Pasang Iklan Di Sini

Thursday, June 21, 2012

Senyawa Beracun


DIBUTUHKAN SEGERA KARYAWAN UNTUK MENJAGA TOKO PRIA / WANITA MINIMAL LULUSAN SMP
KIRIM CV KE ALAMAT EMAIL :
ricky_kurniawan02@yahoo.com
PALING LAMBAT TANGGAL 31 DESEMBER 2014


======================================================


Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram   = Rp. 8.000,-
2. 250 gram   = Rp. 10.000,-
3. 500 gram   = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a

MAKALAH
ANALISIS MAKANAN

SENYAWA BERACUN










KELOMPOK                         :  VI
ANGGOTA KELOMPOK     :  1. Raymond                                    (2010210224)
                                                   2. Ricky Kurniawan             (2010210226)
                                                   3. Rizka Maya Putri             (2010210234)
                                                   4. Rodiana Wulandari          (2010210236)
                                                   5. Shahyawidya R.               (2010210244)
                                                   6. Stanley Saputra                (2010210251)
                                                   7. Suci Wahyu R.                 (2010210255)
                                                   8. Theresia Serlina L.           (2010210260)
                                                   9. Yohanes Janisad              (2010210280)
                                                 10. Nawang Tri Hapsari         (2010210287)
                                                 11. Noni Fitri A.                    (2011210272)
                                                12. Maria Fatima Eno             (2011210271)


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2012


KATA PENGANTAR



Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul  SENYAWA BERACUN.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak lupa juga dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman serta bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

           Semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat khususnya untuk diri kita sendiri, umumnya kepada para pembaca makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.




Jakarta, Mei 2012



                                                                                                                            Penyusun
                                               












i

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR                                                                                i
DAFTAR ISI                                                                                              ii
BAB  I.  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang                                                                                                            1
B.     Perumusan Masalah                                                                                                    2
  1. Tujuan Pembuatan Makalah                                                                                        2
BAB  II.  PEMBAHASAN
       A.  Senyawa Beracun Alamiah                                                                                        3
       B.  Senyawa Beracun dari Mikroba                                                                                 8
       C.  Senyawa Beracun dari Residu Pencemaran Logam Berat                                       13
       D.  Senyawa Beracun Sintetis                                                                                       17
BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan                                                                                                                24
B.     Saran                                                                                                                          24
DAFTAR PUSTAKA                                                                                
















ii

BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang

Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan,penyakit, bahkan kematian. Umumnya berbagai bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun, telah diketahui. Namun, tidak demikian halnya dengan beberapa jenis hewan dan tumbuhan, termasuk beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat rendah.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk didalamnya adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang sengaja ataupun tidak disengaja bercampur dengan makanan atau minuman tersebut.
          Dalam setiap produksi yang menghasilkan pangan tidak lepas dari bahan-bahan kimia untuk membantu proses, misalnya pada proses pengolahan sering digunakan bahan tambahan pangan (BTM) seperti pengawet makanan, pewarna makanan, dan lain lain. Akan tetapi hal-hal tersebut bukanlah suatu halangan bagi manusia untuk selalu mengkonsumsi makanan ( pangan ) karena makanan adalah kebutuhan pokok manusia. Setiap hari manusia harus makan untuk memberi tenaga pada tubuh.
Mungkin sering tidak kita sadari bahwa dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari ternyata mengandung zat-zat kimia yang bersifat racun dan berbahaya, baik itu sebagai pewarna, penyedap rasa dan dan bahan campuran lain.
Zat-zat kimia ini berpengaruh terhadap tubuh kita dalam level sel, sehingga kebanyakan kita akan mengetahui dampaknya dalam waktu yang lama. Dampak negatif yang bisa terjadi adalah dapat memicu kanker, kelainan genetik, cacat bawaan ketika lahir, dan lain-lain.

1
B.   Perumusan Masalah

      Masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah mengenai berbagai jenis senyawa beracun yang sering terdapat dalam bahan pangan yang sering di temui dalam kehidupan sehari-hari, baik dari segi bahan atau zat yang terkandung di dalamnya dan efek yang ditimbulkan terhadap kesehatan. Telah diketahui bahwa konsumsi pangan yang mengandung senyawa beracun akan membawa pengaruh yang sangat besar bagi kesehatan manusia  di masa sekarang ini.

C.   Tujuan Pembuatan Makalah

1.    Mengetahui macam – macam senyawa beracun dalam berbagai bahan pangan
2.    Mengetahui berbagai sumber senyawa beracun
3.    Mengetahui efek yang ditimbulkan akibat mengonsumsi senyawa beracun

                
























2
BAB II
PEMBAHASAN

         
A. Senyawa Beracun Alamiah

       Berbagai macam bahan makanan baik hewani maupun nabati, sering kali secara alamiah mengandung senyawa-senyawa beracun yang dapat menimbulkan keracunan akut, dimana makanan tersebut pada umumnya sudah dikenal oleh masyarakat, seperti singkong (mengandung HCN), cendawan (muskarin), jengkol (asam jengkolat).
Sejumlah jenis bahan makanan sudah mengandung bahan beracun secara alamiah sejak asalnya. Racun ini berupa ikatan organik yang disintesa (hasil metabolisme) bahan makanan, baik makanan nabati maupun bahan makanan hewani, seperti jenis ikan tertentu, kerang-kerangan dan sebagainya.

Biasanya masyarakat setempat telah mengetahui dari pengalaman, bahwa jenis-jenis makanan tersebut mengandung bahan beracun, tetapi mereka tetap mengonsumsinya karena berbagai sebab. Ada yang karena terpaksa tak ada bahan makanan lain lagi karean daerahnya dan juga masyarakatnya sangat kekurangan. Tetapi ada juga karena bahan makanan yang beracun tersebut merupakan makana yang sangat disenangi dan merupakan suatu kelesatan tersendiri, kalau mengetahui cara mengolah dan memasaknya sebelum dikonsumsi. Tambahan pula keracunan tidak selalu timbul, hanya kadang-kadang saja, sehingga tidak dirasakan sebagai suatu bahaya yang terlalu besar.

