Pasang Iklan Di Sini

Thursday, August 28, 2014

Belajar Viral Marketing Dari Anak 4 Tahun

Belajar Viral Marketing Dari Anak 4 Tahun

Print Friendly
Arham Kendari

Viral marketing adalah salah satu bentuk pemasaran yang paling murah, efektif dan memiliki dampak yang sangat besar. Namun mengaplikasikan viral marketing ke bisnis bukanlah hal mudah. Namun cerita dibawah ini mungkin bisa membantu Anda.
Jika Anda sudah memiliki seorang anak berusia 4 tahun, pernahkah Anda menanyakan apa hadiah yang ia inginkan pada hari ulang tahunnya? Sebagai seorang ayah yang baik, inilah yang dilakukan Arham. Saat iseng-iseng menanyakan apa hadiah ulang tahun yang diinginkan oleh putrinya, dengan spontan putrinya menjawab: “RANJANG HELLO KITTY..!”
Karena hadiah yang diinginkan oleh putrinya bernilai cukup mahal, maka sang ayah tidak kehilangan akal. Arham memberi syarat yang cukup unik kepada putrinya, yaitu Ia harus mendapat 500 Like di Facebook. Jika tidak tercapai, maka sang putri tercinta akan menerima hadiah pengganti. Komposisinya sebagai berikut (langsung dari tulisan tangan sang putri):
  1. 500 Likes mau dikasih kado ranjang helokiti.
  2. 300 Likes = meja belajar.
  3. 200 Likes = kursinya aja.
  4. Kurang 100 Likes = Cuma dapat momogi.
Sang anak lalu mem-posting foto syarat dari Arham ke Facebook, dan tanpa diduga, hasil Like yang Ia dapat jauh melebihi target: 1315 Like!!
Facebook Like
Cerita selengkapnya bisa Anda baca disini.
Berita ini kemudian menjadi viral (menyebar), namun apa yang membuat hal ini bisa menyebar? Apa yang membuat sang putri bisa mendapat jumlah Like melebihi targetnya (500 Like)? Bagaimana Anda bisa memanfaatkannya untuk bisnis Anda?
Adalah Jonah Berger, seorang profesor dari Universitas Wharton yang sudah lebih dari 10 tahun meneliti apa yang membuat sesuatu, baik itu video, artikel blog, foto, dll, menjadi viral. Dalam bukunya: Contagious, setelah 10 thaun Jonah menemukan bahwa ada 6 elemen yang membuat sesuatu menjadi viral.
Contagious
Untuk detailnya bisa Anda baca di buku Contagious yang bisa Anda temukan di Amazon atau Google Play Books.
Dari kasus Arham, cerita ini mengandung beberapa elemen dari buku Contagious yang menurut saya membuat kasus ini menjadi viral. Elemen tersebut adalah:

1. Mata Uang Sosial Yang Tepat.

Social currency (atau mata uang sosial) adalah salah satu faktor utama yang membuat seseorang mau membagikan sesuatu di internet. Baik itu melalui Facebook, Twitter, Blog dan saluran lain. Mata uang sosial seperti halnya mata uang rupiah, fungsinya adalah satuan yang Anda gunakan untuk “membayar” perhatian teman-teman Anda dan mendapatkan ketenaran ditengah audiens Anda.
Dalam kasus Arham, mata uang sosial yang berlaku adalah keunikan kasus ini. Perilaku Arham ke putrinya jarang kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari, hal ini membuat kita yang membacanya akan ikut merasa merasa unik dan berbeda, dan akan secara spontan membuat kita berfikir teman-teman kita “pasti belum mengetahuinya.” Karenanya, tanpa menunda, kita akan menyebarkannya mealui Facebook, Twitter, serta membicarakannya secara offline ke teman-teman Anda demi mendapat status yang pertama kali mengetahuinya.

Apa yang bisa kita pelajari?
Dalam pemasaran, keunikan cerita Arham sering disebut diferensiasi. Apa yang membedakan bisnis Anda dari yang lain? Apa yang membuat orang lain akan membicarakan bisnis Anda? Apa mata uang sosial yang bisa Anda berikan ke pengunjung Anda?
Di Indonesia, ada beberapa bisnis, karena keunikannya, berhasil memancing pembicaraan ditengah-tengah masyarakat. Salah satunya adalah restoran seafood D’cost. Restoran ini memberlakukan banyak aturan yang “nyeleneh” dalam produk dan layanannya.
Misalnya diskon umur. Dimana harga makanan Anda akan di diskon berdasarkan usia Anda saat ini. Anda tinggal membuktikannya dengan menunjukkan KTP Anda. Lagi, karena hal ini unik, Anda akan merasa harus memberi tahu teman-teman Anda dan menggunakan mata uang sosial untuk membuat teman-teman Anda kagum dengan Anda.

2. Faktor Emosional Yang Kuat

Siapa yang tidak gemas dengan anak 4 tahun, menuliskan permintaan ulang tahun dengan tulisan tangannya sendirilalu berjuang mengharapkan Anda untuk me-Like fotonya di Facebook demi RANJANG HELLO KITTY..!?
When we care, we share. Ketika kita perduli, kita berbagi.
Faktor emosional akan lebih mudah melekat ke satu objek, dalam hal ini seorang anak berusia 4 tahun. Bayangkan jika 100 anak meminta ranjang yang sama, apakah kita akan tergerak secara emosional? Saya ragu.
Inilah kenapa bencana skala besar tidak menimbulkan efek viral yang sama di internet dengan derita yang dialami oleh satu orang. Ingat kasus koin untuk prita? Atau Martunis, sang bocah yang selamat dari bencana tsunami di Aceh? Saat melihat bencana skala besar, kita sedih, takut. Namun saat melihat penderitaan satu orang, kita perduli. Karenanya kita menjadi lebih mudah untuk berbagi.

