III. BERBAGAI PENGIKUT SEKTE
21 (1) Siva
Demikianlah yang saya
dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Savathi di Hutan Jeta,
Taman Anatahapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, dewa muda Siva,
dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, menghampiri
Yang Terberkahi. Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada yang Terberkahi,
berdiri di satu sisi, dan mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang
Terberkahi:172
320 “Orang seharusnya
bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang menjadi lebih baik, tak pernah lebih buruk. <130>
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang menjadi lebih baik, tak pernah lebih buruk. <130>
321 “Orang seharusnya
bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik ornag seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Kebijaksanaan diperoleh, tetapi bukan dari yang lain.
Dengan yang baik ornag seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Kebijaksanaan diperoleh, tetapi bukan dari yang lain.
322 “orang seharusnya
bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik ornag seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang tidak sengsara di tengah penderitaan.
Dengan yang baik ornag seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang tidak sengsara di tengah penderitaan.
323 “Orang seharusnya
bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57]
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang bersinar di antara sanak-saudaranya.
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57]
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang bersinar di antara sanak-saudaranya.
324 “Orang seharusnya
bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57]
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Para makhluk menjalani kehidupan menuju tempat yang baik.
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57]
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Para makhluk menjalani kehidupan menuju tempat yang baik.
325 “Orang seharusnya
bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57]
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Para maklhuk berdiam dengan nyaman.” <131>
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57]
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Para maklhuk berdiam dengan nyaman.” <131>
326 “Orang seharusnya
bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57]
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang terbebas dari semua penderitaan.”
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57]
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang terbebas dari semua penderitaan.”
22 (2) Khema
Dengan berdiri di satu
sisi, dewa muda Khema mengucapkan syair-syair ini dihadapan Yang Terberkahi:
327 “Orang-orang yang
tolol yang tidak memiliki kebijaksanaan
Berperilaku seperti musuh terhadap dirinya sendiri.
Mereka pergi ke mana-mana melakukan perbuatan jahat
Yang membuahkan hanya buah yang pahit.
Berperilaku seperti musuh terhadap dirinya sendiri.
Mereka pergi ke mana-mana melakukan perbuatan jahat
Yang membuahkan hanya buah yang pahit.
328 “Perbuatan itu tidak
dilakukan dengan baik
Yang setelah dilakukan, kemudian disesali,
Orang mengalami hasil perbuatan itu
Dengaan menangis dan wajah penuh air mata.
Yang setelah dilakukan, kemudian disesali,
Orang mengalami hasil perbuatan itu
Dengaan menangis dan wajah penuh air mata.
329 “Sebaliknya,
perbuatan itu dilakukan dengan baik
Yang setelah dilakukan, kemudian tidak disesali,
Orang mengalami hasil perbuatan itu
Dengan gembira dan pikiran yang bahagia.”173 <132>
Yang setelah dilakukan, kemudian tidak disesali,
Orang mengalami hasil perbuatan itu
Dengan gembira dan pikiran yang bahagia.”173 <132>
[Yang Terberkahi:]
320 “Orang harus segera
melakukan perbuatan
Yang diketahuinya akan membawa pada kesejahteraannya sendiri;
Sang pemikir, sang bijaksana, seharusnya tidak maju
Karena merenungkan kusir kereta.
Yang diketahuinya akan membawa pada kesejahteraannya sendiri;
Sang pemikir, sang bijaksana, seharusnya tidak maju
Karena merenungkan kusir kereta.
