SARAN ORANG BIJAK
Ovadeyyanusaseyya, asabha ca
nivaraye
Satam hi so piyo hoti, asatam
hoti appiyo
Ia yang menasehati, memberikan
wejangan, dan mencegah dari hal buruk
Akan dicintai para bijaksanawan,
tetapi diantipati para durjana (Dhammapada 77)
Tidak mudah bagi kita untuk
selalu bias menerima saran dan masukan dari orang lain. Terlebih lagi orang
yang memberikan saran tersebut tidak mempunyai hubungan yang khusus dengan
kita, atau mungkin orang yang usianya lebih muda dari kita. Kadang kita
bersedia mendengarkan , kadang juga mengabaikan, atau justru menjadi kesal
karena tidak sesuai dengan kemauan kita, tidak peduli meskipun nasehat tersebut
baik.
Sungguh saying jika saran dan
nasehat yang baik malah ditentang hanya karena keegoisan kita yang tidak bersedia
mendengar. Justru dengan masukan , saran, ataupun nasehat dari orang lainlah
kita bias melihat ke dalam diri “apakah ada hal-hal yang perlu diperbaiki”.
Berkenaan dengan nasehat, dalam
Anguttara Nikaya, Guru Agung Buddha menjelaskan ada tiga hal yang disarankan
oleh Para Bijaksana. Apakah yang Tiga itu ?
1. Perbuatan
Memberi
Dalam keseharian
kita berada dalam lingkungan yang kondisinya beragam, ada yang hidup
berkecukupan, ada pula yang hidup dalam kekurangan. Sebagai umat manusia sudah
sepatutnya memiliki kepedulian dan mau saling membantu untuk menumbuhkan
kedermawanan dalam diri. Perbuatan member merupakan perbuatan mulia jika
dilakukan dengan cara yang baik dan tepat waktu. Ada lima jenis pemberian yang
dikatakan sebagai pemberian tepat waktu, yakni:
a.
Memberi kepada orang yang baru tiba.
Dalam hal ini ketika ada orang bertamu ke tempat kita
hendaknya memberikan pelayanan yang layak, seperti menyambut kedatangannya,
mempersilahkan duduk atau menyediakan tempat untuk istirahat dan memberiikan
jamuan dalam bentuk makanan, minuman, dan sejenisnya. Hal ini dikatakan sebagai
pemberian yang tepat waktu karena seseorang yang baru tiba, umumny akan merasa
lelah, dan menjadi bahagia jika memperoleh pelayanan yang baik.
b.
Memberi kepada orang yang akan pergi
Ketika seorang teman, sahabat atau pun keluarga akan
melakukan perjalanan, sebagian orang membebani mereka dengan meminta oleh-oleh.
Hal ini tiak sesuai dengan Dhamma, sebab orang yang akan melakukan perjalanan
membutuhkan bekal yang cukup sampai tempat tujuan. Sebaiknya kita justru
memberikan bekal yang cukup supaya dalam perjalanannya tidak banyak memperoleh
rintangan dan masalah yang menghambat.
c.
Memberi ketika makanan sulit didapat
Ketika sedang terjadi bencana, hendaknya seseorang memberikan sesuatu yang
paling dibutuhkan pada saat itu, Misalnya ketika ada bencana kelaparan
hendaknya kita mmmmembeiimakanna, karena makananmemberikan makanan, karena
makanan adalah unsure terpenting dalam kehidupan. Tanpanya mahluk hidup bisa
merana dan mati. Dengan memberikan nutrisi atau makanan sesungguhnya kita memberikan
keberlangsungan hidup dan kekuatan bagi mahluk lain.
d.
Memberi kepada orang yang sedang sakit
Orang yang sedang sakit umumnya tidak mempunyai cukup
tenaga untuk beraktivitas Karena fisiknya yang lemah. Saat inilah merupakan
waktu yang tepat untuk membantu, memberikan obat-obatan, mengambilkan air untuk
meminum obat, serta berusaha merawatnya sampai sembuh.
e.
