Pasang Iklan Di Sini

Sunday, November 16, 2014

DN 10 Subha Sutta Tentang Subha Moralitas, Konsentrasi, Kebijaksanaan

DN 10
Subha Sutta
Tentang Subha
Moralitas, Konsentrasi, Kebijaksanaan
Diterjemahkan dari bahasa Pāi ke bahasa Inggris oleh
Maurice O’Connell Walshe

[204] 1.1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.1 Suatu ketika, Yang Mulia Ānanda sedang berdiam di Sāvatthi, di Hutan Jeta, di Taman Anāthapiṇḍika, tidak lama setelah Sang Bhagavā meninggal dunia.2 Dan pada saat itu, pemuda bernama Subha, putra Todeyya,3 sedang menetap di Sāvatthi untuk suatu urusan.
1.2. Dan Subha berkata kepada seorang pemuda: ‘Pergilah, adikku, ke tempat di mana Petapa Ānanda berada, tanyakan padanya atas namaku apakah ia dalam keadaan sehat, bebas dari keletihan, kuat, bersemangat, dan berdiam dengan nyaman, dan katakan: “Baik sekali, jika Yang Mulia Ānanda, demi belas kasihnya, mengunjungi kediaman Subha, putra Todeyya.”’
1.3. ‘Baiklah, Tuan,’ pemuda itu menjawab. Kemudian ia pergi ke tempat Yang Mulia Ānanda, saling bertukar sapa, dan duduk di satu sisi. Kemudian ia menyampaikan [205] pesan itu.’
1.4. Yang Mulia Ānanda menjawab: ‘Ini bukan waktu yang tepat, anak muda. Hari ini aku meminum obat. Mungkin besok jika waktu dan kesempatannya memungkinkan.’ Dan anak muda itu bangkit, kembali ke Subha dan melaporkan apa yang terjadi antara dia dengan Yang Mulia Ānanda, dan menambahkan: ‘Misiku sejauh ini telah selesai, Yang Mulia Ānanda mungkin akan datang besok.’
1.5. Dan sesungguhnya, saat malam berakhir, Yang Mulia Āanda merapikan jubahnya, membawa jubah dan mangkuknya dan, disertai oleh Yang Mulia Cetaka,4 datang ke kediaman Subha, dan duduk di tempat yang telah disediakan. Kemudian Subha mendekati Yang Mulia Ānanda, saling bertukar sapa dengannya, dan duduk di satu sisi. Kemudian ia berkata: [206] ‘Yang Mulia Ānanda sudah lama menjadi pelayan pribadi Yang Mulia Gotama, menetap di dekat Beliau. Engkau, Yang Mulia Ānanda, pasti mengetahui hal-hal apa yang dipuji oleh Yang Mulia Gotama, dan yang dengannya Beliau menggerakkan, menasihati, dan mengukuhkan orang-orang. Apakah, Yang Mulia Ānanda, hal-hal itu?’
1.6. ‘Subha, ada tiga kelompok hal yang dipuji oleh Sang Bhagavā, dan yang dengannya Beliau menggerakkan, menasihati, dan mengukuhkan orang-orang. Apakah tiga itu? Kelompok moralitas Ariya,5kelompok konsentrasi Ariya, dan kelompok kebijaksanaan Ariya. Ini adalah tiga kelompok hal yang dipuji oleh Sang Bhagavā …. ‘
‘Yang Mulia Ānanda, apakah kelompok moralitas Ariya yang dipuji oleh Sang Bhagavā …?’
1.7-29. ‘Tuan muda, seorang Tathāgata telah muncul di dunia ini, seorang Arahat, Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna, memiliki kebijaksanaan dan perilaku yang Sempurna, telah sempurna menempuh Sang Jalan, Pengenal seluruh alam, penjinak manusia yang harus dijinakkan yang tiada bandingnya, Guru para dewa dan manusia, Tercerahkan dan Terberkahi. Beliau, setelah mencapainya dengan pengetahuan-Nya sendiri, menyatakan kepada dunia bersama para dewa, māra dan Brahma, para raja dan umat manusia. Beliau membabarkan Dhamma, yang indah di awal, indah di pertengahan, indah di akhir, dalam makna dan kata, dan menunjukkan kehidupan suci yang sempurna dan murni sepenuhnya. Seorang siswa pergi meninggalkan keduniawian dan mempraktikkan moralitas (Sutta 2, paragraf 41-63). Itu adalah kesempurnaan moralitas.’
1.30. ‘Itu adalah kelompok moralitas Ariya yang dipuji oleh Sang Bhagavā …. Tetapi ada lagi yang harus dilakukan.’ ‘Sungguh indah, Yang Mulia Ānanda, sungguh menakjubkan! Kelompok moralitas Ariya telah dipenuhi dengan sempurna, tidak ditinggalkan dalam keadaan tidak sempurna. Dan aku tidak melihat kelompok moralitas Ariya ini [207] dipenuhi oleh siapa pun di antara para petapa dan Brahmana dari aliran lain. Dan jika ada di antara mereka yang menemukan kesempurnaan ini dalam diri mereka, mereka akan sangat gembira sehingga mereka akan mengatakan: “Kita sudah selesai! Tujuan pertapaan kita telah tercapai! Tidak ada lagi yang harus dilakukan!” Tetapi Yang Mulia Ānanda menyatakan bahwa masih ada lagi yang harus dilakukan!’