Adapun jenis-jenis senyawa beracun alamiah yaitu sebagai berikut:
1) Kentang
           Racun alami yang dikandung kentang termasuk dalam golongan glikoalkaloid dengan dua macam racun utama yaitu solanin dan chaconine.

3
Biasanya racun yang dikandung oleh kentang berkadar rendah dan tidak menimbulkan efek yang merugikan bagi manusia.Tetapi kentang yang berwarna hijau, bertunas dan secara fisik telah rusak atau membusuk dapat menyebabkan glikoalkaloid dalam kadar yang tinggi, karena racun tersebut terutama terdapat pada daerah yang berwarna hijau, kulit atau daerah dibawah kulit kentang.
           Kadar glikoalkoid yang tinggi dapat menimbulkan rasa seperti terbakar di mulut, sakit perut, mual dan muntah.

2) Bayam
           Sayuran yang satu ini banyak dikonsumsi ibu rumah tangga karena kandungan gizi yang melimpah. Namun, bayam bisa meracuni akibat asam oksalat yang banyak terkandung dalam bayam.  
Asam oksalat yang terlalu besar dapat mengakibatkan:
·         defisiensi nutrient, terutama kalsium
·         mengiritasi saluran pencernaan, terutama lambung, karena asam kuat
·         berperan dalam pembentukan batu ginjal

Untuk menghindari pengaruh buruk akibat asam oksalat sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung senyawa itu terlalu banyak.

3) Singkong
         Singkong (Manihot utilissima) merupakan bahan makanan pokok di daerah-daerah tertentu yang tanahnya kurang subur dan kurang air. Kandungan sianida dalam singkong sangat bervariasi. Kadar sianida rata-rata dalm singkong manis dibawah 50 mg/kg berat asal, sedangkan singkong pahit diatas 50 mg/kg. Menurut FAO, singkong dengan kadar 50 mg/kg masih aman untuk dikonsumsi manusia.

Bahan makanan ini mengandung suatu ikatan organic yang dapat menghasilkan racun biru (HCN) yang sangat toksik.


4
Singkong sebagai bahan pokok ini banyak digunakan sebagai pengganti beras dan jagung, karena tanah yang tadinya subur telah kehilangan kesuburannya dan menjadi gersang kekurangan air. Juga beberapa jenis kacang koro (Macuna spp) dikonsumsi di daerah-daerah tertentu pada masa paceklik, padahal jenis kacang tersebut juga mengandung bahan beracun yang menghasilkan HCN. Tergantung jumlahnya hidrogen sianida dapat menyebabkan sakit sampai kematian (dosis yang mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan).
Singkong mengandung racun linamarin dan lotaustralin, yang keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat pada semua bagian tanaman, terutama terakumulasi pada akar dan daun.
         Singkong dibedakan atas dua tipe, yaitu pahit dan manis. Singkong tipe pahit mengandung kadar racun yang lebih tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau yang dimasak kurang sempurna dikonsumsi maka racun tersebut akan berubah menjadi senyawa kimia yang dapat mengganggu kesehatan.
Gejala keracunan sianida, antara lain :
·         penyempitan saluran nafas
·          mual, muntah, sakit kepala,
·         kasus berat dapat menimbulkan kematian
          Untuk mencegah keracunan singkong, sebelum dikonsumsi sebaiknya singkong dicuci untuk menghilangkan tanah yang menempel, dikupas lalu direndam dalam air bersih yang hangat selama beberapa hari, dicuci lalu dimasak sempurna baik dibakar atau direbus.
Singkong tipe manis hanya memerlukan pengupasan dan pemasakan untuk mengurangi kadar sianida ke tingkat non toksik. Singkong yang biasa dijual di pasar adalah singkong tipe manis.
Dengan perlakuan tersebut linamarin banyak yang rusak dan hidrogen sianidanya ikut terbuang keluar sehingga tinggal sekitar 10-40 mg/kg. Disamping itu hidrogen sianida akan mudah hilang oleh penggodokan, asal tidak ditutup rapat. Dengan pemanasan, enzim yang bertanggung jawab terhadap pemecahan linamarin menjadi inaktif sehingga hidrogen sianida tidak dapat terbentuk.


5

Glikosidanya sendiri pada umumnya bukan merupakan racun. Walaupun demikian, masih terdapat banyak kontradiksi terhadap akibat konsumsi glikosida yang belum terurai, karena ternyata bakteri–bakteri yang ada pada saluran pencernaan bagian bawah dapat memecah glikosida tersebut menjadi hidrogen sianida.
4) Jengkol dan Petai China
Jengkol (Pithecolobium lobatum) juga telah diketahui oleh masyarakat yang mengkonsumsinya, dapat menimbulkan penyakit jengkolan; tambahan pula jenis sayur buah ini baunya tidak sedap bagi sebagian besar anggota masyarakat. Namun bagi sebagian masyarakat yang menyukainya, sebaliknya jengkol ini merupakan makanan khusus yang baunya sangat disukai, sehingga jengkol yang mengandung asam jengkol yang menimbulkan gejala-gejala keracunan jengkol ini dipandang sebagai suatu makanan khusus dan menjadi suatu kelesatan tersendiri. Urine mereka yang mengkonsumsi jengkol inipun mempunyai bau yang khas jengkol ini.
Didalam biji jengkol terkandung asam jengkolat (Jen-colid acid).
Asam jengkolat dapat menyebabkan keracunan yang ditandai dengan mual dan susah buang air kecil, karena tersumbatnya saluran kencing.
Racun jengkol dapat dikurangi dengan cara perebusan, perendaman dengan air, atau membuang mata lembaganya karena kandungan racun terbesar ada pada bagian ini. Lain halnya dengan petai cina (Leucaena glauca). Bahan pangan ini mengandung mimosin, yaitu sejenis racun yang dapat menjadikan rambut rontok karena retrogresisi di dalam sel-sel partikel rambut.
Cara menghilangkan atau menurunkan senyawa beracun mimosin  pada petai cina  dilakukan dengan merendam petai cina dengan air pada suhu 70oC (24 jam) atau pada 100oC selam 4 menit. Dengan cara tersebut kandungan mimosin dapat diturunkan dari 4,5% menjadi 0,2% atau penurunan sebanyak 95% (Costillo, 1962 dalam Winarno, 2002).

