MERDEKA.COM.
Jack Ma (49 tahun) masih jadi buah bibir, setelah proses penawaran
saham perdana (IPO) perusahaan yang dia pimpin, Alibaba Group, di Bursa
Saham New York (NYSE) beberapa jam lalu menghebohkan dunia.
Antusiasme sebetulnya sudah terlihat sejak awal pekan ini, karena
diperkirakan perusahaan bisnis Internet itu minimal meraup USD 21,8
miliar - alias IPO paling menghasilkan duit dalam sejarah bursa Amerika
Serikat.Nasib memang berpihak pada Ma. Situs CNBC.com, Sabtu (20/9), memastikan Alibaba yang tampil dengan kode emiten BABA, merupakan perusahaan asing paling sukses mereguk untung dari bursa di Negeri Paman Sam. Dana segar terkumpul mencapai USD 22 miliar (setara Rp 263 triliun), lebih USD 1 miliar dari perkiraan awal analis.
Dari jumlah dana segar didapatkan beberapa jam lalu, debut Alibaba di NYSE bikin mereka mengalahkan kapitalisasi pasar perusahaan multinasional lebih kawakan seperti Coca-Cola, IBM, atau Oracle, atau Amazon. Bahkan proses IPO perusahaan Ma ini lebih sukses dibanding Facebook dua tahun lalu.
Tapi status IPO terbesar sepanjang sejarah masih dipegang oleh Bank of China yang meraup USD 22,1 miliar pada hari pertama perdagangan di bursa.
Analis bursa Bert Dorhmen pun memuji sosok Ma yang dengan tangan dingin berhasil membawa Alibaba dari sekadar pemain besar di China, jadi perusahaan yang mengguncang AS. Latar belakangnya sebagai mantan guru Bahasa Inggris tanpa pengetahuan IT jadi pujian tersendiri.
"Kesuksesan IPO ini membuat Ma jadi seorang guru bahasa Inggris paling pintar sekaligus terkaya sejagat," tulis Bert dalam kolom di Forbes pagi ini.
Dengan seluruh kehebohan yang dia buat, mayoritas analis bursa terkejut melihat latar pendidikan Ma. Dia bukan lulusan kampus ternama, atau paling tidak pernah bekerja di Silicon Valley seperti lazimnya bos perusahaan teknologi informasi. Ma bukan orang seberuntung Mark Zuckerberg atau Bill Gates.
Ma hanyalah anak dari keluarga menengah China biasa, kebetulan fasih berbahasa Inggris. Tapi memang diakui Ma punya ketekunan dan pola pikir tak lazim dibanding sejawatnya yang rata-rata takut pada dominasi Partai Komunis China.
Salah satu ide radikal Ma semasa muda adalah keyakinannya bahwa China di masa mendatang akan lebih terbuka pada dunia.
Dalam buku biografi ditulis Chen Wei (2013), setelah diterima sebagai guru bahasa inggris di Kota Hangzhou pada 1988, dia menikahi teman sekelasnya semasa kuliah, Zhang Ying. Gaji setara Rp 180.000 per bulan tidak cukup bagi keluarga muda itu.
Alhasil, Ma mencoba cari penghasilan tambahan dengan melamar ke gerai ayam goreng KFC. Dia ditolak, karena dianggap tidak cocok bekerja sebagai pelayan. Demikian pula lamarannya untuk bekerja paruh waktu di hotel dan kepolisian. Semua ditolak.
Kecewa dengan semua penolakan itu, Ma pun bertekad wirausaha. Dan seperti sudah dibahas sebelumnya, dia akhirnya sukses menemukan peruntungan dari bisnis Internet.
Pandangan Ma di masa muda terbukti tepat. China tidak akan terus-terusan menutup diri sebagai negeri komunis, dan justru merengkuh kapitalisme berbasis teknologi informasi.
Alibaba berhasil memanfaatkan perubahan sosial di Negeri Tirai Bambu, ketika banyak masyarakat di sana semakin akrab dengan gadget dan komputer. Ceruk pasar kebutuhan bisnis lewat Internet, termasuk pengiriman barang atau penjualan online, berhasil ditangkap oleh Ma dan para pekerjanya.
https://id.berita.yahoo.com/pernah-ditolak-kerja-di-kfc-kini-rajai-bursa-081839417.html
No comments:
Post a Comment