Salah satu tempat yang direkomendasikan beberapa teman yang pernah ke Taipei adalah menyambangi pasar malamnya. Selain berburu belanjaan murah, pasar malam adalah surga kuliner. Pasar malam Raohe yang terletak di distrik Songshan menjadi target tujuan.
Untuk mencapai lokasi tujuan, sebenarnya bisa naik kereta high speed dan turun di Songshan. Sayang, pada saat ke sana, stasiun ini ditutup karena dalam perbaikan. Pilihan lain adalah menggunakan Metro (semacam MRT), turun di stasiun Houshanpi dan berjalan kaki agak jauh ke pasar malam.
Walau berjalan agak jauh, bagi yang doyan berbelanja baju, justru untung karena untuk mencapai Raohe, kita akan melewati Wu Fen Pu, pasar baju dengan harga grosir. Sepintas los-los yang bertebaran di gank kecil di area ini mengingatkan kita pada Melawai atau Thamrin City, tetapi tanpa AC.
Pilihan baju yang dijual di sini sangatlah beragam dan yang pasti bikin mules saking banyaknya. Mulai dari baju kasual, baju kantor, training untuk olah raga, baju dalam, vaju hangat, baju anak-anak, baju pesta sampai baju untuk anjing pun ada. Belum lagi aksesoris macam fashion seperti topi, ikat pinggang, hingga anting, kalung dan gelang juga ada. Jika niat berburu baju murah di sini, perlu waktu seharian mungkin untuk menjelajahi area ini.
Berhubung niat utama adalah menjelajah pasar malam dan kebetulan sudah waktunya jam makan malam, saya pun memutuskan hanya sekadar melihat-lihat Wu Fen Pu. Berjalan sekitar 750 meter dari Wu Fen Pu, kemeriahan salah satu pasar malam tertua di Taipei ini sudah terlihat dengan lampu dan lampion meriah yang dipasang di pintu gerbang.
Dan, terus terang, selain Wu Fen Pu, ada satu kejutan yang menyenangkan lainnya saat berjalan menuju Raohe. Sebelum menyebrang Ba-de Road Section 4, terlihat klenteng Ciyou di sisi kanan pasar. Konstruksi kenteng ini dibangun tahun 1753 yang didedikasikan sebagai tempat pemujaan dewi Mazu. Arsitek klenteng di bagian depan sangatlah megah dan langsung mengundang decak kagum. Atap genteng berwarna kuning keemasan sedangkan di bagian atas atap terdapat detail puluhan naga berwarna hijau dan merah. Di sisi kanan kiri atap, terdapat patung merah dan hijau yang terlihat seperti penjaga klenteng.
Setelah menyebrang jalan, sepanjang jalan pasar malam Raohe ini terlihat padat. Pasar malam Raohe ini sebenarnya tidak terlalu besar. Jejeran kios dan gerobak makanan berada hanya di sekitar jalan yang tidak kurang 600 meter. Lebar jalanan pun tidak terlalu besar, terutama dua jalur untuk pejalan kaki karena di bagian tengahnya juga terdapat jejeran gerobak penjual. Sepintas mengingkatkan Ladies’ Market atau Temple Street di Hong Kong.
Di ujung lain pasar malam Raohe ini, di samping pintu gerbang, terdapat patung burung hantu dengan mata burung diganti dengan lampu berwarna hijau. Patung burung hantu ini dipilih sebagai maskot karena menarik perhatian dan sebagai burung yang hidup di malam hari, pasar ini diharapkan juga denyutnya hidup di malam hari.
Namun, dari semua kios yang ada di situ, kios paling depan, Hujiao Ping, terlihat sangat panjang dan sangatlah mengundang rasa ingin tahu. Kios jajanan pasar ini menarik karena terlihat koki yang meracik makanan ternyata orang bule dan cara pemasakan makanannya pun unik. Kios ini ternyata menjual bakpao babi lada yang dimatangkan dengan cara mengempelkan adonan di dinding layaknya teknik memasak makanan Timur Tengah. Sesuai dengan namanya, bakpao ini memang tidak bisa dicoba bagi para muslim.
Menyusuri pasar malam, pilihan makanan yang disajikan di gerobak jalanan semakin bervariari saja. Dan, yang paling banyak adalah makanan laut seperti cumi dan tiram. Cumi biasanya hanya dipanggang saja. Tetapi, karena masih segar, cumi panggang ini sukses membuat orang ketagihan. Apalagi, dilihat dari harga cukup terjangkau (Sekitar 40 ribu rupiah).
Jajanan populer di tempat ini yang wajib dicoba selain cumi adalah mochi jelly, sosis raksasa, snack ala Jepang Okonomiyaki, jamur panggung dan sate es krim goreng. Makanan khas Taiwan (mochi, dodol dan jelly berbagai rasa) yang sudah dikenas dalam kotak-kotak cantik juga bisa diborong di sini karena harganya sedikit lebih murah. Pilihan minumannya juga di sini tak kalah menarik. Teh bubble dengan berbagai rasa dan topping bisa dicoba dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang di Jakarta. Sekitar 10 ribu perak. Atau jika ingin sehat, bisa memilih potongan buah segar seperti mangga atau jambu air yang ukurannya besar-besar.
Bagi yang ingin makanan porsi besar untuk makan malam, bisa mencoba restoran kecil yang ada di beberapa gank yang ada di sepanjang jalan utama pasar malam. Pilihan makanannya pun cukup familiar dengan makanan di Indonesia seperti mie pangsit dan nasi goreng. Tetapi, lagi-lagi, bagi muslim, berwisata kuliner di pasar malam ini harus hati-hati karena kebanyakan memang menggunakan bahan dasar babi.
Tak masalah bila Anda bukan tipe orang yang senang bertualang kuliner. Buat para pecinta gedget, terutama aksesorinya, pasar malam Raohe juga layak dikunjungi untuk berburu gadget aneka rupa dengan harga menarik.
https://id.berita.yahoo.com/serunya-hiruk-pikuk-di-pasar-malam-raohe-taipei-122537095.html
No comments:
Post a Comment