Demikian juga dengan proses pembuatan tempe kadar mimosin dapat banyak dikurangi, kandungan mimosin dalam biji lamtoro gung 63 mg/kg dan dalam tempe lamtoro tinggal 0,001 mg/kg (Dewi Slamet, 1982 dalam Winarno, 2002). Bila bereaksi dengan logam, misalnya besi, mimosin akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah.

6

                                    Gambar 10.1   Struktur asam jengkolat

Kandungan racun dalam bahan makanan biasanya rendah sehingga bila dikonsumsi dalam jumlah normal oleh orang yang kesehatannya normal tidak banyak membahayakan tubuh. Penganekaragamanan makanan dalam menu sangat penting ditinjau dari kemungkinan zat racun tersebut mencapai jumlah ynag membahayakan.


Nama Toksin
Senyawa kimia
Sumber
Gejala Keracunan
Proteasa Inhibitor
Protein
BM: 4.000-24.000
Kacang-kacangan, kacang polong, kentang, ubi jalar, biji-bijian
Pertumbuhan dan penggunaan makanan kurang baik, pembesaran kelenjar pankreas
Hemaglutinin
Protein
BM: 10.000-124000
Kacang-kacangan, kacang polong,
Pertumbuhan dan penggunaan makanan kurang baik, penggupalan butir darah merah (invitro)
Saponin
Glikosida
Kedelai, bit, kacang tanah, bayam, asparagus
Hemolisis butir darah merah
Glikosinolat
Tioglikosida
Kol dan sejenisnya, lobak, mustard
Hipotiroid dan pembengkakan kelenjar tiroid
Sianogen
Glukosida sianogenetik
Kacang-kacangan, kacang polong, rami, buah-bauhan berbiji keras, singkong, linseed
Keracunan HCN
Pigmen gosipol
Gosipol
Biji kapas
Kerusakan hati, pendarahan, pembengkakan.
Latirogen
ß-aminopropio-nitril dan turunannya asam ß-N-Oksalil-L-α, ß-diamino
Vetch, chickpea

Chikpea
Osteolatirisme (susunan kerangka tak sempurna) Neurolatirisme
Alergi
Alergen
Protein (?)
Semua bahan pangan
Kanker hati dan organ lain.
Sikasin
Metilazoksi-metanol
Biji-bijian dari genus Cycas
Anemia hemolitik yang akut
Favison
Vasin dan konvisin (pirimidin-ß-glukosida)
Kacang-kacang fava beans
Merangsang syaraf pusat, kelumpuhan organ pernapasan
Fitoaleksin
Furan sederhana (ipomeamarone)
Ubi jalar
Pulmonary edema, kerusakan hati dan ginjal

Benzofuran (prosalin)
Seledri, parsnips
Sensivitas kulit terhdap sinar matahari

Asetilenat furans (wyrone)
Broad beans


Isoflavonoid (pisatin dan faseolin)
Peas, french beans
Cell lysis in vitro
Pirolizidin alkaloid
dihipropiroles
Families compositae and borag inaccae; herbal teas
Kerusakan hati dan paru – paru, karsinogen
Safrol
Allyl-sibtutited benzene
Sassafras, lada hitam
Karsinogen
α- Amantin
Bicyclic octapeptides
Amanita phalloid, jamur
Salvia, muntah-muntah, konvulsi, meninggal
Atraktilosida
Glikosida steroid
Theistle (Atractylis gummifera)
Glikogen deplesi
Pikirizida **
(?)
Biji bengkuang

*fennema (1997) ** Poerwosoedarmo dan sediaoetama (1977) dalam Winarno (2002)

B. Senyawa Beracun dari Mikroba
Sebelum membahas senyawa racun dari mikroba, perlu terlebih dahulu dipahami dua istilah yang mirip pengertiannya, yaitu infeksi dan keracunan. Infeksi adalah suatu istilah yang digunakan bila seseorang setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung bakteri patogen mendapat gejala-gejala penyakit. Keracunan yang disebut juga intoksikasi disebabkan mengkonsumsi makanan yang telah mengandung senyawa beracun yang diproduksi oleh mikroba, baik bakteri maupun kapang.
            Beberapa senyawa racun yang dapat menyebabkan intoksifikasi adalah bakteri clostridium botulinum, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas cocovenenans sedang dari kapang, biasanya disebut mikotoksin yaitu Aspergillus flavus, Penicillium sp, dan lain sebagainya.
Pencemaran makanan dapat pula terjadi dengan mikroba atau jasad renik yang kemudian menghasilkan racun dan ikut tertelan bersama makanan tersebut; dapat menyebabkan keracunan makanan (Food intoxication) .
Jenis coccus sering mencemari makanan kue basah, yang tidak disimpan cukup hygenik dan telah lama disimpan di udara terbuka sebelum dikonsumsi.


8

Jenis coccus yang pathogen dapat tumbuh subur dan menghasilkan exotoxin maupun endotoxin; bahan toksik ini kemudian ikut termakan. Exotoxin ialah racun yang dihasilkan  kemudian dikeluarkan dari sel mikroba, sedangkan endotoxin tetap di dalam sel mikroba, tetapi setelah mikroba mati dan dihancurkan di dalam saluran pencernaan, endotoxin tersebut keluar  sari sel dan menyebabkan keracunan. Di sini yang menyebabkan penyakit bukan mikrobanya secara infeksi, tetapi bahan beracunnya yang telah dihasilkan oleh mikroba tersebut, tidak peduli mikrobanya masih hidup atau tidak.

