Pasang Iklan Di Sini

Thursday, August 2, 2012

Kisah KHUJJUTTARA - Contoh Akibat Perbuatan Bajik dan Buruk

DIBUTUHKAN SEGERA KARYAWAN UNTUK MENJAGA TOKO PRIA / WANITA MINIMAL LULUSAN SMP
KIRIM CV KE ALAMAT EMAIL :
ricky_kurniawan02@yahoo.com
PALING LAMBAT TANGGAL 31 DESEMBER 2014

======================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram   = Rp. 8.000,-
2. 250 gram   = Rp. 10.000,-
3. 500 gram   = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-

Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a


Kisah KHUJJUTTARA - Contoh Akibat Perbuatan Bajik dan Buruk

Di jaman Sang Buddha, ada seorang gadis yang terkenal untuk reputasinya yang buruk dan sekaligus yang baik. Namanya Khujjuttara, kombinasi dari dua kata: Khujja dan Uttara. Khujja, berarti bungkuk dan Uttara, adalah nama aslinya. Sebuah bungkuk sejak lahir dan dikenal sebagai Khujjuttara.

Khujjuttara adalah pelayan Ratu Samavati yg bertugas sebagai pembeli bunga. Raja Udena memberikan Ratu Samavati delapan koin setiap hari untuk membeli bunga. Dan Ratu memberi Khujjuttara delapan koin untuk membeli bunga. Khujjuttara mengambil empat koin untuk dirinya sendiri dan hanya membelanjakan empat koin saja untuk membeli bunga.

Suatu hari, penjual bunga bernama Sumana mempersembahkan dana makanan kepada Sang Buddha dan Sangha di rumahnya. Sumana, mengundang Khujjuttara untuk turut mendengarkan khotbah. Khotbah tersebut adalah ungkapan terimakasih (anumodana Dhamma). Khujjuttara mendengarkan dengan penuh perhatian dan hormat sehingga ia menghafal setiap kata. Sementara mendengarkan dia merenungkannya secara mendalam dan dengan demikian menjadi pemenang arus (Sotapanna) di akhir khotbah.

Pada akhir khotbah Dhamma, ia membeli semua bunga senilai delapan koin untuk Ratu Samavati. Karena banyaknya bunga yg dibeli dua kali lipat jumlah biasa, Ratu Samavati bertanya pada Khujjuttara apakah Raja Udena telah memberikan lagi delapan koin ekstra. Khujjuttara menjawab tidak dan bahwa bunga tersebut memang bernilai delapan koin, pada hari-hari sebelumnya, dia telah mengambil empat koin untuk dirinya sendiri dan hanya membelanjakan empat koin. Karena menjawab jujur, Ratu Samavati kagum dan bertanya mengapa ia tidak mencuri dan berbohong hari itu, Khujjuttara menjawab, dia tidak bisa mencuri atau berbohong karena ia telah mendengarkan khotbah Sang Buddha hari itu.

Ratu Samavati berpikir Ajaran Sang Buddha memiliki kekuatan yang begitu menakjubkan dan batinnya diliputi rasa penuh hormat dan hasrat untuk mendengarkan Dhamma. Jadi, ia bertanya pada Khujjuttara apakah ia bisa mengulang khotbah yang ia telah dengarkan, Khujjuttara menjawab bahwa ia bisa. Khujuttara segera diberikan pakaian yang bagus untuk dipakai dan tempat terhormat untuk mengulang khotbah dhamma.

Ratu Samavati dan lima ratus pelayannya menjadi Sotapanna pada akhir khotbah. Setelah menjadi Sotapanna, mereka menginginkan lebih banyak lagi untuk mendengarkan ajaran Sang Buddha. Oleh karena itu, Ratu mengirim Khujjuttara di mana pun Sang Buddha memberikan khotbah Dhamma agar kemudian mereka bisa mendengar ulang dari Khujjuttara.

Demikianlah Khujjuttara mendengarkan khotbah Dhamma setiap saat dan mengulanginya pada Ratu Samavati
dan lima ratus pelayannya, ia menguasai materi Dhamma hanya melalui mendengarkan.

Sang Buddha memberikan Khujjuttara gelar tertinggi bagi umat perumah tangga perempuan sebagai yang terunggul (etadagga) dalam penguasaan materi Dhamma. Setelah menerima gelar tertinggi, Khujjuttara menjadi terkenal dalam Buddha Sasana sebagai Yang Terpelajar.

Suatu hari, beberapa bhikkhu bertanya kepada Sang Buddha: Bhante,
(1) Mengapa Khujjuttara bungkuk?
(2) Kenapa dia bisa memahami Dhamma hanya dengan mendengarkan?
(3) Mengapa dia menjadi Sotapanna demikian cepat saat mendengarkan khotbah Dhamma?
(4) Mengapa ia menjadi pelayan dalam kehidupannya saat mencapai Dhamma yang mulia.

Sang Buddha menjawab dengan cara berikut:

Khujjuttara jauh di masa lampau adalah seorang pelayan di istana Raja Brahmadatta di Baranasi sebelum kehidupan
saat Buddha Gotama, setelah Pencerahan Buddha Kassapa. Sang Buddha menceritakan kehidupan masa lalu Khujjuttara itu.

