Pasang Iklan Di Sini

Thursday, June 21, 2012

Emulsi Oral Paraffin Liquid


LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR
Emulsi Paraffin Liquid

Disusun oleh :
                        Raymond                        (2010210224)
                        Reni Novitasari                (2010210225)
                        Ricky Kurniawan          (2010210226)
                        Rizki Anggin Luffani      (2010210235)
                        Samantha S.D.               (2010210239)
                        Sari Damaryanti              (2010210241)

Kelas/kelompok : A2/4

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2012


I.      TUJUAN
1.      Mengamati pengaruh perbedaan konsentrasi emulgator sintetis (sistem HLB) terhadap karakteristik dan stabilitas fisik sediaan emulsi.
2.      Mengamati pengaruh penambahan bahan pengental terhadap karakteristik fisik emulsi yang dibuat dengan emulgator sistem HLB.
                              
II.      TEORI DASAR
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. ( Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 hal 6)
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. ( Howard C. Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi hal 376 ).
            Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium dispers sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-alam-air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “ m/a “. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai emulsi “ a/m ”.
            Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bercampur. Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak walaupun  yang diberikan sebenarnya minyak yang rasanya tidak enak, dengan menambahkan pemanis dan memberi rasa pada pembawa air sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung.
            Berdasarkan konstituen dan maksud pemakaiannya, emulsi cair dapat digunakan secara bermacam-macam seperti oral, topikal, atau parenteral; emulsi semisolid digunakan secara topikal.
            Teori-teori lazim yang menggambarkan cara umum untuk menguraikan cara yang mungkin dimana dapat menghasilkan emulsi yang stabil, antara lain :
a)      Teori tegangan permukaan
Bila cairan kontak dengan cairan kedua yang tidak larut dan tidak saling bercampur, kekuatan ( tenaga ) yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil disebut Tegangan Antarmuka.
b)      Oriented wedge theory
Menganggap lapisan monomolekuler dari zat pengemulsi melingkari suatu tetesan dari fase dalam pada emulsi. Dalam suatu system yang mengandung dua cairan yang tidak saling bercampur, zat pengemulsi akan memilih larut dalam salah satu fase dan terikat dengan kuat dan terbenam dalam fase tersebut dibandingkan dengan fase lainnya. Umumnya suatu zat pengemulsi yang mempunyai karakteristik hidrofilik lebih besar dari pada sifat hidrofobik akan memajukan suatu emulsi minyak-dalam-air dan suatu emulsi air-dalam-minyak sebagai hasil dari penggunaan zat pengemulsi yang lebih hidrofobik dari pada hidrofilik. Dengan kata lain, fase dimana zat pengemulsi tersebut lebih larut umumnya akan menjadi fase kontinu atau fase luar dari emulsi tersebut.
c)      Teori plastik atau teori lapisan antarmuka
Menempatkan zat pengemulsi pada antarmuka antara minyak dan air, mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang diadsorbsi pada permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak dan bersatunya fase terdispersi; makin kuat dan makin lunak lapisan tersebut, akan makin besar dan makin stabil emulsinya. Pembentukan emulsi minyak-dalam-air atau air-dalam-minyak tergantung pada derajat kelarutan dari zat pengemulsi dalam kedua fase tersebut, zat yang larut dalam air akan merangsang terbentuknya emulsi minyak-dalam-air dan zat pengemulsi yang larut minyak sebaliknya.
         Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian ketiga dari emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulgator/emulsifying agent). Suatu pengemulsi berfungsi serta didefinisikan secara operasional sebagai suatu penstabil bentuk tetesan (bola-bola) dari fase dalam. Berdasarkan strukturnya, pengemulsi (zat pembasah dan surfaktan) bisa digambarkan sebagai molekul-molekul yang terdiri dari bagian-bagian hidrofilik (oleofobik) dan hidrofobik (oleofilik). Karena itu gugus senyawa-senyawa ini seringkali disebut amfifilik (yakni menyukai air dan minyak).
Zat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan tiga mekanisme:
1.      Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas termodinamis.
2.      Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang kaku-pembatas mekanik untuk penggabungan.
3.      Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik untuk mendekati partikel-partikel.
Dalam pembuatan emulsi, dapat digunakan 2 ( dua ) macam emulgator yaitu emulgator alam dan emulgator system HLB.
         Pada system HLB, umumnya masing-masing zat pengemulsi mempunyai suatu bagian hidrofilik dan suatu bagian lipofilik dengan salah satu diantaranya lebih atau kurang dominan dalam mempengaruhi dengan cara yang telah diuraikan untuk membentuk tipe emulsi. Suatu metode telah dipikirkan dimana zat pengemulsi dan zat aktif permukaan, dapat digolongkan susunan kimianya sebagai keseimbangan hidrofil-lipofil atau HLB-nya. Dengan metode ini, tiap zat mempunyai harga HLB atau angka yang menunjukkan polaritas dari zat tersebut.
         Umumnya zat aktif permukaan itu mempunyai harga HLB yang ditetapkan 3 sampai 6, yang menghasilkan emulsi air dalam minyak, sedangkan zat-zat yang mempunyai harga HLB antara 8 sampai 18 menghasilkan emulsi minyak dalam air. Dalam suatu sistem HLB, harga HLB juga ditetapkan untuk minyak-minyak dari zat-zat yang seperti minyak. Dengan menggunakan dasar HLB dalam penyimpanan suatu emulsi, dapat dipilih zat pengemulsi yang mempunyai harga HLB sama atau hampir sama sebagai fase minyak dari emulsi yang dimaksud. ( Howard C. Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi hal 376 – 382 ).
         Bahan-bahan yang diperlukan ditambahkan dalam pembuatan emulsi, antara lain :
a)      Bahan pengemulsi sebagai emulgator
Untuk mencegah koalesensi sehingga tetesan besar menjadi tetesan kecil.
b)      Bahan pengemulsi sebagai surfaktan
Untuk mengurangi tegangan permukaan antara fase eksternal sehingga proses emulsifikasi dapat ditingkatkan.
c)      Pengental
Untuk mempertinggi kestabilan emulsi
d)     Pengawet
Ditambahkan untuk semua jenis emulsi terutama emulsi minyak dalam air karena kontaminan fase minyak dan fase air mudah terjadi.
e)      Zat-zat tambahan
Pemanis, pewarna, pewangi.
           
