Pasang Iklan Di Sini

Saturday, November 1, 2014

Anguttara Nikaya - Perbuatan Layak

61 (1) Perbuatan Layak

Perumah tangga Anāthapiṇḍika mendatangi Sang Bhagavā … Sang Bhagavā berkata kepadanya: [66]

“Perumah tangga, ada empat hal ini yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan, dan jarang diperoleh di dunia. Apakah empat ini?

(1) “Seseorang berpikir: ‘Semoga kekayaan mendatangiku dengan cara yang benar!’ Ini adalah hal pertama di dunia yang diharapkan … dan jarang diperoleh di dunia.

(2) “Setelah memperoleh kekayaan dengan cara yang benar, ia berpikir: ‘Semoga kemasyhuran mendatangiku dan sanak saudaraku dan penahbisku!’<744> Ini adalah hal ke dua di dunia yang diharapkan … dan jarang diperoleh di dunia.

(3) “Setelah memperoleh kekayaan dengan cara yang benar dan setelah memperoleh kemasyhuran untuk dirinya dan sanak saudaranya dan penahbisnya, ia berpikir: ‘Semoga aku panjang umur dan menikmati umur panjang!’ Ini adalah hal ke tiga di dunia yang diharapkan … dan jarang diperoleh di dunia.

(4) “Setelah memperoleh kekayaan dengan cara yang benar dan setelah memperoleh kemasyhuran untuk dirinya dan sanak saudaranya dan penahbisnya, setelah hidup lama dan menikmati umur panjang, ia berpikir: ‘Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, semoga aku terlahir kembali dalam takdir yang baik, di alam surga!’ Ini adalah hal ke empat di dunia yang diharapkan … dan jarang diperoleh di dunia.

“Ini adalah empat hal yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan, dan jarang diperoleh di dunia.

“Ada, perumah tangga, empat hal [lainnya] yang mengarah pada diperolehnya empat hal tadi. Apakah empat ini? Kesempurnaan dalam keyakinan, kesempurnaan dalam perilaku bermoral, kesempurnaan dalam kedermawanan, dan kesempurnaan dalam kebijaksanaan.

(1) “Dan apakah, perumah tangga, kesempurnaan dalam keyakinan? Di sini, seorang siswa mulia memiliki keyakinan; ia menempatkan keyakinan dalam pencerahan Sang Tathāgata sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah seorang Arahant, tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, yang berbahagia, pengenal dunia, pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ Ini adalah kesempurnaan dalam keyakinan.

(2) “Dan apakah kesempurnaan dalam perilaku bermoral? Di sini, seorang siswa mulia menghindari membunuh … menghindari minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan. Ini disebut kesempurnaan dalam perilaku bermoral.

(3) “Dan apakah kesempurnaan dalam kedermawanan? Di sini, seorang siswa mulia berdiam di rumah dengan pikiran yang bebas dari noda kekikiran, dermawan dengan bebas, bertangan terbuka, bersenang dalam melepas, menekuni derma, bersenang dalam memberi dan berbagi. Ini disebut kesempurnaan dalam kedermawanan.

(4) “Dan apakah kesempurnaan dalam kebijaksanaan? [67] Jika seseorang berdiam dengan pikiran dikuasai oleh kerinduan dan keserakahan yang tidak selayaknya, maka ia melakukan apa yang seharusnya dihindari dan mengabaikan tugasnya, sehingga kemasyhuran dan kebahagiaannya menjadi rusak. Jika ia berdiam dengan pikiran dikuasai oleh niat buruk … oleh ketumpulan dan kantuk … oleh kegelisahan dan penyesalan … oleh keragu-raguan, maka ia melakukan apa yang seharusnya dihindari dan mengabaikan tugasnya, sehingga kemasyhuran dan kebahagiaannya menjadi rusak.

“Ketika, perumah tangga, seorang siswa mulai telah memahami sebagai berikut: ‘Kerinduan dan keserakahan yang tidak selayaknya adalah kekotoran pikiran,’ maka ia meninggalkannya. Ketika ia memahami sebagai berikut: ‘Niat buruk  adalah kekotoran pikiran,’ maka ia meninggalkannya. Ketika ia memahami sebagai berikut: ‘Ketumpulan dan kantuk adalah kekotoran pikiran,’ maka ia meninggalkannya. Ketika ia memahami sebagai berikut: ‘Kegelisahan dan penyesalan adalah kekotoran pikiran,’ maka ia meninggalkannya. Ketika ia memahami sebagai berikut: ‘Keragu-raguan adalah kekotoran pikiran,’ maka ia meninggalkannya.

