Bisnis.com, JAKARTA - Kebutuhan terhadap ruang terbuka hijau semakin meningkat, terutama di kota-kota besar yang kadar polusi udaranya sangat mencemaskan. Namun, keterbatasan lahan membuat taman-taman kota sulit direalisasikan.
Untuk menyiasatinya, taman vertikal hadir sebagai solusi penciptaan ruang hijau tanpa harus memakan banyak lahan.
Taman vertikal atau vertical garden merupakan taman yang dibangun tegak lurus atau vertikal, dan biasanya menempel menyelimuti dinding.
Saat ini, terdapat dua jenis taman vertikal, yaitu green facades danliving walls. Green facades menggunakan tanaman rambat sebagai media utama penghijauan, dan dibiarkan tumbuh merambat pada dinding. Taman vertikal jenis ini lebih sederhana, baik dalam proses pembuatan maupun kesan yang dihasilkan.
Jenis kedua adalah living walls, merupakan jenis taman vertikal yang dibuat dari dinding yang diberikan media tanam agar tanaman dapat tumbuh secara vertikal.
Biasanya jenis taman ini membutuhkan persiapan dan komponen-komponen penyusun yang lebih detail, seperti rangka media tanam, kantung-kantung berisi media tanam, serta sistem irigasi.
Jenis taman vertikal kedua ini yang saat ini banyak dikembangkan di Indonesia, karena bisa diatur desain dan gayanya sehingga bisa menambah nilai estetika sebuah bangunan ataupun ruangan.
Perluasan dari vertikultur tersebut mulai dikembangkan secara modern di Perancis lebih dari dua dekade lalu, dan mulai berkembang pesat di Indonesia dalam lima tahun terakhir.
Selain penggunaan lahan yang sangat sedikit, vertical garden juga sangat fleksibel, karena dapat diletakkan atau dibangun di mana saja, baik sebagai taman di luar rumah atau taman di dalam ruangan.
Di sisi lain, tanaman yang digunakan merupakan tanaman yang mudah ditemukan, sehingga tidak akan terkendala dalam urusan pasokan tanaman. Yang penting harus disesuaikan untuk vertical garden di dalam atau di luar ruangan.
Karena permintaan yang cenderung terus meningkat, membuat peluang usaha dalam bisnis ini semakin besar. Tak heran para pelaku usaha taman vertikal tumbuh subur di kota-kota besar.
Salah satu pemain yang memanfaatkan peluang tersebut adalah Ridlo Samsyul yang mendirikan Jakgreenwall sejak awal tahun lalu.
Pria yang berdomisili di Bekasi tersebut, sebelumnya telah berkecimpung cukup lama di dunia taman vertikal. Dia telah bekerja beberapa tahun di perusahaan jasa vertical garden sebelum membangun sendiri usaha sendiri.
Ridlo memulai bisnis ini dengan modal awal kurang dari Rp100 juta. Dana tersebut digunakan untuk persediaan kerangka baja, media tanam, serta mesin untuk sistem pengairan.
Dia juga memanfaatkan jaringan pemasok bunga dan tanaman hias yang bisa dijadikan sebagai tanaman taman vertikal.
“Saat pertama kali yang terpenting bisa dapat proyek dulu, dengan modal kepercayaan saya bisa ambil barang dulu dan dibayar setelah pengerjaan selesai,” paparnya.
Jakgreenwall mematok jasa pembuatan taman vertikal dengan harga Rp2 juta-Rp2,7 juta per meter persegi. Harga tersebut dipengaruhi oleh desain dan jenis tanaman yang dipilih klien.
Setiap pengerjaan taman vertikal membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan. Mulai dari pemasangan rangka, pembuatan pengairan dan drainase, hingga penyusunan tanaman sesuai desain.
Adapun, dalam waktu 2-3 bulan tersebut, dia Jakgreenwall bisa menerima 3-4 klien dengan rata-rata pengerjaan 100 m2-300 m2 untuk perumahan, dan hingga 1.000 m2 untuk gedung perkantoran.
Dalam satu proyek tersebut, Jakgreenwall bisa mengantongi omzet Rp200 juta-Rp500 juta, dengan margin keuntungan yang sangat besar.