Ketidakstabilan emulsi yang dapat terjadi, antara lain :
a)      Flokulasi dan Creaming
Pemisahan emulsi menjadi beberapa lapis cairan, masing-masing lapisan mengandung fase terdispersi yang berbeda.
b)      Cracking dan Breaking
Merupakan koalesensi dan pecahnya tipe emulsi dan bersifat irreversible.
c)      Inversi fasa
Perubahan yang terjadi tiba-tiba dari tipe emulsi M/A menjadi emulsi A/M atau sebaliknya.
d)     Demulsifikasi
Proses pemisahan sempurna dari suatu tipe emulsi ke dalam masing-masing komponen cair.
Emulsi bisa disiapkan dengan beberapa cara, tergantung pada sifat komponen emulsi dan perlengkapan yang tersedia untuk digunakan. Dalam ukuran kecil preparat emulsi yang dibuat baru, dapat dibuat dengan tiga metode yang umum digunakan oleh ahli farmasi di apotek. Ketiga metode tersebut adalah:
1.      Metode gom kering atau metode kontinental
Zat pengemulsi (biasanya gom) dicampur dengan minyak sebelum penambahan air.
2.      Metode Inggris atau metode gom basah
Zat pengemulsi ditambahkan ke air (di mana zat pengemulsi tersebut larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi.
3.      Metode botol atau metode botol Forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan minyak-minyak yang kurang kental dan merupakan suatu variasi dari metode gom kering.
Kestabilan termodinamik emulsi berbeda dari kestabilan seperti didefinisikan oleh pembuat formula atau pemakai berdasarkan pertimbangan subjektif secara menyeluruh. Kestabilan yang dapat diterima dalam bentuk sediaan farmasi tidak membutuhkan kestabilan termodinamika. Jika suatu emulsi membentuk krim ke atas (naik ke atas) atau membentuk krim ke bawah (endapan), emulsi bisa tetap dapat diterima secara farmasetik selama emulsi tersebut dapat dibentuk kembali dengan pengocokan biasa.
Untuk menentukan tipe emulsi dapat dilakukan dengan beberapa cara :
  1. Metode zat warna
-          Sudan III
Merupakan zat warna yang larut dalam minyak, tetapi tidak larut dalam air jika ke dalam larutan ditambahkan sudan III, setelah diaduk warna merah menjadi semakin jelas menunjukan bahwa emulsi adalah tipe a/m, tetapi jika warna merah suram semakin tidak tampak menunjukkan emulsinya adalah m/a.
-          Metilen blue
Merupakan zat warna yang larut dalam air tetapi tidak larut dalam minyak. Jika zat ini diteteskan pada emulsi berwarna seragam maka air merupakan fase luar dan emulsi ini bertipe m/a.
  1. Metode electrical conductivity
Air dapat menghantarkan arus listrik sedangkan minyak tidak. Alatnya terdiri dari kawat dengan 2 elektrode yang dicelupkan dalam emulsi dan dihubungkan dengan lampu neon. Jika lampu menyala dalam air maka merupakan medium pendipers dan emulsinya merupakan tipe m/a. Bila lampu tidak menyala maka minyak merupakan medium pendispers dan emulsinya adalah tipe a/m.
  1. Metode pengenceran fase
Jika ke dalam emulsi ditambahkan sedikit air maka setelah pengocokan dan pengadukan diperoleh kembali emulsi yang homogen sehingga emulsinya adalah tipe m/a. jika emulsi dicampur  minyak maka akan menyebabkan pecahnya emulsi. Pada emulsi a/m akan diperoleh sebaliknya.
  1. Fluoresensi
Karena minyak berfluoresensi seluruhnya dan emulsinya m/a menunjukkan pola titik-titik.



III.       DATA PREFORMULASI
Zat Aktif
ü  Paraffin Liquidum (Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6 hlm. 445, FI IV hlm. 652)
Pemerian                     : Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak
   berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin
  dan berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan                    : Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air.
  Larut dalam jenis minyak lemak hangat.
Stabilitas                     : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Khasiat                        : Laksativ (pencahar)
Dosis                           : Emulsi oral : 15 – 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)
HLB Butuh                 : 10 – 12 (M/A). 5 – 6 (A/M)
OTT                             : Dengan oksidator kuat.
Penyimpanan               : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan sejuk.

Zat Tambahan

Emulgator Sistem HLB
ü  Span 80 (Sorbitan Monooleat) (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal. 675, Martindale hal. 577)
Pemerian         : Cairan kental seperti minyak berwarna kuning.
Kelarutan        : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan propilen
  glikol, tercampur dalam alcohol dan methanol, 1 bagian span
  larut dalam 100 bagian minyak biji kapas, sedikit larut dalam
  etil asetat.
Khasiat            : Emulgator, surfaktan non ionik, peningkat kelarutan.
Bobot jenis      : 1,01 g/ml.
Konsentrasi     : Emulgator A/M = 1-15%, emulgator M/A = 1-10%
Stabilitas         : Stabil terhadap asam dan basa lemah.
Penyimpanan   : Wadah bertutup rapat dan pada tempat sejuk dan
  kering.
HLB                : 4,3
OTT                 : Dengan asam atau basa kuat, terjadi pembentukan sabun dengan
  basa kuat.

