12 kisah sukses founder
startup Indonesia
August 15, 2014
at 3:39 pm
Lina Noviandari
Share
53
335
1
0
0
389 SHARES
Share on Facebook Tweet on Twitter
Di Tech in Asia, kami merasa sangat beruntung mendapat kesempatan untuk
mewawancarai banyak CEO dan founder startup di Asia dan menyuguhkannya
kepada Anda sebagai inspirasi. Dalam rangka menyambut Hari Raya
Kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus nanti, kali ini
kami mengumpulkan 12 cerita founder startup Indonesia yang bisa Anda
jadikan inspirasi:
1. Juny “Acong” Maimun – founder Indowebster
Juny-Acong-Maimun
Pada akhir 1990-an, Acong sudah membuat reputasinya sendiri saat
berkuliah di Stamford College di Malaysia sebagai hacker muda pemberani
dari Riau yang bisa meretas sistem siapapun, meminjam sumber coding
website mereka, dan mengubahnya menjadi “sesuatu yang lebih
menyenangkan”. Pada tahun 2002, Acong putus kuliah setelah mengunjungi
Jakarta selama akhir semester dan membuka warnet hybrid pertama yang
beroperasi 24 jam di Jakarta, yang kemudian ia beri nama AMPM. Tak lama
setelah itu, ia mendirikan Indowebster, website file hosting multimedia
asal Indonesia yang terkenal di dunia. Acong mengatakan:
Saran terbaik saya: bertahan hidup! Jika Anda terus bertahan untuk
beberapa tahun pertama, maka Anda dapat beradaptasi dengan pasar dan
menemukan model yang baik untuk Anda.
2. Andry Suhaili – founder dan CEO PriceArea
Andry-Suhaili-price-area-founder
Perjalanan Andry dimulai di Pulau Bangka. Saat tengah duduk di bangku
SD, ia pindah ke Jakarta untuk mengejar pendidikan yang lebih baik. Ia
meneruskan SMP dan SMA-nya di Singapura, dan kemudian mengambil gelar
sarjana di Los Angeles, Amerika Serikat. Andry sendiri sudah menjadi
entrepreneur selama 10 tahun, dan meskipun beberapa kali gagal di
perusahaan-perusahaan sebelumnya, ia tetap kembali membangun perusahaan
berikutnya. Andry mengatakan:
Saya selalu ingin menjadi kaya dan sukses. Untuk itu, saya perlu
menjadi seorang entrepreneur. [...] Setelah saya kembali dari Amerika
Serikat, saya membuat bisnis pertama di sebuah garasi dengan dua pegawai
magang sebagai pegawai saya.
Setelah bereksperimen dengan beberapa usaha bisnis, ia membangun
PriceArea pada tahun 2008 untuk membantu memungkinkan orang menemukan
penawaran terbaru secara online.
3. Natali Ardianto – co-founder dan CTO Tiket.com
Natal ardianto-Tiket
Pada tahun 2008, satu tahun setelah Natali lulus dari program teknologi
informasi Universitas Indonesia, ia bersama rekan-rekannya mendirikan
Urbanesia, salah satu direktori online lifestyle pertama di Jakarta. Dua
tahun setelah diluncurkan, ia memutuskan untuk meninggalkan Urbanesia
dan mendirikan Golfnesia yang juga ia tinggalkan karena sulit
berkembang. Pada tahun 2011, Natali Ardianto mendirikan Tiket.com, yang
kini menjadi jawara di sektor booking online untuk travel, event, dan
perhotelan di Indonesia.
Startup perlu memahami pentingnya pemasaran. Anda mungkin memiliki
produk yang benar-benar buruk, tapi tetap saja, jika Anda memiliki tim
pemasaran yang baik, Anda bisa sukses.
4. Achmad Zaky – co-founder dan CEO BukaLapak
achmad-zaky
Lahir di Sragen, Jawa Tengah, Achmad Zaky tumbuh dengan keinginan
memiliki pekerjaan yang baik dengan gaji yang besar. Namun, ketika ia
menempuh kuliah di ITB dan merasakan semangat entrepreneurship yang
kental, ia ingin menjalankan bisnis sendiri. Pernah gagal dengan bisnis
mie, Zaky kini menjalankan Bukalapak, salah satu website marketplace
terbesar di Indonesia. Zaky mendorong semua anak muda untuk mulai
membangun startup mereka sesegera mungkin.
Karena jika Anda bertambah tua dan sudah menikah serta memiliki
anak, Anda cenderung memiliki lebih banyak pertimbangan dan lebih
konservatif. [ ... ] Jika saya harus membangun startup saya sekarang
dengan modal nol, saya mungkin tidak mau [mengambil risiko] karena saya
memiliki istri dan seorang anak perempuan.