Terdapat banyak bakteri patogen yang membahayakan kesehatan manusia, antara lain:
1.  Escherichia coli
Escherichia coli merupakan mikroflora alami yang terdapat pada saluran pencernaan manusia dan hewan. Beberapa galur Escherichia coli yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia adalah :
·      enterotoksigenik à penyebab diare pada wisatawan yang mengunjungi negara yang  
    standar higienitas makanan dan air minum berbeda dari negara asalnya
·      enterohaemorrhagik à bakteri patogen penyebab foodborne diseases, akibat
    penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk
·      enteropatogenik 
·      enteroinuasiue
·      enteroagregatif
2. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus terdapat pada rongga hidung, kulit, tenggorokan, dan saluran pencernaan manusia dan hewan. Bahan makanan yang disiapkan menggunakan tangan, seperti :
Ø  penyiapan sayuran mentah untuk salad
Ø   daging dan produk daging, ayam, telur, salad
Ø  produk bakeri, pastry, pai, sandwich, serta susu dan produk susu.



9
Keracunan oleh S. aureus diakibatkan oleh enterotoksin yang tahan panas yang dihasilkan oleh bakteri tersebut.
Senyawa beracun yang diproduksi Staphylococcus aureus disebut enterotoksin dan dapat berbentuk dalam makanan karena pertumbuhan bakteri tersebut. Disebut enterotoksin karena menyebakan gastro enteritis. Enterotoksin sangat stabil terhadap panas, dan paling tahan panas ialah enterotoksin tipe B. Pemanasan yang dilakukan oleh proses pemasakan normal tidak akan mampu menginaktifkan toksin tersebut dan tetap dapat menyebabkan keracunan.
Gejala keracunan yang terjadi adalah banyak mengeluarkan ludah, mual, muntah, kejang perut, diare, sakit kepala, berkeringat dingin yang terjadi hanya satu dan dua hari. Sesudah itu, penderita akan sembuh. Biasanya jarang terjadi kematian.

3. Salmonella
Salmonella bersifat patogen pada manusia dan hewan lainnya, dan dapat menyebabkan demam enterik dan gastroentritis. Diketahui terdapat 200 jenis dari 2.300 serotip Salmonella yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia

4. Shigella
Shigella merupakan bakteri patogen di usus manusia dan primata penyebab shigella (disentri basher).
Makanan yang sering terkontaminasi Shigella adalah salad, sayuran segar (mentah), susu dan produk susu, serta air yang terkontaminasi. Sayuran segar yang tumbuh pada tanah terpolusi dapat menjadi faktor penyebab penyakit, seperti disentri basher atau shigellosis yang disebabkan oleh Shigella

5. Vibrio Cholerae
Sebagian besar genus Vibrio ditemukan di perairan air tawar atau air laut, serta merupakan bakteri patogen dalam budi daya ikan dan udang. Spesies Vibrio yang termasuk patogen adalah V. cholerae, V. parahaemolyticus, dan V. vulvinicus. Spesies V. chloreae dan V. parahaemolyticus merupakan sumber kontaminasi silang antara buah dan sayuran mentah.
10

6. Clostridium botulinum
Senyawa beracun yang diproduksi clostridium botulinum disebut botulinin dan keracunan yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung botulinin disebut botulisme. Botulinin merupakan neurotoksin yang sangat berbahaya bagi manusia dan sering kali akut damn menyebabkan kematian.
            Gejala-gejala botulisme timbul dalam waktu 12 hingga 36 jam. Dimulai dengan gangguan pencernaan yang akut, mual, muntah-muntah, serta pusing. Kemudian diikuti dengan terjadinya pandangan ganda, setiap benda terlihat menjadi dua, sulit menelan dan berbicara, kemudian diikuti klumpuhan saluran pernapasan dan jantung dan kematian terjadi karena kesulitn bernapas. Korban dapat meninggal dalam waktu tiga sampai enam hari.
Botulinin merupakan sebuah molekul protein dengan daya keracunan yang sangat kuat; satu mikrogram saja sudah cukup membunuh seorang manusia. Untungnya karena merupakan protein, botulinin bersifat termolabil dan dapat diinaktifkan dengan pemanasan pada suhu 80oC selam 30 menit. Garam dengan konsentrasi 8 persen atau lebih serta pH 4,5 atau kurang dapat menghambat pertumbuhan C. botulinum, sehingga produksi botulinin dapat dicegah.
            Botulinin dapat diproduksi oleh beberapa jenis clostridium botulinum yaitu tipe A,B C, D, E, F, dan G. Tipe yang paling berhaya adalah tipe A dan B, sedangkan tipe E dan F dalam derajat yang lebih lemah juga tetap berbahaya bagi manusia. Garam dengan konsentrasi 8% atau lebih serta pH 4,5 atau kurang dapat menghambat pertumbuhan C, botulinum sehingga produksi botulinin dapat dicegah.
Clostiridium botulinum merupakan bahaya utama pada makanan kaleng karena dapat menyebabkan keracunan botulinin. Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan kaku, mata berkunang-kunang, dan kejang-kejang yang menyebabkan kematian karena sukar bernapas.
Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor, sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar.

11
7. Pseudomonas cocovenenans.
Senyawa beracun yang dapat diproduksi oleh Pseudomonas cocovenenans adalah toksoflavin dan asam bongkrek. Kedua senyawa beracun tersebut diproduksi dalam jenis makanan yang disebut tempe bongkrek, suatu tempe yang dibuat dengan bahan utama ampas kelapa.
Pada umumnya tempe bongkrek yang jadi atau berhasil dengan baik (kompak dan berwarna putih) hanya ditumbuhi kapang tempe rhizopus oligosporus, tetapi tempe yang gagal dan rapuh disamping R. Oligosporus biasanya juga tumbuh sejenis bakteri yang diebut Pseudomonas cocovenenans, bakteri yang sebenarnya tidak dikehendaki ada dalam tempe bongkrek. Bakteri inilah yang menyebabkan terbentuknya toksin dalam tempe bongkrek.
            Toksoflavin (C7H7N5O2) merupakan pigmen berwarna kuning, bersifat flouresens, dan stabil terhadap oksidator. LD50 toksoflavin adalah 1,7 mg per kg berat badan.