ü  Tween 80 (FI edisi IV hal. 687 Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hlm. 549)
Pemerian         : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan        : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; tidak larut dalam minyak mineral.
OTT                 : Perubahan warna dan atau presipitasi terjadi dengan berbagai zat fenol, tannin,tar dan bahan seperti tar.
Stabilitas         : Stabil pada elektrolit, asam lemah,dan basa lemah.
Khasiat            : Bahan pengemulsi (emulgator)
Bobot jenis      : 1,06 – 1,09 g/ml.
Konsentrasi     : Emulgator M/A = 1-15%
                          Emulgator A/M = 1-10%
HLB                : 15,0
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, sejuk dan kering.

üCMC Na. (Carboxymethylcellulose sodium) (Handbook Of Pharmaceutical Exipent edisi VI halaman 120; Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 175; Remington edisi 21 halaman 1073).
         Pemerian                       = Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis.
        Kelarutan                      = Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida,        tidak larut dalam etanol, eter, dan pelarut organik lain.
         Stabilitas                       = Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH dibawah 2. Viscositas larutan berkurang dengan cepat jika pH diatas 10. Menunjukkan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9. Bisa disterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1 jam, tapi terjadi pengurangan viskositas.
         Penyimpanan                 = Dalam wadah tertutup rapat.
OTT                              = Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam   besi dan beberapa logam seperti aluminium, merkuri dan zink juga dengan gom xanthan; pengendapan terjadi pada pH dibawah 2 dan pada saat pencampuran dengan etanol 95%.; Membentuk kompleks dengan gelatin dan   pektin.
         Khasiat                          = Emulsifying agent, bahan pengental.
         Konsentrasi                   = 0,25 – 1% untuk emulsifying agent.

ü  Natrium Benzoat (FI IV hal. 584, Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal. 627)
Synonym               : Sodium benzoat, Natrii benzoat
RM                        : C7H5NaO2
BM                        : 144,11
Pemerian               : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, stabil di udara.
Kelarutan              : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, lebih mudah larut dalam etanol 90%.
Stabilitas               : Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.
OTT                       : Tidak bercampur dengan komponen kuartener, gelatin, garam ferri, garam kalsium, dan garam logam berat termasuk perak, timah, dan merkuri.
Konsentrasi           : 0,02-0,5 %
Fungsi                      : Pengawet/antimikroba.
Wadah                      : Wadah tertutup rapat, di tempat kering & sejuk.

ü  Sorbitol (FI IV hal. 756, Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal. 679)
RM                  : C66H14O6
BM                  : 182,17
Pemerian         : Serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih rasa manis.
Kelarutan        : Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol, metanol dan asam asetat.
Konsentrasi     : 20 – 35%
Khasiat            : Pemanis.
Stabilitas         : Dapat bercampur dengan kebanyakan bahan tambahan, stabil di udara, keadaan dingin dan asam basa encer.
OTT                 : Ion logam divalent dan trivalent dalam asam kuat dan suasana basa.
Penyimpanan   : Wadah tertutup rapat.


ü  BHT(Butil hidroksi toluen)
FI IV hal.157; Excipients 6th Edition hal. 75
Pemerian           : Hablur padat, putih; bau khas lemah.
Kelarutan          : praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, asam-asam mineral dan larutan alkali; mudah larut dalam etanol, aseton, benzen dan parafin liquid; lebih mudah larut dalam minyak-minyak makanan dan lemak.
Stabilitas           : Jauhkan dari cahaya, kelembaban dan panas.
Konsentrasi       : 0,02 %
Kegunaan         : Antioksidan untuk minyak-minyak dan lemak.
OTT                    : Bahan pengoksidasi kuat seperti peroksida dan permanganat.
Wadah                : Dalam wadah tertutup baik.


ü  Aquadest FI IV hal. 112
Pemerian               : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
Kelarutan              : Dapat bercampur dengan pelarut polar
Kegunaan              : Sebagai pelarut
Stabilitas               : Dalam semua keadaan fisik (es, cairan, udara).
OTT                       : Bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis, bereaksi keras dengan logam alkali.
Penyimpanan         : Wadah tertutup baik.
ü  Sunset Yellow (Excipient Edisi 6 hal. 193-194)
    Pemerian           : Serbuk kuning kemerahan, di dalam larutan memberikan warna
  orange terang.
    Kelarutan          : Mudah larut dalam air, gliserin dan propilen glikol (50%), sedikit
  larut dalam propilen glikol.
    OTT                   : Asam askorbat, gelatin, dan glukosa.
    Kegunaan          : Sebagai pewarna.
    Penyimpanan     : Wadah tertutup rapat dan tempat sejuk dan kering.

