Pasang Iklan Di Sini

Thursday, June 21, 2012

Obat Tetes Telinga Kloramfenikol (Guttae Auris Kloramfenikol)


DIBUTUHKAN SEGERA KARYAWAN UNTUK MENJAGA TOKO PRIA / WANITA MINIMAL LULUSAN SMP
KIRIM CV KE ALAMAT EMAIL :
ricky_kurniawan02@yahoo.com
PALING LAMBAT TANGGAL 31 MARET 2015


======================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram   = Rp. 8.000,-
  2. 250 gram   = Rp. 10.000,-
  3. 500 gram   = Rp. 20.000,-
  4. 1000 gram = Rp. 40.000,-

Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a


LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR
OBAT TETES TELINGA KLORAMFENIKOL

Disusun oleh :
Raymond                       (2010210224)
Reni Novitasari             (2010210225)
Ricky Kurniawan         (2010210226)
Rizki Anggin Luffani   (2010210235)
Samantha S.D.              (2010210239)
Sari Damaryanti           (2010210241)
Kelas/kelompok : A2/4

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2012

I.                   Tujuan Percobaan 
Mengetahui cara pembuatan obat tetes telinga yang baik dan benar dengan                    melihat pengaruh pelarut terhadap suatu zat.
II.                Dasar Teori
Preparat telinga kadang – kadang dikenal sebagai preparat optic atau aural. Bentuk larutan paling sering digunakan pada telinga, suspensi, dan salep masih juga didapati penggunaannya. Preparat telinga biasanya diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran teling (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.
      Preparat untuk melepaskan kotoran telinga. Kotoran telinga merupakan campuran sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea dari saluran telinga bagian luar. Pengeluaran kotoran ini lalau didiamkan akan menjadi kering, setengah padat yang lekat dan menahan sel-sel epitel benda – benda lain yang masuk saluran telinga. Tumpukan kotoran telinga yang berlebihan dalam telinga dapat menimbulkan rasa sakit, gatal, gangguan pendengaran dan merupakan penghalang bagi pemeriksaan otologik. Bila tidak dibuang secara periodik, kotoran tersebut akan berpengaruh buruk, dan mengeluarkannya akan menjadi lebih sukar dan menimbulkan rasa sakit. Telah bertahun – tahun minyak mineral encer, minyak nabati, dan hydrogen peroksida biasa digunakan ntuk melunakkan kotoran telinga yang terjepit agar dapat dikeluarkan.
Baru – baru ini surfaktan sintetik dikembangkan untuk aktivitas cerumenolitik dalam melepeskan lilin teling. Tata cara dalam membuang lilin/kotoran telinga biasanya dimulai dengan menempatkan larutan optic pada saluran telinga dengan posisi telinga dengan posisi kepala pasien miring 45°, lalu dimasukkan gumpalan kapas untuk menahan obat dalam telinga selama 15 – 30 menit, disusul dengan menymprot saluran telinga dengan air hangat perlahan – lahan memakai penymprot telinga dari karet yang lunak.
Preparat telinga untuk antiinfeksi, antiradang, dan analgetik. Obat – obat yang digunakan pada permukaan bagian luar telinga untuk melawan infeksi adalah zat – zat seperti kloramfenikol, kolistin sulfat, neomisin, polimiksin B sulfat, dan nistatin, zat yang terakhir dipakai untuk melawan infeksi jamur. Pada umumnya zat – zat ini diformulasikan ke dalam bentuk tetes telinga (larutan atau suspensi) dalam gliserin anhidrat atau propilen glikol. Pembawa yang kental ini memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan telinga yang lebih lama. Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang sering menyertai infeksi telinga, beberapa preparat otic antiinfeksi juga mengandung bahan analgetik seperti antipirin dan anestetic lokal seperti lidokain, dibukain, dan benzokain.
Beberapa preparat cair telinga memerlukan pengawetan terhadap pertumbuhan mikroba. Apabila pengawetan diharuskan maka bahan yang umumnya dipakai adalah klorobutanol (0.5%), timerosol (0.01%), dan kombinasi paraben – paraben.
Antioksidan seperti natrium disulfida dan penstabil lainnya juga dimasukkan ke dalam formulasi obat tetes telinga, jika dibutuhkan. Preparat telinga biasanya dikemas dalam wadah gelas atau plastik berukuran kecil (5 – 15 mL) dengan memakai alat penetes.