Gambar 10.3. Asam bongkrek

Asam bongkrek (C28H38O7) merupakan asam trikarboksilat tidak jenuh. Dosis fatal untuk monyet 1,5 mg per kg berat badan, sedangkan untuk tikus 1,41 kg per berat badan. Asam bongkrek bersifat sangat fatal dan biasanya merupakan penyebab kematian. Hal ini disebabkan toksin tersebut dapat mengganggu metabolisme glikogen dengan memobilisasi glikogen dari hati sehingga terjadi hiperglikimia yang kemudian berubah menjadi hipoglikimia.
Penderita hipoglikimia biasanya meninggal empat hari setelah mengkonsumsi tempe bongkrek yang beracun. Tempe bongkrek banyak dikonsumsi di daerah Banyumas dan Tegal di Jawa Tengah.

12

8. Kapang dan khamir
Kapang dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai macam makanan dalam kondisi aw, pH, dan suhu rendah. Jenis kapang yang dapat merusak makanan di antaranya Aspergillus, Penicillium, Botrytis, Alternaria, dan Mucor. Kerusakan sayuran kebanyakan disebabkan kapang seperti Alternaria, Botrytis, dan Phytophtora, atau bakteri yang berasal dari genus Erwinia.
Senyawa beracun yang diproduksi oleh kapang disebut mikotoksin.
Buah-buahan dan sayuran segar mengandung bermacam-macam flora mikroorganisme, di antaranya kapang dan khamir (oksidatif, fermentatif, dan nonfermentatif).


C.  Senyawa Beracun dari Residu Pencemaran Logam Berat
1. Timbal
Timbal (Plumbum, Pb) disebut juga timah hitam adalah jenis logam tertua yang pernah dikenal manusia.
Timbal banyak digunakan untuk mematri atau menyambung logam, seperti; air dan menyolder kemasan kaleng untuk makanan.
Pencemaran timbal pada lingkungan begitu hebat sehingga makanan yang kita konsumsi, air yang kita minum, dan udara yang kita hirup, biasanya telah terkontaminasi timbal. Karena itu, timbal merupakan non-essential trace element yang paling tinggi kadarnya dalam tubuh manusia, yaitu 100-400 mg per orang, tergantung berat badan. Meskipun hampir di setiap tenunan tubuh terdapat residu timbal, tetapi sebagian besar terkontaminasi di dalam tulang serta jeroan hati dan ginjal. Karena alasan tersebut hasil ternak tersebut tinggi kandungan timbalnya.
Kontaminasi dalam makanan dapat terjadi melalui kemasan kaleng yang dipatri, zat warna tekstil, atau makanan yang tercemari oleh udara dan air yang telah tercemar oleh timbal. Makanan/jajanan di berbagai stasiun bus dan angkot banyak terekspos debu timbal di udara dengan kadar 2-8 mikrogram/m3.




13

Makanan yang dilaporkan tinggi kadar timbalnya adalah makanan kaleng (50-100 μg/kg); jeroan terutama hati, ginjal ternak (150 μg/kg), ikan (170 μg/kg) dan kelompok paling tinggi adalah kerang-kerangan (molusca) dan udang-udangan (crustacean) rata-rata lebih tinggi dari 250 μg/kg.
Jenis makanan yang tergolong rendah derajat kontaminasi timbalnya adalah susu sapi, buah-buahan dan sayuran serta biji-bijian (15-20 μg/kg) sedang daging masih termasuk kadar medium (50 μg/kg). Biasanya hasil tanaman rendah kandungan timbalnya, sayur-sayuran berbentuk daun, lebih tinggi daripada ubi atau biji-bijian. Hasil tanaman yang berasal dari daerah dekat jalan raya atau jalan tol 10 kali lebih tinggi kadar timbalnya dibanding dari daerah pedalaman atau di pedesaan, misalnya kangkung dan bayam yang ditanam di tepi jalan Kota Jakarta kandungan timbalnya rata-rata 28,78 ppm, jauh di atas ambang batas 2 ppm yang diizinkan Ditjen Pengawasan Obat dan makanan.
Kadar timbal dalam ASI rata-rata (20-30 μg/kg) relative lebih tinggi dari susu sapi. ASI ibu-ibu yang berdomisili di daerah pinggiran kota lebih tinggi kadar timbalnya (10-30 μg/kg) dari ASI ibu-ibu yang berdomisili di daerah (1-2 μg/kg). jadi ASI ibu pedesaan lebih bersih terhadap cemaran timbal. Telah diperkirakan bahwa jumlah rata-rata konsumsi timbal per orang yang masuk melalui makanan saja lebih dari 300 mg per hari.
Kaleng kemasan dan alat-alat dapur juga dapat merupakan sumber kontaminasi timbal, khususnya alat dapur yang terbuat dari kuningan/tembaga yang dilapisi timah hitam dan timah putih. Kandungan timbal pada peralatan tersebut banyak terlepas dan larut dalam sayur dan lauk pada saat pemasakan.

Keracunan timbal
Secara umum tertimbunnya timbal dalam tubuh akan bersifat racun kumulatif, yang dapat mengakibatkan efek yang kontinyu. Terutama pada sistem hematopoietic dan urat syaraf dan ginjal serta mempengaruhi perkembangan otak anak balita. Pada wanita hamil muda, kadar timbal yang tinggi dapat menyebabkan keguguran atau kelahiran premature. Pada kadar yang agak tinggi akan menghambat perkembangan sistem syaraf dan otak janin (fetus) dalam kandungan.
Ion timbal ikut menyebar di setiap kalsium yang bergerak dalam sistem syaraf, sehingga hal itu akan mempengaruhi biokimia dan perkembangan sel-sel otak tanpa membunuh si jabang bayi itu sendiri. Karena air susu ibu sebagian besar berasal dari darah, adanya timbal dalam darah merupakan ancaman tersendiri pada bayi yang akan disusuinya.