ü  Essence Orange
    Pemerian          : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar diproses secara mekanik.
    Kelarutan         : Mudah larut dalam alkohol 90 %, asam asetat glasial.
    Kegunaan         : Flavouring agent.
    Stabilitas          : Dapat disimpan dalam wadah gelas dan plastik.
    Penyimpanan   : Wadah tertutup dan tempat yang sejuk, kering, dan terhindar dari
  cahaya matahari 

IV.      ALAT dan BAHAN
Alat         : 1.  Beaker glass    
                  2.  Gelas ukur                                                      
                  3.  Cawan penguap                                                         
                  4.  Lumpang dan mortir    atau stirer                              
                  5.  Batang pengaduk                                           
                              6.  Objek glass                                                     
                              7.  Cover glass                                                     
                              8.  Pipet tetes                                                      
                              9.  Penangas air                                                   
                             10. Kertas perkamen
                             11. Timbangan
                             12. Mikroskop       
                            13. Viskometer Brookfield
                            14. Tabung sedimentasi
                            15. Erlenmeyer
                            16. Sudip




Bahan:
1.      Paraffin Liquid
2.    Span 80                                    
3.    Tween 80
4.    CMC Na
5.    Na.Benzoat
6.    BHT
7.    Sunset Yellow
8.    Essence Orange
9.    Sorbitol
10.   Aquadest
11.   Metilen Blue
12.  Sudan III

V.      FORMULA

Komposisi
Formula I
Formula II
Formula III
Paraffin Liquid
20%
20%
20%
Span 80
2 %
3 %
4 %
Tween 80
2 %
3 %
4 %
CMC
1%
1%
1%
Natrium Benzoat
0,1%
0,1%
0,1%
BHT
0,02%
0,02%
0,02%
Sunset Yellow
0,05  %
0,05 %
0,05%
Ess. Orange
0,1 %
0,1 %
0,1 %
Sorbitol
2%
2%
2%


VI.      PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
A. Perhitungan
HLB Butuh Parrafin liquid : 12
HLB Span 80                       : 4.3
HLB Tween 80                    : 15



Formula I
Paraffin Liq                          = 20/100 x 400 ml  = 80 gram
Berat total emulgator (Tween 80 + Span 80) : 2/100 x 400 ml         = 8 gram
 Tween 80 : 15               7,7             =  tween 80 :  7,7/10,7 x  8 = 5,76 gram
                           12
 Span 80   :  4,3             3                 =  span 80   :  3/10,7 x  8   = 2,24 gram
                                                                                          
                                       10,7
CMC Na                              = 1/100  x  400 ml = 4 gram
Air u/ CMC Na                   = 20 x 4 gram          = 80 ml
Na Benzoat                         = 0,1 /100  x  400 ml     = 0,4 gram
Air u/ Na Benzoat               = 1 x 0,4 gram = 0,4 ml
BHT                                    = 0,02/100  x  400 ml  = 0,08 gram
Sunset Yellow                     = 0,05 % x 400 ml      =  0,2 gram
Ess Orange                          = 0,1 % x 400 ml = 0,4 ml = 0,4 x 20 tetes = 8 tetes
Sorbitol                                = 2/100 X 400ml = 8 gram
Aquadest sisa                       = 400 ml – [80 + 5,76 +2,24 +4 +80 +0,4 +0,4 +0,08 +0,2
                                             +0,4 +8 ]
                                             = 218,52 ml

Formula II
Paraffin Liq                          = 20/100 x 400 ml  = 80 gram
Berat total emulgator (Tween 80 + Span 80) : 3/100 x 400 ml         = 12 gram
 Tween 80 : 15               7,7             =  tween 80 :  7,7/10,7 x  12 = 8,64 gram
                           12
 Span 80   :  4,3             3                 =  span 80   :  3/10,7 x  12   = 3,36 gram
                                                                                           
                                       10,7
CMC Na                              = 1/100  x  400 ml = 4 gram
Air u/ CMC Na                   = 20 x 4 gram          = 80 ml
Na Benzoat                         = 0,1 /100  x  400 ml     = 0,4 gram
Air u/ Na Benzoat               = 1 x 0,4 gram = 0,4 ml
BHT                                    = 0,02/100  x  400 ml  = 0,08 gram
Sunset Yellow                     = 0,05 % x 400 ml      =  0,2 gram
Ess Orange                          = 0,1 % x 400 ml = 0,4 ml = 0,4 x 20 tetes = 8 tetes
Sorbitol                                = 2/100 X 400ml = 8 gram
Aquadest sisa                       = 400 ml – [80 + 8,64 +3,36 +4 +80 +0,4 +0,4 +0,08 +0,2
                                             +0,4 +8 ]
                                                         = 214,52 ml

Formula III
Paraffin Liq                          = 20/100 x 400 ml  = 80 gram
Berat total emulgator (Tween 80 + Span 80) : 4/100 x 400 ml         = 16 gram
 Tween 80 : 15               7,7             =  tween 80 :  7,7/10,7 x  16 = 11,51 gram
                           12
 Span 80   :  4,3             3                 =  span 80   :  3/10,7 x  16    = 4,49 gram
                                                                                          
                                       10,7
CMC Na                              = 1/100  x  400 ml = 4 gram
Air u/ CMC Na                   = 20 x 4 gram          = 80 ml
Na Benzoat                         = 0,1 /100  x  400 ml     = 0,4 gram
Air u/ Na Benzoat               = 1 x 0,4 gram = 0,4 ml
BHT                                    = 0,02/100  x  400 ml  = 0,08 gram
Sunset Yellow                     = 0,05 % x 400 ml      =  0,2 gram
Ess Orange                          = 0,1 % x 400 ml = 0,4 ml = 0,4 x 20 tetes = 8 tetes
Sorbitol                                = 2/100 X 400ml = 8 gram
Aquadest sisa                       = 400 ml – [80 + 11,51 +4,49 +4 +80 +0,4 +0,4 +0,08 +0,2
                                             +0,4 +8 ]
                                             = 210,52 ml

B. Penimbangan

Komposisi
Formula I
Formula II
Formula III
Paraffin Liquidum
80 g
80 g
80 g
Span 80
2,24 g
3,36 g
4,49 g
Tween 80
5,76 g
8,64 g
11,51 g
CMC Na
4 g
4 g
4 g
Natrium Benzoat
0,4 g
0,4 g
0,4 g
BHT
0,08 g
0,08 g
0,08 g
Sunset Yellow
0,2 g
0,2 g
0,2 g
Ess Orange
8 tetes
8 tetes
8 tetes
Sorbitol
8 g
8 g
8 g
Aqua dest ad
218,52 ml
214,52 ml
210,52 ml