III.            Data Preformulasi 


ZAT AKTIF:

1.      Kloramfenikol (Farmakope Indonesia edisi IV halaman 191; Martindale Edisi 28 halaman 1136).
Rumus molekul               = C11H12Cl2N2O5.
Berat Molekul                 = 323,13.
Rumus Struktur               =

Pemerian                         = Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih  kelabu atau putih kekuningan.
Kelarutan                        = Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etenol, dalam propilena glikol.
Titik Lebur                      = Antara 1490 dan 1530 C.
pH                                   = Antara 4,5 dan 7,5.
OTT                                 = Endapan segera terbentuk bila kloramfenikol 500 mg dan eritromisin 250 mg atau tetrasiklin Hcl 500 mg dan dicampurkan dalam 1 liter larutan dekstrosa 5%.
             Stabilitas                         = Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian. Stabilitas baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2-7, suhu 25oC dan pH mempunyai waktu paruh hampir 3 tahun. Sangat tidak stabil dalam suasana basa. Kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrofilik pada lingkungan amida. Stabil dalam basis minyak dalam air, basis adeps lanae. (Martindale edisi 30 hal 142).
Dosis                               = 5-10% (Martindale edisi 36 hal 242).
Khasiat                            = Antibiotik, antibakteri (Martindale edisi 30 hal 141).
Penyimpanan                   = Wadah tertutup rapat.


ZAT TAMBAHAN:
1.       Gliserin  (Farmakope Indonesia IV hal 413, Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal 283)
Rumus Molekul                       : C3H8O3
               Berat Molekul       : 92,09
               Pemerian                : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis; hanya      boleh berbau khas lemah higroskopis, netral terhadap lakmus, 0,6x lebih manis dari sukrosa.
                Kelarutan              : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol; tidak larut dalam    minyak lemak dan minyak menguap.
                BJ                          : Tidak kurang dari 1,249.
                Khasiat                  : Pembawa dan pengawet antimikroba.
                Dosis                     : Pengawet: < 20%
                Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup  rapat.
                Viskosita                : Konsentrasi 10% = 1,311mPas (1,311 cPs) pada suhu 20ºC.
                Stabilitas               : Mengkristal pada suhu rendah.
                OTT                     : Oksidator kuat seperti kromium trioksida, potassium klorat, potassium permanganat.

IV.             ALAT DAN BAHAN
              Alat : 1.Beaker glass                         Bahan: 1. Kloramfenikol
                        2.Batang pengaduk                             2. Gliserin
                        3. Spatula                                           
                        4. Gelas ukur                          
                        5. Pipet tetes                                      
                        6. Botol bening                                                                                  
                        7. Piknometer



V.                FORMULASI
Bahan
Formula
Kloramfenikol
5 %
Gliserin
ad 250 ml

VI.             PERHITUNGAN

Kloramfenikol = 5% x 150ml = 7,5 gram
Propilen glikol  = 250ml – 7.5g = 242,5 ml

VII.          PENIMBANGAN

Bahan
Formula
Kloramfenikol
7,5 gram
Propilenglikol
242,5 ml

VIII.       CARA KERJA
1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.      Ditimbang semua bahan.
3.      Dikalibrasi botol 10 ml.
4.      Digerus kloramfenikol ad halus dan dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml.
5.      Ditambahkan gliserin sebagai pembawanya, diaduk dengan batang pengaduk ad homogen.
6.      Ditambahkan sisa gliserin ad 150 ml.
7.      Dipisahkan sebagian obat, dimasukkan ke dalam botol 10ml, kemas, serahkan.
8.      Sisa sediaan digunakan untuk uji evaluasi (BJ, pH, organoleptik, stabilitas,viskositas).

IX.             EVALUASI DAN PEMBAHASAN
I.        Uji Evaluasi
1.      Uji Organoleptik

Formula 1
Bentuk
Cair
Bau
Tidak berbau
Rasa
-
Warna
Putih keruh

2.      Uji Berat Jenis
Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot jenis piknometer dan bobot air yang baru didihkan pada suhu 25o, atur hingga suhu zat uji kurang 20o masukkan dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25o , buang kelebihan zat uji dan timbang kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi.
Nobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat denganbobot air dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25oC.
BJ = (berat piknometer+obat tetes) – (berat piknometer kosong)
             (berat piknometer+air) – (berat piknometer kosong)

·         BJ obat tetes         = 92,66 – 27,95  = 1,2514 g/ml
                                 79,66 – 27,95

Formula
Piknometer kosong
Piknometer + air
Piknometer + obat tetes
Bobot jenis
1
27,95 g
79,66 g
92,66 g
1,2514 g/ml





3.      Uji Viskositas dan Rheologi
Metode Viskometer Brookfield
Alat : Viskometer Brookfield tipe LV
Cara:
1.      Pasang spindel pada gantungan spindel.
2.      Turunkan spindel sampai batas spindel tercelup kedalam cairan yang akan diuji viskositasnya.
3.      Nyalakan motornya dan biarkan spindelnya berputar. Lihatlah jarum merah pada skala setelah 3x putaran. Pembacaan skala rentang 10 - 100.
4.      Dengan mengubah RPM, didapat viskositas pada berbagai RPM

Perhitungan :
Viskositas  = faktor x skala
Gaya (F)    = skala x konstanta alat ( Kv)
Kv              = 673,3 dyne/cm