Apa Yang Bisa Kita Pelajari?
Emosi lebih mudah untuk melekat ke satu objek, karenanya saat Anda berkomunikasi dengan calon pembeli Anda secara online, gunakanlah sapaat untuk 1 orang. Buatlah seolah-olah Anda sedang mengobrol dengan mereka.
Gunakan sapaan seperti: Anda, kamu, bapak, ibu. Hindari sapaan seperti: Tweeps, kalian, semuanya, dan sapaan bersifat jamak lain.
Saat melakukan promosi atau beriklan, ada baiknya juga mempromosikan produk Anda satu persatu ke target pasar yang tepat, daripada mengiklankan per kategori produk (contoh: pakaian muslim.)

3. Faktor Publik

Sesuatu yang terlihat ramai, akan memancing rasa penasaran orang lain untuk ikut terlibat kedalam keramaian tersebut.
Dalam kasus ini Facebook berperan besar karena fitur dan kemampuannya untuk menarik publik melalui psikologi angka melalui jumlah Like yang terlihat jelas pada bagian bawah foto.
Psikologi angka yang ramai ini sama seperti saat Anda melihat sebuah restoran atau gerai yang sedang penuh dengan antrian. Anda tentunya lebih memilih tempat makan yang ramai dan mengantri daripada yang sepi dan tidak ada yang makan.

Apa Yang Bisa Kita Pelajari?
Saat bisnis Anda baru saja mulai, usahakan selalu terlihat ramai, fokuslah di cashflow (arus kas) dan bukannyaprofit. Pokoknya ramai dulu! Hal ini akan membantu perputaran uang didalam bisnis Anda dan akan membantunya terus berjalan.
Untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai bagaimana membuat bisnis ramai, Anda bisa membaca bukuBuka Langsung Laris, atau mempelajari modul 1 YEA Virtual.

4. Cerita Yang Beresonansi Dengan Orang Banyak

Selain mengedepankan sang putri, satu hal yang sangat menarik adalah bagaimana cerita Arham dalam kasus ini. Ia bercerita tentang kesulitan ekonomi yang dialaminya dan akhirnya memberikan anaknya tantangan, lalu berharap tantangan tersebut gagal, sehingga ia tidak harus membeli ranjang tersebut.
Namun internet mengalahkannya dengan telak sehingga ia harus memenuhi keinginan sang anak, walaupun akhirnya perekonomian rumah tangganya terganggu demi cintanya kepada sang anak.
Ranjang Hello Kitty

Apa Yang Bisa Kita Pelajari?
Cerita, akan mengalahkan informasi, selalu. Artinya daripada menginformasikan produk, benefit, atau bisnis Anda, kenapa tidak mulai menceritakannya? Coba gunakan Facebook, Twitter, dan saluran pemasaran lain untuk menghantarkan cerita Anda ke target pasar.
Contohnya lihat iklan dari perusahaan P&G untuk kampanye Olimpiade musim dingin berikut ini:


Video diatas akhirnya menjadi viral dan saat ini sudah 18 juta lebih orang yang menontonnya. Perhatikan sekali lagi, produk dan promo P&G tidak ditampilkan secara gamblang, video tersebut hanya bercerita dari awal hingga akhir, menyentuh emosi siapapun yang menontonnya.
Cerita adalah kunci untuk membuka gerbang emosi target pasar Anda. Mulailah menggunakannya.

5. Faktor Orang-orang Berpengaruh (Influencer)

Walaupun tidak dibahas dalam buku Contagious (dan Jonah Berger cendrung menolak faktor influence), Tidak bisa dipungkiri, hampir semua hal yang menjadi viral didukung oleh influencer atau orang-orang yang sudah memiliki audiens (baik fans di Facebook, pembaca Blog, follower di Twitter, dll) dalam jumlah yang besar.
Jika Anda perhatikan foto dari putrinya Arham diatas, maka diantara yang me-like foto tersebut, terselip namaJonruBisri Mustova, dan lain-lain.
Faktor influencer ini bukan hanya me-Like, namun juga membagikan foto tersebut ke audiens mereka yang bukan saja jumlahnya besar, namun memiliki tingkat interaksi yang sangat tinggi.
Untuk lebih jelas mengenai faktor influencer, salah satu buku yang bisa jadi referensi adalah: The Tipping Point.

Apa Yang Bisa Kita Pelajari?
Influencer bisa berfungsi sebagai “tendangan” bagi kampanye pemasaran Anda untuk menjadi viral. Karenanya cobalah untuk meraih perhatian dari para influencer yang ada di bidang Anda. Jika Anda beruntung, siapa tahu para influencer ini mau membantu memasarkan produk Anda kepada audiens mereka.
____
Sulit menebak apa yang akan menjadi bahan omongan di masyarakat, namun kita bisa melihat dan mengaplikasikan pola dari kejadian-kejadian yang sudah ada.
Selamat mencoba.
Anda mungkin tertarik juga untuk mengetahui bagaimana sebuah video menjadi viral.
Foto-foto di artikel ini berasal dari Facebook Arham Kendari.

http://hot.yukbisnis.com/viral-marketing/

No comments:

Post a Comment