321 “Bagaimana kusir
kereta yang meninggalkan jalan besar,
Jalan yang permukaannya rata,
Dan masuk ke jalan kecil yang kasar
Merenung sedih dengan as yang patah-
Jalan yang permukaannya rata,
Dan masuk ke jalan kecil yang kasar
Merenung sedih dengan as yang patah-
322 “Begitu pula si
tolol, setelah meninggalkan Dhamma
Untuk mengikuti jalan yang berlawanan dengan Dhamma,
Ketika dia jatuh ke mulut Kematian
Merenung seperti kusir kereta dengan as yang patah itu.”174
Untuk mengikuti jalan yang berlawanan dengan Dhamma,
Ketika dia jatuh ke mulut Kematian
Merenung seperti kusir kereta dengan as yang patah itu.”174
23 (3) Seri
Dengan berdiri di satu
sisi, dewa muda Seri menyapa Yang Terberkahi dengan syair: <133>
333 “Mereka selalu
bersukacita di dalam makanan,
Baik para dewa maupun manusia
Nah, makhluk halus macam apa yang bisa
Yang tidak bersukacitaa di dalam makanan?”
Baik para dewa maupun manusia
Nah, makhluk halus macam apa yang bisa
Yang tidak bersukacitaa di dalam makanan?”
334 “Kematian mereka
memberi karena keyakinan
Dengan hati yang penuh keyakinan,
Makanan bertambah bagi diri [pemberi] sendiri
Baik didunia ini maupun di dunia berikutnya.
Dengan hati yang penuh keyakinan,
Makanan bertambah bagi diri [pemberi] sendiri
Baik didunia ini maupun di dunia berikutnya.
335 “Karena itu, setelah
menghapus kekikiran,
Penakluk noda seharusnya memberikan dana.
Jasa-jasa kebajikan adalah penopang bagi makhluk hidup
[Ketika mereka muncul] di dunia lain.” [58]
Penakluk noda seharusnya memberikan dana.
Jasa-jasa kebajikan adalah penopang bagi makhluk hidup
[Ketika mereka muncul] di dunia lain.” [58]
“Sungguh indah, tuan
yang Terhormat! Sungguh mengagumkan, tuan yang terhormat! Sungguh bagus halitu
dinyatakan oleh Yang Terberkahi:
336-37 “’Ketika mereka
memeberi karena keyaninan.,..<134> [Ketika mereka muncul] di dunia lain.’
“Suatu saat di masa
lalu, tuan yang terhormat, saya adalah seorang raja bernama Seri, seorang
pendana, seorang dermawan, orang yang berbicara memuji perbuatan memberi. Di
empat pintu gerbang saya menyuruh memberikan dana kepada petapa, brahmana,
fakir miskin, kelana, petapa-peminta-minta, dan pengemis. Kemudian, tuan yang
terhormat, para perempuan harem datang kepada saya dan berkata: ‘Baginda raja
memberikan dana, tetapi kami tidak memberikan dana. Sungguh bagus bila, dengan
bantuan baginda raja, kami juga bisa memberikan dana dan melakukan
perbuatan-perbuatan berjasa.’ Saya kemudian berpikir: ‘Aku seorang pendana,
seorang dermawan, orang yang berbicara memuji perbuatan memberi. Nah, ketika
mereka berkata, “Biarlah kami memberikan dana,” apa yang harus kukatakan kepada
mereka?’ Maka, tuan yang terhormat, saya memberikan pintu gerbang pertama
kepada para perempuan harem. Di sana, mereka memberikan dana, sedangkan dana
saya dikembalikan kepada saya. <135>
“Kemudian, tuan yang
terhormat, para pengikut khttiya saya datang kepada saya dan berkata:’Baginda
raja memberikan dana, para perempuan harem memebrikan dana, tetapi kami tidak
memberikan dana. Sungguh bagus bila, dengan bantuanbaginda raja, kami juga bisa
memberikan dana dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa.’ Saya kemudian
berpikir: ‘Aku seorang pendana…’ Maka, tuan yang terhormat, saya memberikan
pintu gerbang kedua kepada para pengikut khattiya. Di sana, mereka memberikan
dana, sedangkan dana saya kembalikan kepada saya.
