Pasang Iklan Di Sini

Wednesday, November 5, 2014

Mengunjungi Grand Central Terminal di New York

Mengunjungi Grand Central Terminal di New York


Dari luar, Grand Central Terminal tak ubahnya seperti gedung-gedung lain di kota New York, hanya lebih cantik sedikit. Tapi tentu saja, banyak gedung cantik di New York, saya pun terkagum-kagum. Lebih kagum lagi karena semuanya dapat dilihat dengan jalan kaki saja dari blok ke blok.
Grand Central Terminal terletak di antara 42nd Street dan Park Avenue di kota New York. Dulunya dibangun sebagai stasiun utama kota yang melayani jalur kereta api antar kota. Sempat melayani layanan kereta nasional Amtrak yang tahun 1991 dipindah ke Penn Station.
Grand Central Terminal dijuluki sebagai salah satu terminal kereta api tercantik di dunia. Berdiri sejak 1871, beberapa renovasi telah menghampirinya. Tahun 1960, gedung ini hampir dirobohkan untuk digantikan gedung lain, tetapi, Jacqueline Kennedy, istri presiden John F. Kennedy, berinisiatif untuk menobatkannya sebagai warisan nasional.
Secara arsitektur, gayanya adalah Beaux-Arts, ditandai dengan atap datar, lantai satu dengan langit-langit tinggi, penyekatan ruang walau pada satu lantai — misalnya pintu besar lalu ada anak tangga masuk ke ruang utama, jendela-jendela lengkung, pintu-pintu lengkung, desain simetris, seni patung dan detail-detail arsitektur klasik lainnya.
Warna keemasan ditimbulkan dari pencahayaan menimbulkan kesan elegan. (Yahoo/Sigit Adinugroho)Warna keemasan ditimbulkan dari pencahayaan menimbulkan kesan elegan. (Yahoo/Sigit Adinugroho)
Khusus di Grand Central Terminal, terdapat mural astronomi di langit-langitnya yang tingginya bisa jadi mencapai dua lantai.
Diajak seorang teman yang bersikukuh ingin saya mengunjungi Grand Central Terminal, siang itu, seperti biasa, jalan menuju ke sana begitu riuh dengan banyaknya penumpang kereta yang lalu lalang. Selain dikunjungi oleh komuter setiap harinya, stasiun ini juga dikunjungi turis-turis hingga 21 juta orang tiap tahun (menjadikannya salah satu dari sepuluh besar atraksi turis di dunia versi majalah Travel+Leisure).
Sudut tangga di mana penumpang masuk dan keluar. Perhatikan juga jendelanya yang masif. (Yahoo/Sigit Adinugroho)Sudut tangga di mana penumpang masuk dan keluar. Perhatikan juga jendelanya yang masif. (Yahoo/Sigit Adinugroh …
Setelah turun dari subway jalur N kami langsung menuju ke ruang utama terminal ini. Sungguh megah terlihatnya! Suasana keemasan yang ditimbulkan dari pencahayaan dan warna material gedung membuatnya semakin memesona.
Grand Central Terminal ini lebih sering disebut sebagai Grand Central Station, karena kebanyakan orang datang ke sini dengan kereta api. Kabarnya, ia jadi fasilitas terminal perkeretaapian terbesar di dunia dengan 67 jalur kereta api. Ada dua tingkat platform, keduanya berada di bawah tanah. Selain melayani subway dalam kota, Grand Central Station juga melayani kereta jarak jauh komuter yang melayani kota-kota di sekitar seperti Westchester, Putnam, Fairfield dan New Haven.
The Whispering Hall. (Yahoo/Sigit Adinugroho)
Teman saya menunjuk ke langit-langit dan mencoba mengarahkan pandangan saya ke bagian kecil di sudut atap stasiun ini.
"Lihat, ada kotak kecil berwarna hitam, kan?"
Saya mengernyitkan dahi sambil memperhatikan dengan seksama.
"Ah ya, memangnya itu apa?", tanya saya.
"Itu adalah warna langit-langit stasiun ini sebelum dibersihkan tahun 1998. Kotor begitu karena dulu banyak residu asap rokok yang menempel."
Wah, kontras sekali. Warna sekarang adalah hijau toska dengan mural zodiak berlatarbelakang hijau toska yang mencolok, dikelilingi warna keemasan dinding di sekitarnya.
Papan penunjuk jalan di Grand Central. (Yahoo/Sigit Adinugroho)
Di tengah aula utama terdapat sebuah kaunter mungil. Ada petugas di situ yang bertugas memberikan informasi dan petunjuk arah. Tiket bisa dibeli di kaunter terdekat atau di mesin.
Saya sempatkan ke tengah-tengah aula dekat kaunter informasi itu dan melihat berbagai kalangan lalu-lalang mengejar keretanya. Mereka tampak masuk dari pintu-pintu sekeliling, dari tangga di atas dan di bawah, berjalan dengan cepat ke tengah seolah ingin bertemu kami... namun mempercepat laju jalannya lagi ke tempat lain. Kami berada tepat di tengah kesibukan kota yang tidak pernah tidur ini.
Teman saya kemudian mengajak ke sisi lain stasiun yang disebut The Whispering Hall (aula berbisik). Ada empat pilar di sini. Di setiap pilar kita dapat berbisik ke tembok, lalu orang lain yang berada di pilar berseberangan dapat mendengar bisikan kita! Entah apa yang memotivasi arsiteknya untuk membuatnya. Bahkan, kita tak tahu apakah keadaan ini memang sengaja dibuat atau benar-benar aksidental.
Belum sempat puas menikmati suasana di Grand Central, teman saya langsung mengajak saya menaiki kereta berikutnya.
Sigit Adinugroho juga menulis di Ransel Kecil.

https://id.berita.yahoo.com/mengunjungi-grand-central-terminal-di-new-york-061607591.html

No comments:

Post a Comment