14

Pada wanita usia setengah lanjut maupun yang telah lanjut usia, keracunan timbal dapat mengakibatkan osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit rapuh tulang yang mengakibatkan bengkoknya tulang punggung sehingga menjadi bungkuk. Dr. Ellen Silbergerd (1989) menyatakan bahwa kadar timbal di dalam darah wanita akan meningkat setelah menopause. Hal ini terjadi karena timbal yang biasanya telah disimpan oleh tubuh di dalam tulang, hati dan ginjal; pada saat memasuki menopause terjadi proses perubahan hormonal yang mengakibatkan timbal yang telah dipindahkan ke tulang dan bagian tubuh lain beberapa tahun sebelumnya ditarik kembali masuk ke dalam darah.
Kadar timbal yang cukup tinggi di dalam darah dapat menginaktifkan vitamin D dan akibatnya akan mempengaruhi penggunaan ion kapur (kalsium) di dalam tubuh, dimana adanya vitamin D dan kalsium diperlukan untuk memperkuat struktur tulang. Semakin tinggi kadar timbal dalam tulang wanita semasa muda akan mempertinggi peluang terjadinya osteoporosis ketika wanita tersebut memasuki usia lanjut.
Perubahan hormonal dapat juga mempengaruhi kadar timbal dalam tenunan tubuh wanita yang sedang mengandung atau menyusui. Timbal yang disimpan dalam tulang sebelu wanita itu mengandung, apabila telah mengandung maka timbal ditarik kembali ke dalam darah dan akhirnya masuk ke dalam janin (fetus) melalui ari-ari (placenta).
Anak kecil dan bayi senang sekali pada benda yang manis. Cat mainan anak yang mengandung timbal dan cadmium justru banyak yang manis rasanya, dengan demikian anak-anak senang menggigitnya. Ditambah dengan konsumsi air, makanan dan ASI yang tercemar timbal akan berakibat sangat serius pada anak, yakni sangat membahayakan bagi kecerdasan si anak.
Keracunan timbal pada balita sangat membahayakan perkembangan kecerdasannya. Hal ini disebabkan karena tahun pertama pada kehidupannya, otak mengalami perkembangan yang sangat cepat. Pada saat perkembangan, otak sangat peka terhadap keracunan timbal. Perlu diketahui bahwa pada anak usia 7 tahun, lebih dari 95%pembentukan sel-sel otak telah selesai dan otak telah memiliki ukuran yang sama dengan otak orang dewasa.
Sejak tahun 1972 JECFA (Joint Expert Committee on Food Additives) telah mengeluarkan pedoman batas toleransi konsumsi timbal per minggu, yaitu maksimum 50 μg/kg beratbadan orang dewasa. Sedang untuk bayi dan anak maksimum 25  μg/kg berat badan.


15

Codex Alimentarius Commision (FAO/WHO) telah pula menentukan batas maksimum timbal pada sari buah dan nectar, yang diolah memakai alat-alat logam, yaitu berturut-turut 0,3 dan 0,2 mg/kg. Sedangkan oleh ISO (International Standart Organization) telah ditentukan batas maksimum timbal yang boleh terlepas (bermigrasi) masuk kedalam makanan melalui alat-alat dapur dan alat makan yang etrbuat dari keramik adalah 1,7 mg/dm2 untuk alat yang datar dan 2,5 sampai 5,0 mg/L bagi wadah yang cekung.

2. Merkuri
Logam merkuri bila menguap akan mengumpul di udara. Di udara gas merkuri akan turun ke bumi lewat air hujan dan kembali ke tanah dan perairan di muka bmi ini dari danau, sungai hingga laut. Sebagin besar merkuri akan menempel  pada sediment dan diubah menjadi metal merkuri oleh bakteri Methanohacterium omellanskii. Merkuri yang sudah berubah menjadi senyawa metil merkuri tetap akan larut dalam air. Di perairan, metal merkuri masuk ke tubuh ikan lalu terakumulasi pada pemangsa alaminya hingga meracuni manusia. Daya serap metil merkuri di tubuh mencapai 95 persen.
Batas maksimum merkuri yang boleh dikomsumsi adalah 0,3 mg/orang per minggu atau 0,005 mg/kg berat badan, dan dari jumlah tersebut tidak boleh lebih dari 0,0033 mg/kg berat badan sebagai metil merkuri. Merkuri selain meracuni ikan, juga bertanggung jawab terhadap keracunan bahan makanan. Pada gambar 10.8, dapat dilihat jalur keracunan merkuri pada manusia melalui makanan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Gambar 10.8. Jalur keracunan merkuri pada manusia melalui makanan (Wilson et al, 1975).


16
Keracunan merkuri disebut juga penyakit minamata dengan gejala-gejala: terasa geli dan panas pada anggota badan, mulut, bibir, dan lidah, kehilangan penglihatan, sukar berbicara dan menelan, kehilangan pendengaran, tidak stabil emosinya, koma, dan kematian.

D.  Senyawa Beracun Sintetis
Senyawa beracun sintetis yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
1.      Pemanis Buatan
Badan Pengawan Obat dan Makanan menjelaskan pemanis buatan hanya digunakan pada pangan rendah kalori dan pangan tanpa penambahan gula, namun kenyatannya banyak ditemukan pada produk permen, jelly dan minuman yang mengandung pemanis buatan.
Tidak hanya mengandung konsentrasi tinggi, tetapi dalam kenyataannya cenderung banyak disembunyikan.
Ø  Sakarin (Saccharin)
Sakarin adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis, kira-kira 550 kali lebih manis dari pada gula biasa. Oleh karena itu, sangat populer dipakai sebagai bahan pengganti gula.
Tikus-tikus percobaan yang diberi makan 5% sakarin selama lebih dari 2 tahun, menunjukkan kanker mukosa kandung kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk orang dewasa seumur hidup).
Hasil penelitian ini masih kontroversial, namun para epidemiolog dan peneliti berpendapat, sakarin memang meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih pada manusia kira-kira 60% lebih tinggi pada para pemakai, khususnya pada kaum laki-laki.
17
Food and Drug Administation (FDA) Amerika menganjurkan untuk membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita kencing manis dan obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 gram setiap harinya.
Ø   Siklamat (Cyclamate)
 Siklamat adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan kira-kira 30 kali lebih manis dari pada gula tebu (dengan kadar siklamat kira-kira 0,17%). Apabila kadar larutan dinaikkan sampai dengan 0,5%, maka akan terasa getir dan pahit.
Siklamat dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan sel leukosit dan monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan kromosom sel-sel tersebut pecah. Tetapi hewan percobaan yang diberi sikiamat dalam jangka lama tidak menunjukkan pertumbuhan ganda.
Di Inggris dan di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat penggunaan siklamat untuk makanan dan minuman sudah dilarang.
Ø  Dulsin

          Dulsin atau dulcin juga dikenal dengan nama perdagangan sucrol, valsin merupakan senyawa p-etoxiphenil-urea,p-phenetilurea atau p-phenetolkarbamida dengan rumus C9H12N2O2.