[Akhir dari bagian pembacaan pertama]
2.1 ‘Yang Mulia Ānanda, apakah kelompok konsentrasi Ariya yang dipuji oleh Yang Mulia Gotama …?’
2.2-18. ‘Dan bagaimanakah seorang bhikkhu menjaga pintu-pintu indrianya? Ia menjaga pintu-pintu indrianya dan mencapai empat jhāna (Sutta 2, paragraf 64-82). Ini muncul padanya melalui konsentrasi.’ [208]
2.19. ‘Itu adalah kelompok konsentrasi Ariya yang dipuji oleh Sang Bhagavā …. Tetapi ada lagi yang harus dilakukan.’ ‘Sungguh indah, Yang Mulia Ānanda, sungguh menakjubkan! Kelompok konsentrasi Ariya telah dipenuhi dengan sempurna, tidak ditinggalkan dalam keadaan tidak sempurna. Dan aku tidak melihat kelompok konsentrasi Ariya ini dipenuhi oleh siapa pun di antara para petapa dan Brahmana dari aliran lain. Dan jika ada di antara mereka yang menemukan kesempurnaan ini dalam diri mereka, mereka akan sangat gembira sehingga mereka akan mengatakan: “Kita sudah selesai! Tujuan pertapaan kita telah tercapai! Tidak ada lagi yang harus dilakukan!” Tetapi Yang Mulia Ānanda menyatakan bahwa masih ada lagi yang harus dilakukan!’
2.20. ‘Yang Mulia Ānanda, apakah kelompok kebijaksanaan Ariya yang dipuji oleh Yang Mulia Gotama?’ 2.21-22. ‘Dan demikianlah, dengan pikiran terkonsentrasi, ia mencapai berbagai pandangan terang (Sutta 2, paragraf 83-84). Ini muncul padanya melalui kebijaksanaan.
2.23-36. ‘Ia menembus Empat Kebenaran Mulia, sang jalan dan, lenyapnya kekotoran (Sutta 2, paragraf 85-97). Dan ia mengetahui: “ …. Tidak ada lagi yang lebih jauh di sini.”
2.37. Itu adalah kelompok kebijaksanaan Ariya yang dipuji oleh Sang Bhagavā, yang dengannya Beliau menggerakkan, menasihati, dan mengukuhkan orang-orang. Lebih dari itu, tidak ada lagi yang harus dilakukan.’ [210]
‘Sungguh indah, Yang Mulia Ānanda, sungguh menakjubkan! Kelompok kebijaksanaan Ariya telah dipenuhi dengan sempurna, tidak ditinggalkan dalam keadaan tidak sempurna. Dan aku tidak melihat kelompok kebijaksanaan Ariya ini dipenuhi oleh siapa pun di antara para petapa dan Brahmana dari aliran lain. Dan tidak ada lagi yang lebih jauh yang harus dilakukan! Sungguh indah, Yang Mulia Ānanda, sungguh menakjubkan! Bagaikan seseorang yang menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana. Demikian pula Yang Mulia Ānanda telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara.’
‘Yang Mulia Ānanda, aku berlindung kepada Gotama Sang Bhagavā, kepada Dhamma, dan kepada Sangha. Sudilah Yang Mulia Ānanda menerimaku sebagai seorang siswa-awam yang telah menerima perlindungan sejak hari ini hingga akhir hidupku!’
  • 1. Kita mungkin bertanya-tanya, seperti halnya RD, mengapa ini dimasukkan ke dalam Sutta terpisah, padahal isinya kurang lebih sama dengan DN 2. tetapi pengulangan tidak pernah diabaikan oleh para penulis Canon masa lalu, dan ini tidak diragukan dilakukan sehubungan dengan kisah Subha menjadi pengikut Buddha. RD menunjukkan bahwa tiga kelompok ini adalah sīla, samādhi dan paññā, yang kami terjemahkan menjadi (agak berbeda dari RD) sebagai moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan. RD juga menyebutkan bahwa istilah samādhi tidak ditemukan dalam naskah-naskah Pre-Buddhist. Menurut catatannya harus ditambahkan bahwa penggunaan istilah ini dalam naskah Hindu untuk menunjukkan kondisi pencerahan adalah tidak selaras dengan penggunaan dalam Buddhisme, dimana arti dasar dari konsentrasi meluas untuk menjelaskan ‘meditasi’ secara umum.
  • 2. Kronologi sangat sedikit atas Nikāya ini. Peristiwa meninggal dunia-nya Sang Buddha dijelaskan dalam DN 16.
  • 3. Seorang Brahmana, yang namanya berarti ‘orang Tudi’.
  • 4. Seperti Todeyya, namanya berasal dari nama tempat kelahirannya di negeri Cetiya.
  • 5. Sīlakkhandha. Ini juga merupakan nama dari kelompok pertama dari tiga kelompok Nikāya ini, namun dua lainnya tidak mirip dalam polanya.



http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/subha-sutta-2/


No comments:

Post a Comment