VI.      CARA PEMBUATAN
1.   Disiapkan alat dan bahan.
2.   Ditimbang bahan-bahan obat dan kalibrasi botol.
3.   Dikembangkan CMC Na dengan menggunakan air hangat di beaker glass
sejumlah 20 X berat CMC Na, diamkan kurang lebih 24 jam untuk mengembangkan CMC Na.
4.   Dilebur paraffin liquid, span 80, BHT di water bath, diaduk ad homogen/larut (fase minyak).
5.   Dilebur Tween 80 dengan sedikit air panas dalam cawan penguap di water bath pada suhu 70° (fase air).
6.   Dilarutkan Na. benzoat dan sorbitol dalam sebagian aquadest ad larut.
7.   Dilarutkan sunset yellow dalam sebagian air ad larut dan homogen.
8.   Dimasukkan fase minyak ke dalam lumpang digerus, kemudian ditambah fase air sedikit demi sedikit sambil terus digerus (konstan) sampai terbentuk corpus emulsi.
9.   Dipindahkan corpus emulsi ke dalam CMC Na yang telah dikembangkan, lalu
dihomogenkan dengan alat homogenizer.
10.  Ditambahkan larutan sorbitol dan Na. benzoat, dihomogenkan.
11.  Ditambahkan larutan sunset yellow, dihomogenkan.
12.  Ditambahkan essence orange, dihomogenkan.
13.  Dimasukkan hasil emulsi ke dalam botol yang telah dikalibrasi 60 ml dan dikemas.
14.  Dilakukan evaluasi untuk sisa emulsi.

VII.      EVALUASI dan PENGAMATAN
a.      Tipe emulsi
                                i.      Siapkan objek glass dan cover glass.
                              ii.      Teteskan emulsi formula I pada objek glass, lakukan duplo.
                            iii.      Teteskan Sudan III dan Metilen blue.
                            iv.      Lakukan hal yang sama pada formula II dan III.
                              v.      Lihat preparat emulsi dibawah mikroskop.

Formula
Sudan III
Metilen blue
Tipe emulsi

I




M/A

II



M/A

III


M/A
                          
                           Minyak      air                    minyak             air

2.      Viskositas dan sifat alir
Alat: Viskometer Brookfield tipe LV
KV: 673,7 dyne/cm
Viskositas (η): skala x faktor
Gaya (F): skala x KV






Formula I   :
Spindel
RPM
Faktor
Skala
η
F
2
1,5
200
14,5
2900
9768,65
2
3
100
21,5
2150
14484,55
2
6
50
32,5
1650
21895,25
2
3
100
21
2100
14147,70
2
1,5
200
15
3000
10105,50

Formula II : 
Spindel
RPM
Faktor
Skala
η
F
2
0,3
1000
10,5
10500
7073,85
2
0,6
500
12
6000
8084,40
2
1,5
200
19
3800
12800,30
2
0,6
500
11,5
5750
7747,55
2
0,3
1000
10
10000
6737,00

Formula III
Spindel
RPM
Faktor
Skala
η
F
2
0,6
500
11,5
5750
7747,55
2
1,5
200
16
3200
10779,20
2
3
100
21
2100
14147,70
2
1,5
200
15
3000
10105,50
2
0,6
500
11
5500
7410,70

3.      Volume sedimentasi
Tabung sedimentasi = 25 ml
F = Vu/Vo
F = derajat sedimentasi (mendekati 1 → baik)
Vu = Volume sedimentasi
Vo = Volume awal

Hari ke-

FORMULA I
FORMULA II
FORMULA III

0

Vo
Vu
F
25
25
1
25
25
1
25
25
1

1

Vo
Vu
F
25
25
1
25
25
1
25
25
1

2

Vo
Vu
F
25
25
1
25
25
1
25
25
1

3

Vo
Vu
F
25
25
1
25
25
1
25
25
1

4

Vo
Vu
F
25
25
1
25
25
1
25
25
1

4.      Ukuran Partikel
       Cara :
a.  Kalibrasi Skala Okuler.
Tempatkan micrometer di bawah mikroskop, himpitkan garis awal   skala okuler dengan garis awal skala objektif kemudian tentukan garis kedua yang berhimpit. Tentukan jarak skala okuler.
 b. Buatlah preparat dari emulsi formula I, II, dan III
 c. Ukurlah partikel sebanyak 100 partikel, Tabelkan
                      Objektif                        
Kalibrasi =                  x 10 µm           
    Okuler                          
à Ukuran partikel pada formula I, II dan III tidak dapat ditentukan. Hal ini disebabkan ukuran partikel yang teramati di bawah mikroskop lebih kecil dari 1 skala, sehingga sulit diprediksi skala yang sebenarnya.