“Kemudian,…tuan yang
terhormat, para prajurit saya datang kepada saya … [59] … Maka, tuan yang
terhormat, saya memberikan pintu gerbang ketiga kepada prajurit. Di sana,
mereka memberikan dana, sedangkan dana saya dikembalikan kepada
saya.<136>
“Kemudian, tuan yang
terhormat, para brahmana dan perumah tangga datang kepada saya … [59] … Maka,
tuan yang terhormat, saya memberikan pintu gerbang keempat kepada para brahmana
dan perumah-tangga. Di sana, mereka memberikan dana, sedangkan dana saya
dikembalikan kepad asaya.
“Kemudian, tuan yang
terhormat, Orang-orang saya datang kepada saya dan berkata: ‘Sekarang baginda
raja tidak memberikan dana ke mana pun juga.’175 Ketika hal ini
dikatakan, saya memberitahu orang-orang itu: ‘Kalau demikian, kukatakan,
kirimlah separuh dari pendapatan yang dikumpulkan di provinsi-provinsi yang
jauh di sana ke istana. Di sana, berikanlah separuhnya sebagai dana untuk
petapa, brahmana, fakir miskin, kelana, petapa – peminta-minta, dan pengemis.’
“Saya tidak mencapai
batas, tuan yang terhormat, bagi perbuatan-perbuatan berjasa yang sudah lama
saya lakukan, bagi perbuatan-perbuatan bajik yang sudah lama saya lakukan,
<137> sedemikian sehingga saya dapat mengatakan: ‘Hanya ada sekian banyak
jasa kebajikan,’ atau ‘Hanya ada sekian banyak hasil dari jasa kebajikan,’ atau
‘Hanya selama itu saja saya berdiam di surga.’ Sungguh indah, tuan yang
terhormat! Sungguh mengagumkan, tuan yang terhormat! Sungguh bagus hal itu
dinyatakan oleh Yang Terberkahi:
338 “’Ketika mereka
memberi karena keyakinan
Dengan hati yang penuh keyakinan,
Makanan bertambah bagi diri{pemberi] sendiri
Baik di dunia ini maupun di dunia berikutnya.
Dengan hati yang penuh keyakinan,
Makanan bertambah bagi diri{pemberi] sendiri
Baik di dunia ini maupun di dunia berikutnya.
339 “’Karena itu,
setelah menghapus kekikiran,
Penakluk noda seharusnya memberikan dana.
Jasa-jasa kebajikan adalah penopang bagi makhluk hidup
[Ketiak mereka muncul] di dunia lain.” [60]
Penakluk noda seharusnya memberikan dana.
Jasa-jasa kebajikan adalah penopang bagi makhluk hidup
[Ketiak mereka muncul] di dunia lain.” [60]
24 (4) Ghatikara
Dengan berdiri di satu
sisi, dewa muda Ghatikara mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:…
340-52 “Tujuh bhikkhu
terlahir kembali di Aviha
Yang telah sepenuhnya terbebas…”
…(syair 340-52 = syair 170-82, di 1:50) <138-41> …
Keduanya kini telah berkembang di dalam,
Penanggung tubuh terakhir mereka. [61]
Yang telah sepenuhnya terbebas…”
…(syair 340-52 = syair 170-82, di 1:50) <138-41> …
Keduanya kini telah berkembang di dalam,
Penanggung tubuh terakhir mereka. [61]
25 (5) Jantu
Demikianlah yang saya
dengar. Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu sedang berdiam di antara rakyat
Kosala di sebuah gubuk hutan kecil di lereng pegunungan Himalaya – gelisah,
congkak, sombong, suka bicara-kasar, melantur, berpikiran-kacau, tanpa
pengertian jernih, tidak terkonsentrasi, pikirannya tercerai-berai, kendor
dalam kemampuan indera.176
Kemudian, pada hari
Uposatha, hari kelima-belas, dewa muda Jantu menghampiri para bhikkhu, tersebut
dan berkata kepada mereka dengan syair:177
353 “Di masa lalu para
bhikkhu hidup bahagia,
Siswa-siswa Gotama.
Tanpa mengharapkan, mereka mengumpulkan dana makanan,
Tanpa mengharapkan, mereka menggunakan tempat tinggal mereka.