      Kristal dulsin membentuk jarum yang mengkilap dan intensitas rasa manisnya sekitar 250 kali ( antara 70 – 350 kali ) dari rasa manis sukrosa. Dulsin dalam bahan pangan digunakan sebagi pengganti sukrosa bagi orang yang perlu diet karena dulsin tidak memiliki nilai gizi.



18

Konsumsi dulsin yang berlebihan akan menimbulkan dampak yang membahayakan bagi kesehatan, karena ternyata dosis kematian pada anjing sebesar 1,0 gl/2 kg.

2. Pengawet
Ø    Nitrosamin




Dalam bahan pangan dalam kondisi tertentu akan terjadi reaksi antara nitrit dan beberapa amin secara alami sehingga membentuk senyawa nitosoamin yang dikenal sebagai senyawa karsinogenik.
Sodium nitrit adalah bahan kristal yang tak berwama atau sedikit semu kuning. Ia dapat berbentuk sebagai bubuk, butir-butir atau bongkahan dan tidak berbau. Garam ini dapat mempertahankan warna asli daging serta memberikan aroma yang khas seperti sosis, keju, kornet, dendeng, ham, dan lain-lain.
Baik dalam pangan maupun pencernaan, senyawa mudah diubah menjadi nitrit, yaitu senyawa yang tergolong racun, khususnya NO yang terserap dalam darah, mengubah hemoglobin darah manusia menjadi nitrose hemoglobin atau methaemoglobin yang tidak berdaya lagi mengangkut oksigen.
Kebanyakan methaemoglobin, penderita menjadi pucat, cianosis, sesak nafas, muntah, dan shock dan bisa mati bila dosis lebih dari 70%
Nitrosamin dapat menimbulkan tumor pada bermacam-macam organ, termasuk hati, gimjal, kandung kemih, paru-paru, lambung, saluran pernafasan, pankreas dan lain-lain.
Penggunaan nitrat dan nitrit dalam makanan dibatasi karena adanya efek meracuni dari kedua zat tersebut. LD (lethal dose = dosis mematikan) rata-rata dari nitrat dan nitrit pada tikus (secara oral) adalah 250 mg/kg (ppm) berat badan.

19
Umumnya nitrit lebih beracun dibandingkan dengan nitrat, oleh karena itu konsumsi nitrit pada manusia dibatasi sampai 0,4 mg/kg berat badan per hari. Sodium nitrit adalah precursor dari nitrosamines, dan nitrosammes sudah dibuktikan bersifat karsinogenik pada berbagai jenis hewan percobaan. Oleh karena itu, pemakaian sodium nitrit harus hati-hati dan tidak boleh melampaui 500 ppm.
Konsentrasi nitrat dan nitrit yang diijinkan digunakan dalam makanan berbeda-beda antar negara, tetapi berkisar antara 10 – 200 ppm untuk nitrit dan 500 – 1000 ppm untuk nitrat (Di Indonesia, 500 ppm untuk nitrat dan 200 ppm untuk nitrit).
Jumlah nitrit sekitar 50 ppm disertai dengan penggunaan sorbat sebagai pengawet, cukup efektif untuk mengawetkan produk daging. Demikian pula penambahan vitamin C atau vitamin E telah banyak dilakukan pada produk daging yang diawetkan dengan nitrit, karena vitamin-vitamin tersebut ditemukan dapat mencegah terjadinya reaksi pembentukan “nitrosamin”.
Untuk pembuatan keju dianjurkan supaya kandungan sodium nitrit tidak melampaui 50 ppm, sedangkan untuk bahan pengawet daging dan pemberi aroma yang khas bervariasi antara 150 – 500 ppm.
Ø  Sulfur Oksida

            Sulfur Oksida merupakan bahan pengawet yang sangat luas pemakaiannya, namun pada dosis tertentu dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tetapi belum ada pengganti belerang dioksida yang sama efektifnya. Keracunan sulfur dioksida dapat menyebabkan luka usus dan suatu hasil penelitian menyatakan bahwa anak-anak pengidap asma hipersensitivitas atau intolerasnsinya terhadap bahan pengawet lebih kecil dibanding dengan orang dewasa.

Ø  Asam  Borat

             Asam borat merupakan senyawa borat yang dikenal juga dengan nama borax. Tujuan penambahan boraks pada proses pengolahan makanan adalah untuk meningkatkan kekenyalan, kerenyahan , serta memberikan rasa gurih dan kepadatan terutama pada jenis makanan yang mengandung pati.
 20

Oleh karena toksisitas lemah sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet pangan. Walaupun demikian, pemakaian berulang atau absorpsi berlebihan dapat mengakibatkan toksik ( keracunan ).

Gejala dapat berupa mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah,sakit kepala, rash erythematous, anoreksia, berat badan menurun, ruam kulit, anemia, dan konvulsi dan bahkan bisa menimbulkan shock. Dan bila dikonsumsi terus menerus bisa menyebabkan gangguan pada gerak pencernaan usus, kelainan pada susunan saraf, depresi, dan kekacaun mental.

Dalam jumlah serta dosis tertentu borak bisa menyebabkan degradasi mental,serta rusaknyta saluran pencernaan, ginjal, hati, dan kulit karena boraks cepat terabsorpsi oleh saluran pernapasan dan pencernaan, kulit luka, atau membrane mukosa.

