MENCINTAI
KEHIDUPAN
Attanam
ce piyam janna, Rakkheyya nam surakkhitam
Tinnam
annataram yamam, Patijaggeyya pandito
“Bila
orang mencintai dirinya sneidir, maka ia harus menjaga dirinya dengan baik.
Orang
bijaksana selalu waspada selama tiga masa dalam kehidupannya:.
(Dhammapada
157)
Dalam kehidupan hamper semua orang sangat
mencintai kehidupannya. Pada umumnya mencintai kehidupan adalah berusaha untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan berusaha menghilangkan hal-hal yang
mungkin mengusik dirinya. Ada hal yang tidak benar jika mencintai kehidupan
itu, adalah berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan mengorbankan atau
mengambil hak orang lain atau mahluk lain. Sebab mahluk lain atau orang lain
juga punya hak untuk mencintai kehidupannya dengan harapan ingin bahagia.
Meskipun mahluk sekecil apapun yang
mungkin membuat jengkel diri kita, dalam Dhamma kita diminta untuk berlatih
untuk tidak membencinya atau juga untuk tidak membunuhnya. Sering kali kita
karena keegoisan, terkadang melupakan hak-hak orang lain atau mahluk lain demi
kepentingan diri sendiri.
Cinta
Berbeda dengan Rasa Suka
Dalam Dhamma mencintai dikenal dengan
istilah metta yaitu cinta kasih, Di dalam metta atau cinta kasih ini adalah
mengharapkan semua mahluk untuk hidup berbahagia. Dasar dari cinta dalam agama
Buddha adlaah mengharapkan agar mahluk atau orang lain berbahagia. Maka menjadi
tidak benar jika ada yang menyatakan cinta diawal, kemudian mereka saling
menyakiti satu sama lainnya. Hal ini bukanlah cinta yang sesungguhnya, sebab cinta
yang sesungguhnya adalah benar-benar mengharapkan orang lain atau mahluk lain
bahagia. Tetapi hal ini mungkin timbul semata-mata dari rasa suka bukan cinta,
sebab rasa suka itu awalnya mirip dengan cinta kasih seperti peduli, perhatian,
saying, dll. Tetapi akan diketahui apakah cinta atau suka itu, ketika berjalan
waktu niat untuk membahagiakan berganti dengan keegoisan yang akhirnya dapat
menjadi perilaku saling menyakiti, cekcok bahkan mencelakakan.
Maka kita perlu membedakan antara cinta
dan suka dalam hidup sebab cinta kasih adalah universal tidak kenal waktu,
sesusah apapun selalu berusaha membahagiakan. Berbeda dengan suka, ketika waktu
berubah rasa suka akan menjadi bosen dan tidak lagi ada niat membahagiakan.
Mencintai
Kehidupan
Seseorang yang mencintai kehidupan adalah
mereka yang menjaga dirinya dengan baik dan menjauhkan diri dari hal-hal yang
buruk. Oleh karena itu mereka yang sadar akan berusaha mencintai kehidupannya
dengan menjalankan sila (moralitas) dengan baik dalam kehidupannya. Sebagai
orang yang mencintai kehidupan menjaga perilaku adalah wujud dari mencintai
kehidupan. Dengan menjaga perilaku dengan baik maka kita tidak akan merugikan
mahluk lain dan juga diri sendiri. Sehingga siapapun akan merasa bahagia dengan
kehadiran kita.
Oleh karena itu mencintai kehidupan
adalah selalu sadar dalam menjaga diri, agar tidak terseret oleh arus pikiran
yang dapat muncul kapanpun. Sebab perilaku yang didasari niat akan menimbulkan
akibat sebagai dampaknya. Hukum Dhamma adalah hukum alam yang bekerja secara
adil tanpa melihat siapa yang melakukan, tetapi apa yang dilakukan. Sesuai
dengan benih yag ditabur demikianlah yang akan dipetiknya.
Dalam kisah Bodhirajakumara dalam Dhammapada Atthakatha; diceritakan
setelah Pangeran Bodhi membangun sebuah istana yang indah dan selesai dibangun.
Ia mengundang Sang Buddha untuk berdana makanan. Dalam acara yang istimewa ini
pangeran menghias dengan memberi wangi-wangian dan dupa. Selain itu Ia
meletakkan kain yang panjang dilembarkan di lantai untuk alas, mulai ambang
pintu sampai ke dalam ruangan. Karena pangeran tidak mempunyai anak, Ia membuat
harapan atau tebakan yang sungguh-sungguh, dengan berkata dalam hati, “ Bila
Sang Buddha berjalan di atas kain tersebut, semoga aku akan mempunyai anak.”
Ketika Sang Buddha tiba, Pangeran dengan
hormat memohon kepada Beliau sebanyak tiga kali untuk memasuki ruangan. Tetapi
Sang Buddha tidak beranjak, hanya melihat ananda. Bhante Ananda mengerti dan
meminta Pangeran untuk memindahkan kain dari ambang pintu. Dan Sang Buddha masuk
ke dalam istana.
Sesampainya di dalam Pangeran
mempersembahkan makanan yang terpilih kepada Sang Buddha. Setelah selesai
makan, Pangeran bertanya, “Bhante, mengapa Bhante tidak mau berjalan di atas
kain itu?” San Buddha bertanya balik kepada Pangeran, “Bukankah pangeran
membentangkan kain itu dengan harapan agar dikaruniai anak apabila Aku berjalan
di atas kain itu?”
Pangeran membenarkan pernyataan itu. Sang
Buddha mengatakan bahwa Ia dan istrinya tidak akan memperoleh anak akibat
perbuatan jahat yang mereka lakukan di masa lampau.
Sang Buddha menceritakkan kehidupan masa
lampau mereka : Pangeran dan Istrinya adalah satu-satunya orang yang selamat
dari bencana kapal. Mereka terdampar di pulau yang tidak berpenduduk. Mereka
hidup dengan memakan telur-telur burung, anak-anak burung, dan burung. Tanpa
perasaan menyesal sepanjang waktu. Sebagai akibatnya ia tidak dikaruniai anak.
Jika mereka memiliki rasa sesal atas perbuatan mereka pada saat itu, mereka
akan emmpunyai seseorang atau dua orang anak pada kehidupan sekarang.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
Dhammapada 157 : “Bila orang mencintai dirinya dengan baik, maka ia harus
menjaga dirinya dengan baik. Orang bijaksana selalu waspada selama tiga masa
dalam kehidupannya.” Setelah khotbah Dhamma berakhir Bodhirajakumara (Pangeran
Bodhi) mencapai tingkat Sotapatti.
Dengan menjaga diri kita dengan baik
apakah melalui tindakan, ucapan, maupun pikiran berarti kita telah mencintai
kehidupan. Semoga Anda maju dalam Dhamma dan semoga semua mahluk hidup berbahagia.
Ceramah oleh Bhikkhu
Atthadhiro tanggal 12 Januari 2014.
Sumber : Berita
Dhammacakka No. 1016 tanggal 12 Januari 2014.
No comments:
Post a Comment