Setelah mengetahui ketidak-kekalan dunia,
Mereka membuat akhir penderitaan.
Siswa-siswa Gotama.
Tanpa mengharapkan, mereka mengumpulkan dana makanan,
Tanpa mengharapkan, mereka menggunakan tempat tinggal mereka.
Setelah mengetahui ketidak-kekalan dunia,
Mereka membuat akhir penderitaan.
354 “Tetapi sekarang,
seperti pemimpin di desa
Mereka membuat dirinya sendiri sulit ditopang.
Mereka makan dan makan dan kemudian berbaring, <142>
Berlaku tolol di rumah orang lain.178
Mereka membuat dirinya sendiri sulit ditopang.
Mereka makan dan makan dan kemudian berbaring, <142>
Berlaku tolol di rumah orang lain.178
355 “Setelah menghormat
dan memuja Sangha,
Di sini saya berbicara tentang beberapa saja:
Mereka ditolak, tanpa pelindung,
Menjadi persis sama seperti yang sudah mati179
Di sini saya berbicara tentang beberapa saja:
Mereka ditolak, tanpa pelindung,
Menjadi persis sama seperti yang sudah mati179
356 “Pertanyaan saya ini
mengacu
Pada mereka yang berdiam di dalam kelalaian.
Sedangkan mereka yang berdiam di dalam ketekunan,
Pada mereka saya memberikan penghormatan yang tulus.”
Pada mereka yang berdiam di dalam kelalaian.
Sedangkan mereka yang berdiam di dalam ketekunan,
Pada mereka saya memberikan penghormatan yang tulus.”
26 (6) Rohitassa
Di Savatthi,. Dengan
berdiri di satu sisi, dewa muda Rohitassa berkata kepada Yang Terberkahi:
“Apakah mungkin, tuan
yang terhormat, bahwa dengan berkelana kita mengetahui atau melihat atau
mencapai akhir dari dunia ini, di mana makhluk tidak terlahir, tidak menjadi
tua, tidak mati, tidak meninggal, dan tidak dilahirkan-kembali?” <143>
“Mengenai akhir dari
dunia ini, sahabat, di mana makhluk tidak terlahir, tidak menjadi tua, tidak
mati, tidak meninggal, dan tidak dilahirkan-kembali – kukatakan bahwa hal itu
tidak dapat diketahui, dilihat, atau dicapai dengan cara berkelana.”180
“Sungguh indah, tuan
yang terhormat! Sungguh mengagumkan, tuan yang terhormat! Sungguh bagus hal itu
dinyatak oleh Yang Terberkahi: “Mengenai akhir dari dunia ini, sahabat, …
kukatakan bahwa hal itu tidak dapat diketahui, dilihat, atau dicapai dengan
cara berkelana.’
“Telah terjadi di masa
lalu, tuan yang terhormat, saya adalah seorang penglihat yang bernama
Rohitassa, putra Bhoja, yang memiliki kekuatan spiritual, mampu berjalan
melalui udara. [62] Kecepatanku sedemikian, tuan yang terhormat, sehingga saya
dapat bergerak dengan begitu cepat, seperti seorang pemanah dengan busur yang
kuat – yang terlatih, terampil, ahli, berpengalaman- dapat dengan mudah
melepaskan anak-panahnya yang ringan181menembus bayang-bayang pohon
palmyra. Langkah sya memang sedemikian, tuan yang terhormat, sehingga tampaknya
bisa mencapai samudera barat dari samudera timur. Kemudian, tuan yang
terhormat, suatu keinginan muncul pada saya: ‘Aku akan mencapai akhir dari
dunia ini dengan cara berkelana.’ <144> Karena memiliki kecepatan seperti
itu dan langkah seperti itu, dan karena mempunyai jangka waktu kehidupan
seratus tahun, hidup selama seratus tahun, saya berkelana selama seratus tahun,
hidup selama seratus tahun, saya berkelanan selama seratus tahun, tanpa
berhenti kecuali untuk makan, minum, mencari makanan dan makanan kecil, buang
air besar dan buang air kecil, tidur dan menghilangkan kelelahan; walaupun
demikian, saya mati di sepanjang jalan tanpa bisa mencapai akhir dari dunia
ini.