“Ketika, perumah tangga, seorang siswa mulai telah memahami sebagai berikut: ‘Kerinduan dan keserakahan yang tidak selayaknya adalah kekotoran pikiran,’ dan telah meninggalkannya; ketika ia memahami sebagai berikut: ‘Niat buruk  … Ketumpulan dan kantuk … Kegelisahan dan penyesalan … Keragu-raguan adalah kekotoran pikiran,’ dan telah meninggalkannya, maka ia disebut seorang siswa mulia dengan kebijaksanaan tinggi, dengan kebijaksanaan luas, seorang yang melihat jangkauan,<745> seorang yang sempurna dalam kebijaksanaan. Ini disebut kesempurnaan dalam kebijaksanaan.

“Ini adalah keempat hal [lainnya] yang mengarah pada diperolehnya empat hal yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan, dan jarang diperoleh di dunia.

“Dengan kekayaan yang diperoleh melalui usaha keras penuh semangat, dikumpulkan melalui kekuatan tangannya, didapat melalui keringat di alis matanya, kekayaan benar yang diperoleh dengan benar, maka siswa mulia itu melakukan empat perbuatan yang layak. Apakah empat ini?

(1) “Di sini, perumah tangga, dengan kekayaan yang diperoleh melalui usaha keras penuh semangat … diperoleh dengan benar, siswa mulia itu membuat dirinya bahagia dan gembira dan dengan benar memelihara dirinya dalam kebahagiaan; ia membuat orang tuanya bahagia dan gembira dan dengan benar memelihara mereka dalam kebahagiaan; ia membuat istri dan anak-anaknya, budak-budak, para pekerja, dan para pelayannya bahagia dan gembira dan dengan benar memelihara mereka dalam kebahagiaan; ia membuat teman-teman dan sahabatnya bahagia dan gembira dan dengan benar memelihara mereka dalam kebahagiaan. Ini adalah kasus pertama yang mana kekayaan digunakan dengan baik, yang telah dengan benar dimanfaatkan dan digunakan untuk sebab yang layak. [68]

(2) “Kemudian, dengan kekayaan yang diperoleh melalui usaha keras penuh semangat … diperoleh dengan benar, siswa mulia itu mempersiapkan perbekalan terhadap kehilangan yang mungkin muncul dari api, banjir, raja-raja, pencuri-pencuri, atau pewaris yang tidak disukai; ia membuat dirinya aman dari hal-hal itu. Ini adalah kasus ke dua yang mana kekayaan digunakan dengan baik … untuk sebab yang layak.

(3) “Kemudian, dengan kekayaan yang diperoleh melalui usaha keras penuh semangat … diperoleh dengan benar, siswa mulia itu memberikan lima pengorbanan: kepada sanak saudara, tamu, leluhur, raja, dan para dewata. Ini adalah kasus ke tiga yang mana kekayaan digunakan dengan baik … untuk sebab yang layak.

(4) “Kemudian, dengan kekayaan yang diperoleh melalui usaha keras penuh semangat … diperoleh dengan benar, siswa mulia itu memberikan contoh perbuatan mempersembahkan makanan – suatu persembahan yang surgawi,<746> matang dalam kebahagiaan, mengarah menuju surga – kepada para petapa dan brahmana itu yang menghindari kemabukan dan kelengahan, yang kokoh dalam kesabaran dan kelembutan, yang jinak, tenang, dan berlatih untuk mencapai nibbāna. Ini adalah kasus ke empat yang mana kekayaan digunakan dengan baik, yang telah dengan benar dimanfaatkan dan digunakan untuk sebab yang layak.

“Ini, perumah tangga, adalah keempat perbuatan layak yang dilakukan oleh siswa mulia itu dengan kekayaan yang diperoleh melalui usaha keras penuh semangat, dikumpulkan melalui kekuatan tangannya, didapat melalui keringat di alis matanya, kekayaan benar yang diperoleh dengan benar. Ketika seseorang menghabiskan kekayaannya untuk apa pun selain ke empat perbuatan layak ini, maka kekayaan itu dikatakan telah tersia-siakan, telah dihambur-hamburkan, telah digunakan secara sembrono. Tetapi ketika sesorang menghabiskan kekayaannya untuk empat perbuatan layak ini, maka kekayaannya dikatakan tidak tersia-siakan, telah digunakan dengan benar, telah dimanfaatkan untuk sebab yang layak.”

   “Aku telah menikmati kekayaan,
   Menyokong mereka yang bergantung padaku,
   Dan mengatasi kesusahan.
   Aku telah memberikan contoh memberikan persembahan
   Dan melakukan lima pengorbanan.
   Aku telah melayani para bhikkhu bermoral,
   Mereka yang selibat dan terkendali oleh diri sendiri.<747>

   “Aku telah mencapai tujuan apa pun
   Yang oleh orang bijaksana, dengan berdiam di rumah, [69]
   Yang menginginkan kekayaan;
   Apa yang kulakukan tidak akan membawa penyesalan padaku.”

   Dengan merenungkan ini, seorang manusia
   Berdiam kokoh dalam Dhamma mulia.
   Mereka memujinya di sini dalam kehidupan ini,
   Dan setelah kematian ia bergembira di alam surga.

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=23851.0

No comments:

Post a Comment