Tabel Data Viscometer Brookfield
Spindel
RPM
Faktor
Skala
Viskositas (cPs)
Gaya (dyne/cm)
1
3
20
19,5
390
13129,25
1
6
10
59
590
39724,7
1
12
5
72,5
362,5
48814,25
1
6
10
34
340
22892,2
1
3
20
16
320
10772,8

4.      Stabilitas
Sediaan disimpan selama beberapa hari pada suhu kamar, amati.
Pengamatan
Formula I
Hari 0
Tidak jernih
Hari 1
Tidak jernih
Hari 2
Jernih ada endapan
Hari 3
Jernih ada endapan

5.      pH
            Untuk mengukur pH larutan, maka menggunakan alat pH universal. Sehingga didapatkan             data sebagai berikut.
Formula
pH
1
5





X.        PEMBAHASAN
1.      Pada uji organoleptik, diperoleh tidak berbau dan warna sediaan putih keruh karena pengaruh kelarutan zat aktif terhadap pelarutnya. Sedangkan untuk rasa tidak diujikan karena sediaan tetes telinga merupakan sediaan topikal sehingga tidak dapat digunakan untuk oral.
2.      Pada uji berat jenis nilainya melebihi satu, yang mana lebih besar dari berat jenis air, karena walaupun tidak larut komponen-komponennya terdipers dalam sediaan tetes telinga.
3.      Untuk konstitensi sediaan tetes telinga yang baik ialah memiliki konstitensi kekentalan yang kental supaya sediaan ini dapat bekerja maksimal karena prinsipnya zat aktif harus nempel pada dinding dalam telinga.
4.      Dari hasil uji evaluasi viskositas dan rheologi, sifat alir yang diperoleh adalah thiksotropik, yang mana ketika rpm dinaikkan viskositasnya menurun dan terjadi pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera. Rheogram ini juga dipengaruhi oleh lamanya waktu sediaan mengalami rate of shear.
5.      Pada uji stabilitas (kejernihan), sediaan awalnya tidak jernih yang kemudian hari selanjutnya terdapat endapan walaupun hasilnya menjadi jernih. Hal ini dikarenakan pada dasarnya kelarutan zat aktif terhadap pelarutnya (gliserin) yaitu tidak mudah larut.

IX.       Kesimpulan

Organoleptik
Formula 1
Bau
Tidak berbau
Rasa
-
Warna
Putih keruh
Bentuk
Cair

-          Pengukuran BJ
 Formula 1 = 1,2514 g/ml
-          Stabilitas (Kejernihan)
 Formula 1  = jernih
-          Sifat alir
 Formula 1 = tiksotropik
* Sediaan tetes telinga yang baik untuk zat aktif kloramfenikol, gliserin tidak dianjurkan sebagai pembawanya.



X.     Daftar Pustaka
1.      Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta.
2.      Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta.
3.      Diktat Praktikum Formulasi Sediaan Setengah Padat dan Cair, 2012, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.
4.      Howard, Ansel C, 1982, Pengatur Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta.
5.      American Hospital Formulary Services Drug Information, 2010.
6.      Kibbe, Orthur H, 2000. Handbook og Pharmaceutical Exipient, Edisi VI. Penerbit : Pharmaceutical Press, USA
7.      Sweetman, S.C.,2009. Martindale The Complete Drug Reference 36. Pharmaceutical Press : London Chicago.

2 comments:

  1. Bagi sebagain besar masyarakat membersihan kuping dengan cotton bud yang justru mendorong kotoran telingan. Sebagaiknya gunakan obat tetes telinga di tanyadok.com portal informasi layanan kesehatan

    ReplyDelete
  2. makasih gan infonya.
    Sharing juga informasi mengenai biologi, semoga menambah wawasan seputar cabang cabang biologi, karena biologi adalah ilmu yang memiliki cabang cabang ilmu biologi yang cukup banyak.
    Wajar, karena ilmu biologi selalu berkembang seiring perkembangan kebutuhan manusia akan biologi, sehingga cabang cabang ilmu biologi juga semakin berkembang dan bertambah banyak.
    Untuk mempelajari cabang ilmu biologi dan pengertiannya di website sumber terlengkapnya yang membahas tentang cabang cabang biologi.
    Silakan langsung saja klik DISINI>> cabang ilmu biologi dan pengertiannya.
    Jangan lupa untuk tahu juga informasi pertanian indonesia di website jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia, karena indonesia adalah negara agraris. Betul?
    Sesuai dengan namanya, jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia, website ini membahas banyak informasi seputar tips, trik, dan informasi info pertanina yang bermanfaat.
    Info selengkapnya tentang jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia, silakan langsung saja kunjungi website resminya
    DISINI>> jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia
    Informasi ini dipersembahkan oleh foto dan desain fotografer ternama iluminen.com jakarta & bali wedding photographer

    ReplyDelete