“Sungguh indah, tuan
yang terhormat! Sungguh mengagumkan, tuan yang terhormat! Sungguh bagus hal itu
dinyatakan oleh Yang Terberkahi: ‘Mengenai akhir dari dunia ini, sahabat, di
mana makhluk tidak terlahir, tidakmenjadi tua, tidak mati, tidak berlalu, dan
tidak dilahirkan – kembali – kukatakan bahwa hal iitu tidak dapat diketahui,
dilihat, atau dicapai dengan cara berkelana.”’
“Tetapi, sahabat, kukatakan
bahwa bila belum mencapai akhir dari dunia ini tidak akan ada pula pencapaian
pada akhir penderitaan. Sahabat, sebenarnya di dalam jasad yang tingginya
sedepa ini, <145> yang memiliki persepsi dan pikiran inilah maka aku
mengetahui dunia, asal-mula dunia, akhir dari dunia, dan jalan menuju akhir
dari akhir dari dunia.182
357 “Akhir dunia tidak
pernah dapat dicapai
Dengan cara berkelana [ke seluruh dunia]
Namun tanpa mencapai akhir dari dunia
Tidak ada jalan keluar dari penderitaan.
Dengan cara berkelana [ke seluruh dunia]
Namun tanpa mencapai akhir dari dunia
Tidak ada jalan keluar dari penderitaan.
358 “Karena itu, sesungguhnya,
pengenal-dunia, orang yang bijaksana,
Yang telah pergi ke akhir dunia, penggenap kehidupan suci,
Setelah mengetahui akhir dunia, dengan damai,
Tak lagi merindukan dunia ini atau dunia lain.”
Yang telah pergi ke akhir dunia, penggenap kehidupan suci,
Setelah mengetahui akhir dunia, dengan damai,
Tak lagi merindukan dunia ini atau dunia lain.”
26 (7) Nanda
Dengan berdiri di satu
sisi, dewa muda Nanda mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
359 “Waktu berlalu
pergi, malam demi malam lewat dengan cepat;
Tahap-tahap kehidupan berturut-turut meninggalkan kita.
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Orang seharusnya melakukan tindakan-tindakan berjasa yang membawa kebahagiaan.”
Tahap-tahap kehidupan berturut-turut meninggalkan kita.
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Orang seharusnya melakukan tindakan-tindakan berjasa yang membawa kebahagiaan.”
360 “Waktu berlalu
pergi, malam demi malam lewat dengan cepat;
Tahap-tahap kehidupan berturut-turut meninggalkan kita. [63]
Karenaa melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Pencari kedamaian seharusnya melepas umpan dunia.” <146>
Tahap-tahap kehidupan berturut-turut meninggalkan kita. [63]
Karenaa melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Pencari kedamaian seharusnya melepas umpan dunia.” <146>
28 (8) Nandivisala
Dengan berdiri di satu
sisi, dewa muda Nandivisala mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
361 “Memiliki empat roda
dan sembilan pintu,
Terisi penuh dan terikat dengan keserakahan,
Terlahir dari tanah berlumpur, O pahlawan besar!
Bagaimana maklhuk lolos darinya?”
Terisi penuh dan terikat dengan keserakahan,
Terlahir dari tanah berlumpur, O pahlawan besar!
Bagaimana maklhuk lolos darinya?”
362 “Setelah memotong
tali dan pengikat,
Setelah memotong keinginan jahat dan keserakahan,
Setelah menarik keluar nafsu keinginan dengan akarnya:
Demikianlah dia lolos darinya.”
Setelah memotong keinginan jahat dan keserakahan,
Setelah menarik keluar nafsu keinginan dengan akarnya:
Demikianlah dia lolos darinya.”
29 (9) Susima
<147> Di Savatthi.
