hidup dengan memakan telur-telur burung, anak-anak burung, dan burung. Tanpa perasaan menyesal sepanjang waktu. Sebagai akibatnya ia tidak dikaruniai anak. Jika mereka memiliki rasa sesal atas perbuatan mereka pada saat itu, mereka akan emmpunyai seseorang atau dua orang anak pada kehidupan sekarang.

      Kemudian Sang Buddha membabarkan syair Dhammapada 157 : “Bila orang mencintai dirinya dengan baik, maka ia harus menjaga dirinya dengan baik. Orang bijaksana selalu waspada selama tiga masa dalam kehidupannya.” Setelah khotbah Dhamma berakhir Bodhirajakumara (Pangeran Bodhi) mencapai tingkat Sotapatti.

      Dengan menjaga diri kita dengan baik apakah melalui tindakan, ucapan, maupun pikiran berarti kita telah mencintai kehidupan. Semoga Anda maju dalam Dhamma dan semoga semua mahluk hidup berbahagia.

Ceramah oleh Bhikkhu Atthadhiro tanggal 12 Januari 2014.
Sumber : Berita Dhammacakka No. 1016 tanggal 12 Januari 2014.




No comments:

Post a Comment