5. Jason Lamuda – co-founder Disdus
jason-lamuda-
Selama menempuh perkuliahan di Amerika Serikat, Jason Lamuda kagum
bagaimana teknologi bisa mengubah tatanan hidup masyarakat. Dari situlah
ia menumbuhkan antusiasme untuk mendirikan perusahaan teknologinya
sendiri. Ia menyelesaikan kuliah S2 jurusan teknik finansial di Columbia
University tahun 2008, dan mendapat dua tawaran pekerjaan: satu di Wall
Street di Amerika Serikat, dan satu lagi di McKinsey di Indonesia.
Yakin bahwa peluang untuk menjadi entrepreneur di negara asalnya jauh
lebih besar, ia akhirnya memilih kembali ke Indonesia.
Selalu ada celah untuk mengincar pasar dan orang yang berbeda bahkan
jika Anda membuat produk yang mirip [dengan yang sudah ada]. Bahkan
bisnis seperti menjual kopi juga bisa sukses. Di luar sana pastinya ada
kesempatan dan Anda bisa sukses di industri Anda. Tingkat kesuksesan
Anda mungkin tidak akan sebesar website e-commerce seperti Amazon yang
menjual segala hal, tapi Anda masih bisa menghasilkan uang [dari bisnis
Anda].
Jason merupakan salah satu co-founder website daily deal Disdus, yang
diakuisisi oleh Groupon di tahun 2011, dan website e-commerce fashion
wanita BerryBenka yang berhasil memperoleh investasi seri B akhir tahun
lalu.
(Baca juga: 8 anak bangsa berprestasi pada bidang teknologi di kancah
internasional)
6. Adi Kusma – founder Biznet
Adi_Kusma
Pada saat Adi Kusma masih bekerja sebagai programmer di Amerika Serikat,
ia mengambil kursus tambahan dari Microsoft sembari berkonsultasi
dengan para pelaku ISP di sana untuk mempelajari industri tersebut
secara detail. Di samping bekerja sebagai programmer full-time, Adi juga
bereksperimen dengan “laboratorium ISP” pribadi di rumahnya. Ketika
yakin bahwa ia telah mampu menerapkan teknologi tersebut di Indonesia,
barulah ia kembali ke Indonesia dan mendirikan Biznet Networks.
[Mendirikan startup] seperti menjual nasi goreng. Jika Anda membuka
gerai Anda hari ini, sudah pasti akan ada pembeli yang membeli makanan
Anda saat itu juga. Jika Anda memiliki produk yang cocok dengan
keinginan pasar, maka Anda akan memiliki pembeli.
7. Andy Sjarif – founder SITTI
andy sjarif
Perjalanan Andy sebagai entrepreneur dimulai pada 1997 ketika ia masih
berada di Amerika Serikat. Perusahaan pertamanya adalah perusahaan
konsultan analitik CRM yang membantu perusahaan dengan segmentasi dan
analisis database pelanggan. Meski startup tersebut akhirnya gagal, Andy
mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran yang akhirnya
menginspirasinya untuk mendirikan SITTI, jaringan iklan intuitif,
menyajikan berbagai iklan yang relevan dengan situs dan melakukan
pencarian berdasarkan kata kunci yang digunakan; singkat kata, ini
merupakan sebuah Google Adsense yang disajikan dalam Bahasa Indonesia.
Startup teknologi di Indonesia harus berhenti berpikir untuk menjadi
seperti Sillicon Valley (SV). Jika berbicara mengenai SV, kita
berbicara mengenai ide-ide terobosan baru, teknologi yang disruptif.
Saya sudah cukup mempelajari bahwa teknologi, bagi kita di Indonesia,
adalah mengenai kelanjutan dan dampak. Jadi pertanyaannya bukan
bagaimana caranya membangun teknologi yang paling canggih, melainkan
bagaimana teknologi dalam menciptakan dampak bagi masyarakat dan negara
kita.
8. Aulia “Ollie” Halimatussaidah – co-founder NulisBuku
aulia-halimatussaidah-nulisbuku
Ollie yang merupakan seorang pecinta teknologi sudah berkeinginan
membuat website terbaik sejak SMA. Karena itu, ia mengambil jurusan TI
di universitas dan bekerja sebagai web developer setelah lulus. Minatnya
dalam membaca dan menulis serta terinspirasi dari pengalaman akan
sulitnya menerbitkan buku, Ollie beserta rekan-rekannya mendirikan
NulisBuku, platform self-publishing online pertama di Indonesia yang
membantu para penulis untuk mencetak dan menerbitkan sendiri buku
mereka.
Terlepas dari jenis kelamin, semua orang bisa bekerja di dunia
teknologi dan startup. Yang penting adalah keterbukaan untuk
berkolaborasi dan keinginan untuk berinovasi – keduanya adalah kunci
sukses di dunia startup. Dengan kolaborasi, seseorang bisa membuka
kemungkinan yang tak terbatas yang akan membantu startup untuk tumbuh.