Pada waktu itu Y.M. Ananda menghampiri Yang Terberkahi, memberi hormat kepada
Beliau, dan duduk di satu sisi. Yang Terberkahi kemudian berkata kepadanya:
“Apakah engkau juga,
Ananda, menyetujui Sariputta?”183
“Memang, tuan yang terhormat,
siapa yang tidak akan menyetujui Y.M. Sariputta, keculai dia tolol, penuh
kebencian, terpedaya, daan kacau mentalnya? Y.M. Sariputta, tuan yang
terhormat, sungguh bijaksana, memiliki kebijaksanaan yang besar, kebijaksanaan
yang luas, kebijaksanaan yang gembira, kebijaksanaan yang cepat, kebijaksanaan
yang tajam, kebijaksanaan yang menembus.184 Y.M. Sariputta,
tuan yang terhormat, mempunyai hanya sedikit keinginan, beliau puas hati,
menyendiri, waspada, bersemangat. Y.M. Sariputta, tuan yang menerima nasihat,
penegur, orang yang mencela kejahatan. Memang, tuan yang terhormat, siapa yang
tidak akan menyetujui Y.M. Sariputta, kecuali dia tolol, penuh kebencian,
terpedaya dan kacau mentalnya?” [64]
“Demikianlah halnya
Ananda, demikianlah halnya! Memang Ananda, siapa yang tidak akan menyetujui
Y.M. Sariputta, kecuali dia tolol, penuh kebencian, terpedaya, dan kacau
mentalnya? Y.M. Sariputta, Ananda, sungguh bijaksana (seperti di atas)
<148> … kecuali dia kacau mentalnya?”
Kemudian, sementara
pujian terhadap Y.M. Saariputta ini sedang diucapkan, dewa muda Susima, yang
ditemani oleh sekelompok besar dewa muda, menghampiri Yang Terberkahi.185 Setelah
mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi, dan
berkata kepada Beliau: “Demikianlah halnya, tuan yang terhormat! Demikianlah
halnya, Yang Beruntung! Memang, Yang Terberkahi, siapa yang tidak akan
menyetujui Y.M. Sariputta…(semua seperti di atas) <149> … Kecuali dia
kacau mentalnya? Yang juga saya alami sendiri, tuan yang terhormat, tidak
peduli kelompok dewa mana pun yang saya hampiri, saya telah sering mendengar
laporan yang sama ini: ‘Y.M. Sariputta memang bijaksana … orang yang mencela
kejahatan. Memang, siapa yang tidak akan menyetujui Y.M. Sariputta, kecuali dia
tolol, penuh kebencian, terpedaya, dan kacau mentalnya?’”
Kemudian, sementara
pujian terhadap Y.M. Sariputa ini sedang diucapkan, dewa-dewa muda di kelompok
Susima – girang, senang, penuh kegiuran dan kegembiraan-mempertunjukkan
berbagai warna yang bersinar.186 Persis seperti permata
beryl-yang indah, berkualitas yang tinggi, bersisi – delapan, diproses dengan
amat bagus-ketika diletakkan di kain brokat, bersinar dan bercahaya dan
memancar, <150> demikian pula para dewa muda di kelompok Susima [65] …
mempertunjukkan berbagai warna yang bersinar.
Dan persis seperti
perhiasan dari emas yang terbaik – yang dengan amat terampil diproses di
perapian oleh pandai emas yang piawai – ketika diletakkan di kain brokat,
bersinar dan bercahaya dan membacar, demikian pula para dewa muda di kelompok
Susima…mempertunjukkan berbagai warna yang bersinar.
Dan persis seperti,
ketika malam telah berlalu, bintang pagi bersinar dan bercahaya dan memancar,
demikian pula para dewa muda di kelompok Susima …mempertunjukkan berbagai warna
yang bersinar.187
Dan persis seperti di
musim gugur, ketika langit jernih dan tak berawan, matahari yang muncul di
langit, <151> menghalau semua kegelapan dari angkasa sementara matahari
bersinar dan bercahaya dan memancar,188 demikian pula para dewa
muda di kelompok Susima-girang, senang, penuh kegiuran dan
kegembiraan-mempertunjukkan berbagai warna yang bersinar.
