Pasang Iklan Di Sini

Saturday, August 25, 2012

120. Enam Hal yang Tak Tertandingi

DIBUTUHKAN SEGERA KARYAWAN UNTUK MENJAGA TOKO DI DAERAH DEPOK , PRIA / WANITA MINIMAL LULUSAN SMP
KIRIM CV KE ALAMAT EMAIL :
ricky_kurniawan02@yahoo.com
PALING LAMBAT TANGGAL 31 MARET 2015


======================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram   = Rp. 8.000,-
2. 250 gram   = Rp. 10.000,-
3. 500 gram   = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-

Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a


Para bhikkhu, ada enam hal yang
tidak tertandingi ini. 11 Apakah yang
enam itu?

“Melihat” yang tak tertandingi,

“mendengar” yang tak tertandingi,

“perolehan” yang tak tertandingi,

“latihan” yang tak tertandingi,

“pelayanan” yang tak tertandingi dan

“perenungan” yang tak tertandingi.

Apakah “melihat” yang tak tertandingi
itu? 

Di sini, para bhikkhu, beberapa pergi untuk melihat harta gajah,
harta kuda, harta perhiasan, atau melihat ini atau itu; atau kalau tidak,
mereka pergi untuk melihat dan
menemui petapa atau brahmana
yang berpandangan salah, yang
berpraktek salah. 12 Para bhikkhu,
itukah yang disebut “melihat”? 

Tidak,
kukatakan bukan demikian, karena “melihat” seperti itu sungguh-sungguh rendah, biasa, duniawi,
tidak agung dan tidak bermanfaat;
tidak juga menuju pada hilangnya
kekecewaan, hilangnya nafsu, penghentian, kedamaian,
pengetahuan langsung, pencerahan
spiritual dan Nibbana.

Tetapi bila orang pergi untuk melihat dan
menemui Sang Tathagata atau siswa
Sang Tathagata, mantap di dalam keyakinan, mantap di dalam cinta kasih, benar-benar pergi untuk
berlindung, secara tenang merasa yakin: O para bhikkhu, itulah “melihat” yang tak tertandingi untuk
pemurnian para makhluk, untuk melampaui kesengsaraan dan ratap
tangis, untuk hancurnya penderitaan
dan kesedihan, untuk mencapai jalan
mulia, untuk realisasi Nibbana. 13
Inilah, para bhikkhu, yang disebut “melihat” yang tak tertandingi.

Demikianlah “melihat” yang tak tertandingi itu, tetapi apakah “mendengar” yang tak tertandingi
itu? Di sini, para bhikkhu, beberapa orang pergi untuk mendengarkan
suara drum, suara seruling, suara nyanyian, atau mendengarkan ini
atau itu; kalau tidak, mereka pergi untuk mendengarkan para petapa
atau brahmana yang berpandangan
salah, atau berpraktek salah. Itukah,
para bhikkhu, yang disebut
“mendengar”? 

Tidak, kukatakan
bukan demikian, karena
“mendengar” seperti itu sungguh-sungguh rendah … tidak juga
menuju pada hilangnya kekecewaan
… dan Nibbana. 

Tetapi ketika orang pergi untuk mendengarkan Dhamma
dari Sang Tathagata atau siswa Sang Tathagata, mantap di dalam
keyakinan, mantap di dalam cinta kasih, benar-benar pergi untuk
berlindung, secara tenang merasa
yakin: O para bhikkhu, itulah
“mendengar” yang tak tertandingi
untuk pemurnian para makhluk, untuk melampaui kesengsaraan dan
ratap tangis, untuk hancurnya penderitaan dan kesedihan, untuk
mencapai jalan mulia, untuk realisasi
Nibbana. Inilah, para bhikkhu, yang
disebut “mendengar” yang tak tertandingi.
Demikianlah “melihat” yang tak
tertandingi dan “mendengar” yang
tak tertandingi; 

tetapi apakah “perolehan” yang tak tertandingi itu?
Di sini, para bhikkhu, beberapa orang
memperoleh anak, memperoleh istri,
memperoleh kekayaan, memperoleh ini atau itu; kalau tidak, mereka
memperoleh keyakinan di dalam petapa atau brahmana yang berpandangan salah, yang
berpraktek salah. Itukah, para bhikkhu, yang disebut “perolehan”?

Tidak, kukatakan bukan demikian,
karena perolehan itu sungguh-
sungguh rendah … tidak juga
menuju pada hilangnya kekecewaan
… dan Nibbana. 

Tetapi ketika orang
memperoleh keyakinan di dalam
Sang Tathagata atau siswa Sang
Tathagata, mantap di dalam
keyakinan, mantap di dalam cinta
kasih, benar-benar pergi untuk
berlindung, dengan tenang merasa
yakin: itulah, O para bhikkhu,
“perolehan” yang tak tertandingi
untuk pemurnian para makhluk,
untuk melampaui kesengsaraan dan
ratap tangis, untuk hancurnya
penderitaan dan kesedihan, untuk mencapai jalan mulia, untuk realisasi
Nibbana. Inilah, para bhikkhu, yang disebut perolehan yang tak
tertandingi.
“Demikianlah ‘melihat’ yang tak
tertandingi, ‘mendengar’ yang tak
tertandingi, ‘perolehan’ yang tak
tertandingi, 

tetapi apakah ‘latihan’
yang tak tertandingi itu? 