1.      Mikromiretik (Ukuran Partikel)
·         Formula 1
N0
Skala
μm
N0
Skala
μm
N0
Skala
μm
N0
Skala
μm
1
4x10
40
26
2x10
20
51
1x10
10
76
2x10
20
2
1x10
10
27
1x10
10
52
1x10
10
77
1x10
10
3
2x10
20
28
1x10
10
53
1x10
10
78
1x10
10
4
2x10
20
29
2x10
20
54
1x10
10
79
1x10
10
5
2x10
20
30
1x10
10
55
1x10
10
80
1x10
10
6
1x10
10
31
1x10
10
56
1x10
10
81
1x10
10
7
1x10
10
32
1x10
10
57
1x10
10
82
1x10
10
8
1x10
10
33
1x10
10
58
1x10
10
83
2x10
20
9
1x10
10
34
1x10
10
59
1x10
10
84
1x10
10
10
1x10
10
35
1x10
10
60
1x10
10
85
1x10
10
11
2x10
20
36
1x10
10
61
1x10
10
86
1x10
10
12
1x10
10
37
1x10
10
62
1x10
10
87
1x10
10
13
1x10
10
38
1x10
10
63
1x10
10
88
1x10
10
14
1,5x10
15
39
8x10
80
64
1x10
10
89
1x10
10
15
1x10
10
40
6,5x10
65
65
1x10
10
90
1,5x10
15
16
1x10
10
41
8x10
80
66
1x10
10
91
2x10
20
17
1x10
10
42
1x10
10
67
1x10
10
92
1x10
10
18
1x10
10
43
1x10
10
68
1x10
10
93
2x10
20
19
1x10
10
44
1x10
10
69
1x10
10
94
3x10
30
20
1x10
10
45
1x10
10
70
1x10
10
95
1x10
10
21
1x10
10
46
1x10
10
71
1x10
10
96
1x10
10
22
1x10
10
47
1x10
10
72
10x10
100
97
1x10
10
23
1,5x10
15
48
1x10
10
73
1x10
10
98
1x10
10
24
1,5x10
15
49
1x10
10
74
1x10
10
99
1x10
10
25
1x10
10
50
1x10
10
75
1x10
10
100
3x10
30

Rentang data (R)= Data terbesar-data terkecl
                            = 100µm - 10μm = 90µm
Banyak data = 1 + 3.3logn
                     = 1 + 3.3log 100 = 7,6~8
Panjang interval kelas =        R         =  90µm   = 11,25 µm
                                         Banyak data                    8
Interval kelas   = data terkecil + P
                         = 10 + 11,25= 21,25

Rentang ukuran
Rata-rata rentang
Jumlah Partikel
nd
nd2
nd3
nd4
(µm)
(d)
(n)
10-21,25
15,625
93
1453,125
22705,078
354766,846
5543231,964
21,25-32,50
26,875
2
53,75
1444,531
38821,777
1043335,266
32,50-43,75
38,125
1
38,125
1453,516
55415,283
2112707,672
43,75-55
49,375
0
0
0
0
0
55-66,25
60,625
1
60,625
3675,391
222820,557
13508496,25
66,25-77,50
71,875
0
0
0
0
0
77,50-88,75
83,125
2
166,25
13819,531
1148748,535
95489721,98
88,75-100
94,375
1
94,375
8906,641
840564,209
79328247,22

100
1866,25
52004,688
2661137,207
197025740,4

Dln  = nd = 1866,25 = 18,6625
              n           100
Dsn =  = 22,8045

Dvn = 3  = 29,8554

Dsl=  = 27,8659

Dsv=  = 51,1711
Dwn=  = 74,0382








·         Formula II
N0
Skala
μm
N0
Skala
Μm
N0
Skala
μm
N0
Skala
μm
1
1x10
10
26
1x10
10
51
1x10
10
76
1x10
10
2
1x10
10
27
1x10
10
52
1x10
10
77
1x10
10
3
1x10
10
28
1x10
10
53
1x10
10
78
1x10
10
4
1x10
10
29
1x10
10
54
1x10
10
79
1x10
10
5
1x10
10
30
1x10
10
55
1x10
10
80
1x10
10
6
1x10
10
31
1x10
10
56
1x10
10
81
1x10
10
7
1x10
10
32
1x10
10
57
1x10
10
82
1x10
10
8
1x10
10
33
1x10
10
58
1x10
10
83
2x10
20
9
1x10
10
34
1x10
10
59
1x10
10
84
1x10
10
10
1x10
10
35
1x10
10
60
1x10
10
85
1x10
10
11
1x10
10
36
1x10
10
61
2x10
20
86
1x10
10
12
1x10
10
37
1x10
10
62
1x10
10
87
1x10
10
13
1x10
10
38
1x10
10
63
1x10
10
88
1x10
10
14
1x10
10
39
1x10
10
64
1x10
10
89
1,5x10
15
15
1x10
10
40
1x10
10
65
1x10
10
90
1x10
10
16
1x10
10
41
1x10
10
66
1x10
10
91
1x10
10
17
1x10
10
42
1x10
10
67
1x10
10
92
1x10
10
18
1x10
10
43
1x10
10
68
1x10
10
93
1x10
10
19
1x10
10
44
1x10
10
69
1x10
10
94
1x10
10
20
1x10
10
45
1x10
10
70
1x10
10
95
1x10
10
21
1x10
10
46
1x10
10
71
1x10
10
96
1x10
10
22
2x10
20
47
1,5x10
15
72
1x10
10
97
1x10
10
23
1x10
10
48
1x10
10
73
1x10
10
98
1x10
10
24
1x10
10
49
1x10
10
74
1x10
10
99
1x10
10
25
1x10
10
50
1x10
10
75
1x10
10
100
1x10
10
·         Formula 2


Rentang data (R)= Data terbesar-data terkecl
                            = 20µm 10μm = 10µm
Banyak data = 1+3.3logn
                     = 1+3.3log 100 = 7,6~8
Panjang interval kelas =        R         =  10µm   = 1,25 µm
                                         Banyak data                    8

Interval kelas= data terkecil + P
                     = 10 + 1,25 = 11,25

Rentang ukuran
Rata-rata rentang
Jumlah Partikel
nd
nd2
nd3
nd4
(µm)
(d)
(n)
10-11,25
10,625
95
1009,375
10724,609
113948,975
1210707,855
11,25-12,50
11,875
0
0
0
0
0
12,50-13,75
13,125
0
0
0
0
0
13,75-15
14,375
0
0
0
0
0
15-16,25
15,625
2
31,25
488,281
7629,395
119209,290
16,25-17,50
16,875
0
0
0
0
0
17,50-18,75
18,125
0
0
0
0
0
18,75-20
19,375
3
58,125
1126,172
21819,580
422754,364