Kemudian, dengan mengacu
pada Y.M. Sariputta, dewa muda Susima mengucapkan syair ini dihadapan Yang
Terberkahi:
363 “Dia secara luas
dikenal sebagai orang yang bijaksana,
Sariputta, yang bebas dari kemarahan;
Memiliki sedikit keinginan, lembut, jinak,
Penglihatan yang dihiasi oleh pujian Sang Guru.”
Sariputta, yang bebas dari kemarahan;
Memiliki sedikit keinginan, lembut, jinak,
Penglihatan yang dihiasi oleh pujian Sang Guru.”
Kemudian, Yang
Terberkahi, dengan mengacu pada Y.M. Saroputta, menjawab dewa muda Susima
dengan syair:
364 “Dia secara luas
dikenal sebagai orang yang bijaksana,
Sariputta, yang bebas dari kemarahan;
Memiliki sedikit keinginan, lembut, jinak,
Telah berkembang, dijinakkan dengan baik, dia menunggu waktunya.”(189)
Sariputta, yang bebas dari kemarahan;
Memiliki sedikit keinginan, lembut, jinak,
Telah berkembang, dijinakkan dengan baik, dia menunggu waktunya.”(189)
30 (10) Berbagai
Pengikut Sekte
Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha di Hutan Bambu,
Tempat Perlindungan Tupai. Kemudian, ketika malam telah larut, sejumlah
<152> dewa muda, siswa-siswa dari berbagai guru sekte – Asama dan Sahali
dan Ninka dan Akotaka dan Vetambari dan Manavagamiya- dengan keelokan yang
memukau, [66] yang menerangi seluruh Hutan Bambu, menghampiri Yang Terberkahi
dan berdiri di satu sisi.190
Kemudian, dengan berdiri
di satu sisi, dewa muda Asama mengucapkan syair ini dengan mengacu pada Purana
Kassapa di hadapan Yang Terberkahi:
365 “Dalam penganiayaan
dan pembunuhan di sini,
Dalam pemukulan dan pemerasan,
Kassapa tidaqk mengenali kejahatan
Tidak juga melihat jasa kebajikan untuk seseorang.
Beliau sesungguhnya mengajarkan apa yang patut dipercaya:
Guru itu pantas memperoleh penghargaan.”191
Dalam pemukulan dan pemerasan,
Kassapa tidaqk mengenali kejahatan
Tidak juga melihat jasa kebajikan untuk seseorang.
Beliau sesungguhnya mengajarkan apa yang patut dipercaya:
Guru itu pantas memperoleh penghargaan.”191
Kemudian dewa muda
Sahali mengucapkan Syair ini dengan mengacu pada Maakkhali Gosala di hadapan
Yang Terberkahi:192
366 “Dengan keras hati
dan seksama <153>
Beliau mencapai pengendalian – diri yang sempurna.
Beliau meninggalkan bicara – berbantahan dengan orang-orang,
Menahan diri dari bicara-salah, seorang pembicara kebenaran.
Pastilah orang seperti itu tidak melakukan kejahatan.”193
Beliau mencapai pengendalian – diri yang sempurna.
Beliau meninggalkan bicara – berbantahan dengan orang-orang,
Menahan diri dari bicara-salah, seorang pembicara kebenaran.