Di sini, para bhikkhu, beberapa orang berlatih
agar ahli menunggang gajah, ahli berkuda, ahli mengendarai kereta,
ahli memanah, ahli menggunakan pedang, atau ini atau itu; kalau tidak,
mereka berlatih di bawah petapa atau brahmana yang berpandangan
salah, yang berpraktek salah. Itukah, para bhikkhu, yang disebut ‘latihan’?

Tidak, kukatakan bukan demikian,
karena latihan seperti itu sungguh-
sungguh rendah … tidak juga menuju pada hilangnya kekecewaan
… dan Nibbana. 

Tetapi ketika orang berlatih di dalam moralitas yang lebih
tinggi, pikiran yang lebih tinggi dan kebijaksanaan yang lebih tinggi
sebagaimana diajarkan di dalam Dhamma dan Vinaya yang dibabarkan oleh Sang Tathagata, mantap di dalam keyakinan, mantap
di dalam cinta kasih, benar-benar pergi untuk berlindung, dengan
tenang merasa yakin: O para bhikkhu, itulah latihan yang tak tertandingi untuk pemurnian para makhluk, untuk melampaui
kesengsaraan dan ratap tangis, untuk
hancurnya penderitaan dan
kesedihan, untuk mencapai jalan
mulia, untuk realisasi Nibbana. Inilah,
para bhikkhu, yang disebut latihan
yang tak tertandingi.

“Demikianlah ‘melihat’ yang tak
tertandingi, ‘mendengar’ yang tak
tertandingi, ‘perolehan’ yang tak
tertandingi dan ‘latihan’ yang tak
tertandingi; tetapi apakah ‘pelayanan’
yang tak tertandingi itu? 

Di sini, para bhikkhu, beberapa orang melayani
raja, brahmana, perumah tangga, atau orang ini atau itu; kalau tidak, mereka melayani petapa atau
brahmana yang berpandangan salah, yang berpraktek salah. Itukah,
para bhikkhu, yang disebut
‘pelayanan’? Tidak, kukatakan bukan
demikian, karena pelayanan seperti
itu sungguh-sungguh rendah … tidak
juga menuju pada hilangnya
kekecewaan … dan Nibbana. 
Tetapi ketika orang melayani Sang Tathagata
atau siswa Sang Tathagata, mantap di dalam keyakinan, mantap di dalam cinta kasih, benar-benar pergi untuk berlindung, dengan tenang merasa
yakin: O para bhikkhu, itulah
pelayanan yang tak tertandingi untuk
pemurnian para makhluk, untuk
melampaui kesengsaraan dan ratap
tangis, untuk hancurnya penderitaan
dan kesedihan, untuk mencapai jalan
mulia, untuk realisasi Nibbana. Inilah,
para bhikkhu, yang disebut
pelayanan tak tertandingi.

“Demikianlah ‘melihat’ yang tak
tertandingi, ‘mendengar’ yang tak
tertandingi, ‘perolehan’ yang tak
tertandingi, ‘latihan’ yang tak
tertandingi, dan ‘pelayanan’ yang tak
tertandingi; tetapi apakah
‘perenungan’ yang tak tertandingi
itu? 

Di sini, para bhikkhu, beberapa orang merenungkan memperoleh anak, memperoleh istri, memperoleh kekayaan, atau merenungkan ini atau
itu; kalau tidak, mereka merenungkan petapa atau brahmana yang berpandangan salah, yang
berpraktek salah. Itukah, para bhikkhu, yang disebut ‘perenungan’?

Tidak, kukatakan bukan demikian,
karena perenungan seperti itu
sungguh-sungguh rendah, biasa,
duniawi, tidak agung, tidak
bermanfaat; tidak juga menuju pada
hilangnya kekecewaan, lenyapnya
nafsu, penghentian, kedamaian,
pengetahuan langsung, pencerahan
spiritual dan Nibbana.

Tetapi ketika orang merenungkan Sang Tathagata atau siswa Sang Tathagata, mantap
di dalam keyakinan, mantap di dalam
cinta kasih, benar-benar pergi untuk berlindung, dengan tenang merasa
yakin: O para bhikkhu, itulah yang
disebut perenungan tak tertandingi
untuk pemurnian para makhluk, untuk melampaui kesengsaraan dan
ratap tangis, untuk hancurnya penderitaan dan kesedihan, untuk
mencapai jalan mulia, untuk realisasi
Nibbana. 

Inilah, para bhikkhu, yang
disebut perenungan yang tak tertandingi.
Para bhikkhu, inilah enam hal yang tak tertandingi.

Anguttara Nikaya
(VI, 30)
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/chakka/ 

No comments:

Post a Comment