100
1098,75
12339,062
143397,95
1752671,509

Dln = nd = 1098,75 = 10,9875
              n           100
Dsn =  = 11,1081

Dvn = 3  = 11,2767

Dsl=  = 11,2301

Dsv=  = 11,6215

Dwn=  = 12,2224








·      Formula III
N0
Skala
μm
N0
Skala
μm
N0
Skala
μm
N0
Skala
μm
1
1x10
10
26
1x10
10
51
1,5x10
15
76
1x10
10
2
1,5x10
15
27
1x10
10
52
1x10
10
77
1x10
10
3
2x10
20
28
1x10
10
53
1x10
10
78
1x10
10
4
1x10
10
29
1,5x10
15
54
1x10
10
79
1x10
10
5
1x10
10
30
1, 5x10
15
55
1x10
10
80
1x10
10
6
1x10
10
31
1x10
10
56
1x10
10
81
1x10
10
7
1x10
10
32
1x10
10
57
1x10
10
82
1x10
10
8
1,5x10
15
33
1x10
10
58
1x10
10
83
1,5x10
15
9
2x10
20
34
1x10
10
59
1,5x10
15
84
1,5x10
15
10
1,5x10
15
35
1x10
10
60
1x10
10
85
4x10
40
11
3x10
30
36
1x10
10
61
1x10
10
86
1,5x10
15
12
1x10
10
37
1x10
10
62
1,5x10
15
87
1x10
10
13
1x10
10
38
2x10
20
63
1,5x10
15
88
1,5x10
15
14
1x10
10
39
1x10
10
64
1x10
10
89
1x10
10
15
1x10
10
40
1,5x10
15
65
1x10
10
90
1x10
10
16
1x10
10
41
1x10
10
66
1x10
10
91
1x10
10
17
1,5x10
15
42
2x10
20
67
2x10
20
92
1,5x10
15
18
1,5x10
15
43
2x10
20
68
1x10
10
93
1x10
10
19
1x10
10
44
2x10
20
69
1x10
10
94
1,5x10
15
20
1x10
10
45
1,5x10
15
70
1,5x10
15
95
2x10
20
21
1x10
10
46
1x10
10
71
3x10
30
96
1x10
10
22
1x10
10
47
2x10
20
72
1,5x10
15
97
1x10
10
23
1x10
10
48
1x10
10
73
1x10
10
98
1x10
10
24
1x10
10
49
1x10
10
74
1x10
10
99
1,5x10
15
25
1x10
10
50
1x10
10
75
1x10
10
100
1,5x10
15







Rentang data (R)= Data terbesar-data terkecl
                            = 40µm - 10μm = 30µm
Banyak data = 1+3.3logn
                     = 1+3.3log 100 = 7,6~8
Panjang interval kelas =        R         =  30µm   = 3,75 µm
                                         Banyak data                    8
Interval kelas= data terkecil + P
                     = 10 + 3,75 = 13,75

Rentang ukuran
Rata-rata rentang
Jumlah Partikel
nd
nd2
nd3
nd4
 (µm)
(d)
(n)
10,00-13,75
11,875
66
783,75
9307,031
110520,996
1312436,829
13,75-17,5
15,625
23
359,375
5615,234
87738,037
1370906,830
17,5-21,25
19,375
8
155
3003,125
58185,547
1127344,971
21,25-25
23,125
0
0
0
0
0
25-28,75
26,875
0
0
0
0
0
28,75-32,5
30,625
2
61,25
1875,781
57445,801
1759277,649
32,5-36,25
34,375
0
0
0
0
0
36,25-40
38,125
1
38,125
1453,516
55415,283
2112707,672

100
1397,5
21254,687
369305,664
7682673,951

Dln = nd = 1397,5 = 13,9750
              n           100

Dsn =  = 14,5790

Dvn = 3  = 15,4571

Dsl=  = 15,2091
Dsv=  =17,3753

Dwn=  = 20,8030

5. Organoleptik
Formula
Bau
Warna
Rasa
I
Jeruk
Kuning Muda
Manis
II
Jeruk
Kuning Muda
Manis
III
Jeruk
Kuning Muda
Manis


VIII.      PEMBAHASAN
1.      Parafin liquid sebagai zat aktif dalam sediaan ini dibuat dalam bentuk emulsi dengan tujuan absorbsi di dalam tubuh dapat terjadi lebih cepat dan lebih mudah karena dalam bentuk larutan yang dapat langsung diserap oleh sistem pencernaan dan aktivitas parafin liquid sebagai pencahar dapat bekerja dengan baik.
2.      Zat pengental yang digunakan pada formula ini adalah CMC Na dimana berfungsi untuk meningkatkan viskositas agar didapat sediaan dengan viskositas yang baik dan untuk menstabilkan sediaan ( emulsi ).
3.      Emulgator yang digunakan pada formula ini adalah golongan surfaktan non ionik yaitu tween 80 dan span 80 untuk menurunkan tegangan permukaan antara fase minyak dan fase air, dengan memperkecil ukuran partikel yang besar dan berukuran seragam sehingga dapat bercampur saat dilakukan pengadukan.
4.      Emulsi yang baik adalah emulsi yang berwarna seperti putih susu, dan jika dikocok atau diberi gaya dan tekanan, viskositasnya akan bertambah kecil sehingga emulsi tersebut mudah dituang.