Memberi saat mendapatkan panen pertama
Bagi seorang petani, mas apanen adalah masa yang paling
ditunggu karena akan memetik hasil jerih payahnya ketika menanam dan merawat
tanamannya. Bagi seorang pegawai, saat memperoleh gaji pertama merupakan waktu
yang menggembirakan, dan saat inilah waktu yang tepat untuk berbagi. Ada
kalanya, karena diliputi oleh keserakahan, terkadang ada orang yang lupa untuk
berbuat baik. Guru agung memberikan anjuran kepada orang yang sedang panen
pertama untuk berbuatbaik dengan cara membagi keuntungan yang diperoleh kepada
mereka yang membutuhkan.
Lebih lanjut jika pemberian
dilakukan dengan pengertian yang benar akan membawa pelakunya pada kemajuan
batin, yaitu terkikisnya keserakahan yang melekat dalam diri. Menjadikan si
pelaku batinnya dipenuhi dengan kedermawanan, kepedulian, dan welas asihnya
semakin berkembang.
2. Meninggalkan
keduniawian
Ada sebagian
orang menganggap ketika menjadi samana
dan meninggalkan keduniawian maka kebahagiaannya hilang. Pengertian seperti ini
perlu diluruskan karena justru dengan meninggalkan keduniawian akan merasakan
kedamaian dan ketenteraman batin. Dengan praktik ini kita belajar sedikit demi
sedikit meninggalkan nafsu keinginan yang tak pernah habis, lantas berupaya
untuk mengontrol keinginan, hingga nanti benar-benar bias menggunakan keperluan
sebatas kebutuhan saja. Di dalam Dhamma disampaikan, semakin sedikit orang
mempunyai keinginan, maka kehidupannya semakin damai, karena sesungguhnya nafsu
keinginan yang tak terkendali merupakan sebab munculnya penderitaan. Manfaat
yang dapat diperoleh adalah kita mempunyai lebih banyak waktu untuk berlatih,
misalnya menambah porsi meditasi, dan emmanfatakan waktu untuk terus berlatih
supaya batin semakin maju setahap demi setahap.
3. Melayani
dan merawat orangtua
Sebagai guru
spiritual bagi para dewa dan manusia, Buddha meberikan contoh kepada para siswa
untuk tidak melupakan orang tua ketika sudah meraih sukses dalam pencapaian
pembebasan. Dalam Angutara Nikaya Buddha menjelaskan ada lima macam kewajiban
seorang anak kepada orang tua, yaitu:
a.
Merawat dan menunjang kehidupan orang tua
terutama di hari tua
b.
Membantu orang tua menyelesaikan urusan-urusan
atau ketika dalam kesulitan
c.
Menjaga nama baik dan kehormatan keluarganya
d.
Menjadikan dirinya sebagai anak yang layak
menerima warisan;dan
e.
Memberikan jasa-jasa kebajikan di kala orang tua
telah wafat
Lebih lanjut ,
Buddha menyampaikan bagaimana membalas jasa orang tua secara tuntas yaitu,
apabila anak dapat mendorong orangtuanya mempunyai keyakinan terhadap tiratana;
membuat orangtua yang sebelumnya tidak memiliki kemoralan menjadi taat
menjalankan kemoralan, yang sebelumnya kikir menjadi dermawan, dan mendorong
mereka mengembangkan kebijaksanaan. Sesungguhnya dengan berbuat demikian,
selain anak tersebut telah membalas jasa-jasa orangtuanya, ia juga memupuk
kamma baik bagi dirinya sendiri.
Inilah perbuatan
mulia yang disarankan oleh para bijaksana, oleh orang-orang agung. Saran mulia
ini hendaknya kita jalankan dalam kehidupan ini. Memulai latihan dengan member yang
bertujuan mengembangkan kedermawanan, measuki latihan pabbajja, serta melayani
dan merawat orangtua, maka kehidupan kita tidak sia-sia. Kita menggunakannya
dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Semogalah ketiga anjuran ini dapat
kita jalankan dengan baik dan membuat kemajuan dalam latihan kita.
Ceramah Dhamma
oleh Bhikkhu Khemadharo
Dikutip dari:
Berita Dhammacakka No. 1065, Tanggal 7 Desember 2014
No comments:
Post a Comment