9. Danny Wirianto – co-founder dan CEO MindTalk
semutapi-colony-danny-wirianto
Danny Wirianto menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat dengan
mengambil jurusan seni rupa. Ia pernah direkrut menjadi direktur seni di
Adobe karena keahliannya dalam Photoshop dan membuat website. Dari seni
rupa, ia bekerja di industri periklanan, dan ini membuatnya membangun
agen periklanan sendiri bernama SemutApi Colony di tahun 2001 di negeri
paman sam.
Danny yang berusia 39 tahun sekarang fokus ke startup terbarunya, yang
ia yakini akan menjadi startup yang diperhatikan di Asia, yaitu platform
minat sosial bernama MindTalk.
10. Kevin Mintaraga – founder Magnivate Group
kevin mintaraga
Terinspirasi oleh buku Blue Ocean Strategy, Kevin tertarik dalam bidang
pemasaran dan melihat peluang yang ada di ranah ini. Setelah melakukan
riset dan bertanya pada beberapa ahli, Kevin mendirikan Magnivate Group,
sebuah digital agency di Indonesia yang didirikan pada 2008 dan
diakuisisi oleh WPP pada tahun 2012 dan kini berganti nama menjadi XM
Gravity. WPP sendiri merupakan perusahaan periklanan dan digital
marketing terbesar di dunia.
Pengusaha yang sukses adalah mereka yang dapat membuat perbedaan
dalam hidup orang lain. Selalu melayani orang lain, terdepan dalam
setiap pertempuran, dan tidak hanya berada di belakang orang lain untuk
mengarahkan mereka berbuat ini dan itu. Hanya dengan pemahaman inilah
Anda dapat membangun tim yang bisa berjalan beriringan dengan Anda
ketika sedang melewati masa-masa sulit.
11. Joseph Edi Lumban Gaol – founder M-Stars Group
Joseph m-stars
Joseph memulai karirnya dalam industri mobile pada tahun 1997 di
perusahaan telekomunikasi XL Axiata. Di sana, karirnya menanjak hingga
ia menduduki jabatan senior product manager. Ia memegang posisi tersebut
selama dua tahun hingga akhirnya memutuskan berhenti pada tahun 1999
untuk memulai usahanya sendiri. Pada tahun 2000, Joseph mendirikan
M-Stars Group, salah satu pelopor penyedia konten mobile di Indonesia
yang hingga kini memiliki lebih dari 150 karyawan serta membawahi lima
perusahaan cabang yakni AdStars, VOX, dr.m, PoPs, dan m360.
Pada beberapa kesempatan, saya sampai harus meminjam uang dari
keluarga dan teman-teman karena uang kas kami mulai menipis, padahal
kami perlu membayar gaji para karyawan. Ini adalah tantangan terberat
secara psikologis bagi saya, karena saya harus mempertahankan
kredibilitas saya. Saya sering tidak tidur untuk memastikan bahwa
kondisi kas perusahaan tetap terjamin dan bahwa pinjaman dari
teman-teman dan keluarga saya mencukupi. Sekarang, ketika
mengingat-ingat masa tersebut, saya masih sering tersenyum.
12. Izak Jenie – co-founder Jatis Group
izak jenie
Izak Jenie merupakan seorang entrepreneur yang gigih dan tidak pernah
menyerah. Setelah sebelumnya gagal berkali-kali, pada 1997, ia bersama
dengan beberapa rekannya mendirikan Jatis Group, sebuah perusahaan
konsultan IT yang menawarkan solusi IT untuk bank, perusahaan
telekomunikasi, jasa pembayaran, dan berbagai perusahaan lainnya. Kini,
lebih dari 80 persen pedagang reksa dana di Indonesia menggunakan
platform trading Jatis.
Mendapatkan mitra yang bagus untuk startup adalah hal yang krusial.
Saya suka teori investasi Warren Buffet untuk yang satu ini. Jika Anda
dari luar sudah tahu bahwa akan ada masalah, jangan terlibat. Karena
sekali Anda terlibat, sulit untuk keluar. Mirip dengan itu, dalam
mencari mitra, jika Anda melihat akan ada masalah ketika nanti bekerja
dengan calon mitra Anda, sebaiknya jangan dimulai.
Beberapa founder startup Indonesia di atas merupakan inspirasi nyata
bagi kita semua dalam hal berkontribusi untuk bangsa di bidang
entrepreneurship. Bagi Anda yang merasa terinspirasi dan ingin terjun
menjadi entrepreneur, lakukan dari sekarang dan buatlah perubahan. Salam
entrepreneurship!
(Diedit oleh Bambang Kartika)
Baca juga: 12 kisah sukses founder startup Indonesia http://id.techinasia.com/kisah-sukses-founder-startup-indonesia/
Baca juga: 12 kisah sukses founder startup Indonesia http://id.techinasia.com/kisah-sukses-founder-startup-indonesia/
No comments:
Post a Comment