5.      Suatu emulsi dianggap tidak stabil, jika :
·         fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan,
·         jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam,
·         jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam.
6.      Pada ketiga formula didapat emulsi yang stabil dengan harga F=1 sebab tidak ada perubahan dari volume awal hingga volume akhir selama penyimpanan 5 hari.
7.      Tipe emulsi yang diperoleh adalah emulsi tipe M/A karena ketika zat warna sudan III diteteskan pada emulsi menyebabkan warna merah pada butir minyak. Meskipun warna merah tidak begitu terlihat jelas karena sudan III yang tersedia kurang baik (encer). Perlu diingat bahwa tipe emulsi ditentukan oleh emulgator, yaitu bila emulgator yang digunakan larut air atau suka air (hidrofil) maka akan diperoleh emulsi tipe M/A, apabila emulgator larut dalam minyak atau suka minyak (lipofil) maka akan membentuk tipe emulsi A/M. (Ilmu Meracik Obat, hal.141). Selain itu perbandingan jumlah fase juga dapat mempengaruhi tipe emulsi. Jumlah fase yang sedikit biasanya akan menjadi fase dalam, dan yang jumlahnya lebih besar akan menjadi fase luar. Di dalam formula didapatkan tipe emulsi M/A karena jumlah fase minyak lebih sedikit dari fase air.
8.      Dalam suatu sistem HLB, harga HLB juga ditetapkan untuk minyak-minyak dari zat-zat yang seperti minyak. Dengan menggunakan dasar HLB dalam penyiapan suatu emulsi, dapat memilih zat pengemulsi yang mempunyai harga HLB sama atau hampir sama sebagai fase minyak dari emulsi yang di maksud. Contoh zat pengemulsi dalam pembuatan formula ini adalah Span 80 dan Tween 80. (Ansel hal.382).
9.      HLB butuh minyak adalah HLB yang dibutuhkan oleh minyak agar sediaan stabil. HLB butuh yang digunakan pada ketiga formula ini adalah 10,7.  Dengan demikian emulsi yang didapat stabil karena menggunakan HLB butuh yang dibutuhkan yaitu minyak 10,7.
10.  Sifat alir yang didapat dari 3 formula adalah Thiksotropi pseudoplastis, karena jenis aliran ini bekerja pada gaya geser yang lebih tinggi, dimana viskositas turun dengan menaikkan kebutuhan geser dan sistem tersebut menjadi lebih cair yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika stress tersebut dihilangkan atau dikurangi. Dapat dilihat dari nilai viskositas yang berbeda meskipun rpm sama.
11.  Ukuran partikel yang dilihat dengan mikroskop didapatkan hasil yang kurang baik karena memiliki grafik yang tidak menyerupai lonceng, dari ke 3 formula didapatkan bahwa formula 3 memiliki hasil yang lebih baik dari formula lain karena formula 3 memiliki ukuran distribusi partikel merata dalam suatu sediaan dan lebih menyerupai lonceng.

IX.      KESIMPULAN
 

Formula I
Formula II
Formula III
Tipe emulsi
M/A
M/A
M/A
Tipe aliran



Volume sedimentasi
F ( Hari 0 )
F ( Hari 1 )
F ( Hari 2 )
F ( Hari 3 )
F ( Hari 4 )                   


1
1
1
1
1


1
1
1
1
1


1
1
1
1
1
Ukuran partikel
Paling banyak
10 μm
10 μm
10 μm












X.      DAFTAR PUSTAKA
a.       Ansel, H. C., Ph. D. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
b.      Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta.
c.       Lachman, Leon, Ph. D. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II, edisi ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
d.      Mc. Evory, Gerald K, Pharm. D. American Hospital Formulary Service, Drug Information. American Society of Hospital Pharmacist.
e.       Wade, Ainley and Paul J. Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, edisi kedua. London: The Pharmaceutical Press.
Van Duin, C. F. R

4 comments:

  1. wah, lengkap sekali, makasih gan..
    Sekedar ingin sharing tentang minuman berenergi kratingdaeng, yang merupakan salah satu minuman energi Indonesia dan minuman berenergi yang tidak berbahaya.
    Tentunya kandungan yang tedapat dalam minuman berenergi kratingdaeng berasal dari bahan gula alami, sehingga siapapun yang mengkonsumsinya tak perlu khawatir dengan kratingdaeng minuman berenergi aman tidak berbahaya satu ini.
    Karena sudah teruji kandungannya hanya terdiri dari kafein yang kurang dari 1 cangkir. Jadi, minuman berenergi aman tidak berbahaya kretingdaeng akan memberikan manfaat yang baik untuk stamina dan penambah energi bagi tubuh.
    Info selengkapnya tentang kratingdaeng, silakan klik DISINI>> Minuman Berenergi Aman Tidak Berbahaya.
    Informasi Tambahan
    Bagi Anda yang suka dengan perhiasan yang selain emas, silakan datang dimari, ada berbagai jenis perhiasan wanita yang cantik bila dikenakan, seperti perhiasan xuping, perhiasan titanium, dan masih banyak lagi lainnya.
    Semua itu hanya ada di Toko Perhiasan Sefir yang aman dan terpercaya dan merupakan tempat perhiasan yang berseni tinggi.
    Informasi selengkapnya silakan klik DISINI>> Toko Perhiasan Online SEFIR.

    ReplyDelete
  2. Makasih gan. Ninggalin jejak dan bookmark ya.

    ReplyDelete
  3. mau tanya dong perhitungan formula 1 tween 80 7,7 sama 10,7 dpt darimana ya ?

    ReplyDelete
  4. Kak kalau boleh tau, itu formulanya dapet dari mana ya?

    ReplyDelete