Ø  Formalin

          Formalin merupakan gas formaldehid yang tersedia dalam bentuk larutan 40% (40% gas formaldehid dalam air ). Formalin bisa berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, dan berbau menusuk, uapnya merangsang selaput lender hidung dan tenggorokan,dan rasa membakar, atau berbentuk tablet dengan berat masing masing 5 gram.

           Formalin sebenarnya adalah bahan pengawet yang digunakan dalam dunia kedokteran, misalnya sebagai bahan pengawet mayat. Fungsinya sering diselewengkan untuk bahan pengawet makanan dengan alasan karena biaya lebih murah seperti mengawetkan ikan, dengan sebotol kecil dapat mengawetkan ikan secara praktis tanpa harus memakai batu es.

Formalin jika dalam konsentrasi yang tinggi dalam tubuh, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat kimia di dalam sel dan menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik dan bersifat mutagenic, serta orang yang mengonsumsi akan muntah, diare bercampur darah, dan kematian yang disebabkan kegagalan dalam peredaran darah.



21
3.   Pewarna Sintetis
            Zat pewarna alami sudah dikenal sejak dulu dalam industri makanan untuk meningkatkan daya tarik produk makanan sehingga konsumen tergugah untuk membelinya. Namun ada juga penyalahgunaan dengan adanya pewarna buatan yang tidak diizinkan untuk digunakan sebagai zat adiktif. Contoh yang sering ditemui adalah penggunaan bahan pewarna Rhodamin B, yaitu zat pewarna yang lazim digunakan dalam industri tekstil, namun digunakan dalam zat pewarna makanan.
Kedua zat pewarna ini termasuk golongan zat pewarna industri untuk mewarnai kertas, tekstil, cat, kulit dsb. dan bukan untuk makanan dan minuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kedua zat warna tersebut kepada tikus dan mencit mengakibatkan limfoma.
Ø  Rhodamin B & Metanil Yellow

Rhodamin adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstil plastik.
Rhodamin B dan Menatil Yellow biasanya sering digunakan untuk mewarnai makanan seperti, kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula, sirup, biskuit, sosis, makaroni goreng, minuman ringan, cendol, manisan, gipang dan ikan asap.
Makanan yang diberi zat pewarna ini biasanya berwarna lebih terang dan memiliki rasa agak pahit. Kelebihan dosis Rhodamin B dan Metanil Yellow bisa menyebabkan kanker, keracunan, iritasi paru-paru, mata, tenggorokan, hidung dan usus
4.  Penyedap
Ø  Monosodium Glutamat (MSG)
Monosodium glutamat (MSG) adalah penyedap masakan dan sangat populer di kalangan para ibu rumahtangga, warung nasi dan rumah makan. Hampir setiap jenis makanan masa kini dari mulai camilan untuk anak-anak seperti chiki dan sejenisnya, mie bakso, sampai makanan tradisional dibubuhi MSG atau vetsin.
Pada hewaan percobaan, MSG dapat menyebabkan degenerasi dan nekrosi sel-sel neuron, degenerasi dan nekrosis sel-sel syaraf lapisan dalam retina, menyebabkan mutasi sel, mengakibatkan kanker kolon dan hati, kanker ginjal, kanker otak dan merusak jaringan lemak.                                                     22

5.
Pengenyal

Ø  Boraks

         Boraks dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus pada makanan seperti bakso. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan yang khas yang berbeda dari bakso yang menggunakan banyak daging, sehingga terasa renyah dan disukai serta tahan lama. Dalam industri borks dipakai untuk mengawetkan kayu, anti septic kayu dan pengontrol kecoa.

Bahaya boraks terhadap kesehatan diserap melalui usus, kulit yang rusak dan selaput lender. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama atau berulang-ulang akan memiliki efek toksik. Pengaruh kesehatan secara akut adalah muntah dan diare. Dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan gangguan pencernaan, nafsu makan menurun, anemia, rambut rontok, dan kanker.











23
BAB III
PENUTUP

A.       KESIMPULAN

Bahan toksik yang terbawa oleh makanan bisa bersumber dari lima hal, yaitu:

1. Secara alami terdapat di dalam makanan itu sendiri,seperti alkoloid pada kentang, asam
    sianida pada singkong, asam jengkolat pada jengkol serta mimosin dan leukonin pada petai
    cina
2.  Senyawa racun dari residu pencemaran merupakan sisa buangan hasil aktivitas manusia
     yang terkontaminasi dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang dikonsumsi manusia,
     seperti pestisida.
3. Akibat penambahan senyawa tertentu selama proses pengolahan pangan,
    misalnya penggunaan bahan tambahan pangan (food additives) secara berlebih atau
    penggunaan  senyawa beracun sintetis diantaranya sakarin, nitrosiamin dan monosodium
   glutamat
4. Akibat kontaminasi dari lingkungan yang tidak sehat, berupa kontaminasi senyawa
    kimia yang beracun atau mikroba penghasil racun.
5.  Senyawa beracun dari mikroba (bakteri patogen) yang membahayakan kesehatan manusia,
     antara lain: Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella, Shigella, Vibrio cholerae,
     Clostridium botulinum, Pseudomonas cocovenenans dan Kapang dan khamir

B.      SARAN

Tidak ada cara untuk menghindar 100% dari bahan-bahan kimia itu dalam kehidupan sehari-hari, yang perlu dilakukan adalah meminimalkan penggunaannya sehingga tidak melewati ambang batas yang disarankan.


24

DAFTAR PUSTAKA


Djaeni Sediaoetama, Ahmad, Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi jilid 2, 2004, Jakarta:    
        DianRakyat
Winarno, F.G, Kimia Pangan dan Gizi, 1995,Jakarta: PT.Gramedia Pusaka Utama
Anonim, Bahaya Residu Pestisida (online), 2009, http://forum.travian.co.id
http://senyawaberacun.blogspot.com/2010/08/senyawa-beracun-dalam-makanan.html
http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_fdsf_sulfit.php

No comments:

Post a Comment