(1) Saat delapan Pacceka Buddha di mana salah seorang di antara mereka bertubuh bungkuk datang ke
istana Raja Brahmadatta untuk menerima dana makanan. Pelayan termasuk Khujjuttara menempatkan beras di emas
mangkuk dan mengenakan syal merah pada bahu mereka, mempersembahkan dana makanan.
Ketika mereka selesai menawarkan, Khujjuttara memegang mangkuk emas sebagai sedekah-mangkuk, mengenakan
selendang merah seperti sebuah jubah, pergi ke depan dan mengolok-ngolok, menirukan penampilan Pacceka Buddha tersebut sehingga semua orang tertawa.
Itu sebabnya, karena dia telah membuat olok Pacceka Buddha, ia menjadi bungkuk sejak lahir.

(2) Alasan mengapa ia begitu cerdas adalah sebagai berikut: Suatu hari ketika delapan Pacceka
Buddha datang ke istana untuk menerima dana makanan, di mana mereka masing-2 menerima dana semangkuk penuh, dan masih
panas. Ketika Khujjuttara melihat keadaan ini, dia langsung melepas delapan gelang gading miliknya kepada para Pacceka Buddha dengan fungsi sebagai alas mangkuk dana untuk mengurangi panas.
Jadi karena dia cekatan menggunakan kecerdikannya dengan menawarkan gelang gading sebagai alas mangkuk untuk mengurangi panas dari tangan Pacceka Buddha, dalam kehidupan sekarang dia menjadi sangat cerdas dan langsung menguasai Dhamma yang dikhotbahkan dari Sang Buddha.

(3) Mengapa Khujjuttara menjadi Sotapanna demikian cepat adalah karena ketika Pacceka Buddha datang ke istana ia melakukan tugas-tugas yang diperlukan dengan sikap bakti penuh hormat. Karena kebajikan ini ia menjadi Sotapanna saat khotbah Dhamma diberikan oleh Sang Buddha saat upacara persembahan dana makanan oleh Sumana, penjual bunga.

(4) Mengapa Khujjuttara menjadi pembantu. Selama masa Buddha Kassapa, Khujjuttara-to-be adalah putri seorang hartawan di Baranasi. Suatu malam ia merias dirinya di depan
cermin. Pada saat itu seorang bhikkhuni Arahat, yang
bersahabat dengan dia datang ke tempatnya.
Putri orang kaya itu meminta bhikkhuni arahat tsb untuk mengambil beberapa peralatan riasnya. Sang bhikkhuni arahat berpikir, "Jika saya tidak mengambilkan hal-hal yang dia minta, dia akan marah dan mendendam dengan akibat yg akan membawanya pergi ke alam neraka (niraya). Sementara, jika saya melaksanakan permintaanya, hal ini akan mengakibatkannya menjadi pelayan selama lima ratus kehidupan Dari kedua jenis hasil buruk ini, menjadi pelayan akan lebih baik daripada pergi ke niraya."
Jadi beliau melakukan hal yang diperintahkan oleh putri orang kaya tsb.
Sang Buddha mengatakan bahwa karena Khujjuttara telah menyuruh sesuatu dengan kurang sopan (tanpa rasa hormat) kepada seorang bhikkhuni Arahat, ia menjadi pelayan selama lima ratus kehidupan.

(DHAMMAPADATTHA 1 / 44)

Singkatnya, Khujjuttara:

(1) bungkuk sejak lahir karena mengolok-olok seorang Buddha Pacceka yang bungkuk;

(2) menjadi gadis pelayan untuk lima ratus kelahiran karena dia menyuruh dengan tidak sopan (tanpa rasa hormat) seorang bhikkhuni Arahat untuk melakukan sesuatu untuknya;

(3) memahami Dhamma hanya dengan sekali mendengarkan adalah akibat dari kecekatannya menawarkan gelang gading miliknya sebagai alas mangkuk dana makanan sehingga mengurangi panasnya makanan di tangan Pacceka Buddha,

(4) menjadi Sotapanna saat mendengarkan khotbah Dhamma adalah akibat dari melayani dengan sikap bakti penuh hormat kepada seorang Pacceka Buddha .

Motto: Hindari perbuatan buruk, laksanakan perbuatan baik, Kembangkan KEBIJAKSANAAN

Sumber:
Dhamma PADETHA
OLEH Ashin Kundalabhivamsa, Aggamaha Kammatthanacariya
http://www.scribd.com/doc/515399/Dhamma-Padetha

APAPUN atribut duniawi, (segala fenomena batin jasmani: cantik buruk, cerdas bodoh, dll.) adalah semata fenomena impersonal, bukan diri, bukan milik diri, yang tidak kekal, tidak pasti, BERUBAH-UBAH SESUAI DENGAN berubah-ubahnya cetusan bentuk-bentuk batin dari batin yang belum terlatih.

Begitulah hukum kamma, proses alami dari sebab akibat, tampak nyata hanyalah proses alami impersonal, bukan diri, bukan milik diri.
Begitulah kehidupan ini tidak pasti, tidak kekal, terkondisi. Namun proses alam, kelapukan dan kematian sudah pasti.
Dhamma Padetha
www.scribd.com

No comments:

Post a Comment