“Untuk ongkosnya sebenarnya murah, hanya sekitar Rp200.000-Rp300.000 per meter perseginya. Tapi yang membuat mahal adalah ilmu, teknologi dan kreativitas dalam membangun sebuah taman vertikal,” katanya.
Selain menerima jasa pembuatan taman vertikal, Jakgreenwall juga melayani perawatan dan perbaikan tanaman yang sudah jadi.
Untuk perawatan rutin tiap enam bulan sekali ditarif sebesar Rp2,5 juta per vertical garden. Perawatan rutin tersebut terdiri atas pemberian pupuk dan penggantian tanaman yang tumbuh kurang baik.
Sementara itu, untuk perbaikan vertikal ganden biasanya dipatok sebesar Rp500.000-Rp1 juta, tergantung kerusakan apa yang dialami. Ridlo menyebutkan selama ini yang sering mengalami kerusakan adalah pada sistem pengairan dan drainase yang bocor.
JakGreenWall juga menyedia jasa tambal sulam, atau penanaman tanaman baru jika tanaman di taman vertikal sudah rusak. Harganya berkisar di angka Rp100.000, bisa kurang atau lebih sesuai dengan jumlah media tanam yang akan diganti.
“Penyediaan perawatan juga sebagai strategi untuk menarik klien. Biasanya mereka menantang kami untuk bisa memperbaiki taman vertikal yang dimiliki. Jika ternyata hasilnya memuaskan, mereka biasanya memesan pembuatan vertical garden selanjutnya pada kami,” jelasnya.
Ke depannya Ridlo berencana untuk bisa mengembangkan dan memproduksi tanaman hias sendiri, sehingga pasokan dan jenis tumbuhannya bisa disesuaikan dengan desain vertical garden yang dikehendaki klien.
Sistem Felt
Dengan prospek bisnis yang sangat cerah, usaha pembuatan vertical garden pun mulai diburu banyak pemain. Masing-masing memiliki keunikan dan perbedaan yang ditawarkan kepada klien.
Seperti yang dilakukan Ahmad Juansyah pemilik
jasatamanvertikal.com. Dia menawarkan pembuatan taman vertikal tanpa menggunakan media tanam yang biasa digunakan seperti
rockwool atau
cocopeat.
Ahmad mengatakan mayoritas pembuatan taman vertikal di Indonesia menggunakan sistem kantong yang membutuhkan media tanam konvensional. Di mana tanaman tersebut hanya ditaruh pada saku-saku yang telah dibuat.
“Sistem seperti ini mengandalkan kerapatan kanton tanaman dan hasilnya instan. Selesai penanaman memang langsung terlihat hijau dan rapat, tetapi teknik ini memiliki risiko tingkat kematian yang tinggi dan tidak terlihat tumbuh,” paparnya.
Selama ini, dia menggunakan sistem felt dalam pembuatan taman vertikal. Dia memasang felt atau karpet geotekstil yang sudah dilapisi dengan karung pada lembaran pvc foam board.
Kemudian tumbuhan ditanam pada karpet tersebut dan dibiarkan tumbuh dari awal. Hal itu membuat taman menjadi ringan dan diklaim bisa awet puluhan tahun.
“Peralatan pendukung untuk membuat taman vertikal ini mayoritas impor dari Perancis, tapi jangan salah, harganya malah lebih murah dibanding sistem yang dibuat lokal,” katanya.
Selain itu, taman vertikal buatannya juga dilengkapi dengan sistem otomatisasi dalam penyiraman dan pemberian nutrisi. Sehingga penyiraman tanaman dilakukan secara otomatis, selama sumber air untuk pompa tersedia dengan baik.
“Kami berikan garansi dan pemeliharaan gratis selama tiga bulan pertama,” katanya.
Pria yang berdomisili di Tangerang, Banten tersebut mengatakan setiap bulannya selalu ada pesanan pembuatan taman vertikal di kawasan Jabodetabek, mulai dari luasan 50m2 hingga ratusan meter persegi.
http://entrepreneur.bisnis.com/read/20150323/263/414837/peluang-usaha-bisnis-pembuatan-vertical-garden