Pastilah orang seperti itu tidak melakukan kejahatan.”193
Kemudian dewa muda Ninka
mengucapkan syair ini dengan mengacu pada Nigantha Nataputta di hadapan Yang
Terberkahi:
367 “Seorang bhikkhu
yang memahami dengan cermat,
Terkendali dengan baik oleh empat kendali,
Menjelaskan apa yang dilihat dan didengar:
Pastilah beliau bukan orang yang berdosa.”194
Terkendali dengan baik oleh empat kendali,
Menjelaskan apa yang dilihat dan didengar:
Pastilah beliau bukan orang yang berdosa.”194
Kemudian dewa muda
Akotaka mengucapkan syair ini dengan mengacu pada berbagai guru sekte di
hadapan Yang Terberkahi:
368 “Pakudhaka Katiyana
dan Nigantha,
Bersama dengan Makkhali dan Purana:
Guru-guru kelompok, petapa yang mencapai tingkat tinggi:
Mereka pastilah tidak jauh dari manusia-manusia superior.” 195<154>
Bersama dengan Makkhali dan Purana:
Guru-guru kelompok, petapa yang mencapai tingkat tinggi:
Mereka pastilah tidak jauh dari manusia-manusia superior.” 195<154>
Kemudian dewa muda
Vetambari menjawab para dewa muda Akotaka dengan syair:
369 “Bahkan dengan
melolong bersama serigala yang sedih
Tetap saja binatang yang buruk, tak pernah menjadi teman singa.
Demikian pula meskipun dia merupakan guru kelompok,
Petapa telanjang, pembicara kebohongan,
Yang membangkitkan kecurigaan karena perilakunya,
Tidak ada kemiripannya dengan manusia-manusia superior.” 196[67]
Tetap saja binatang yang buruk, tak pernah menjadi teman singa.
Demikian pula meskipun dia merupakan guru kelompok,
Petapa telanjang, pembicara kebohongan,
Yang membangkitkan kecurigaan karena perilakunya,
Tidak ada kemiripannya dengan manusia-manusia superior.” 196[67]
Kemudian Mara Si jahat
mengusai dewa muda Vetambari dan mengucapkan syair ini di hadapan Yang
Terberkahi: 197
370 “Mereka yang hidup
dengan keras-hgati dan seksama,
Mereka yang melindungi kesendiriannya,
Dan mereka yang telah mantap pada bentuk,
Bersukacita di dunia para dewa: <155>
Sesungguhnya, maklhik hidup ini mengajar dengan benar
Sehubungan dengan dunia lain.”
Mereka yang melindungi kesendiriannya,
Dan mereka yang telah mantap pada bentuk,
Bersukacita di dunia para dewa: <155>
Sesungguhnya, maklhik hidup ini mengajar dengan benar
Sehubungan dengan dunia lain.”
Kemudian, Yang
Terberkahi, setelah mengerti, “Ini Mara Si Jahat,” menjawab Mara Si Jahat
dengan syair:
371 “Bentuk apa pun yang
ada di sisni atau di luar sana,
Dan mereka yangt indah dan bersinar di angkasa,
Semua ini, memang, engkau puji, Namuci,
Bagaiakan umpan yang dilemparkan untuk menangkap ikan.” 198
Dan mereka yangt indah dan bersinar di angkasa,
Semua ini, memang, engkau puji, Namuci,
Bagaiakan umpan yang dilemparkan untuk menangkap ikan.” 198
Kemudian, di hadapan
Yang terberkahi, dewa muda Manavagamiya mengucapkan syair-syair ini dengan
mengacu pada Yang terberkahi:
372 “Vipula disebut yang
terbaik di antara gunung
Di antara bukit di Rajagaha,
Seta, yang terbaik di anatara gunung yang tertutup salju,
Matahari, yang terbaik di antara kelana di angkasa.
Di antara bukit di Rajagaha,
Seta, yang terbaik di anatara gunung yang tertutup salju,
Matahari, yang terbaik di antara kelana di angkasa.
373 “Samudera adalah
tubuh air yang terbaik,
Rembulan, sinar, malam yang terbaik, <156>
Tetapi di dunia ini bersama dengan para dewanya
Sang Buddhalah yang dinyatakan tertinggi.”
Rembulan, sinar, malam yang terbaik, <156>
Tetapi di dunia ini bersama dengan para dewanya
Sang Buddhalah yang dinyatakan tertinggi.”
Posting
ini telah dilihat sebanyak :1016
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/pengikut-berbagai-sekte/
No comments:
Post a Comment