Ini Alasan Hipertensi Kerap tak Terkontrol
republika/prayogi
REPUBLIKA.CO.ID, Ketidakpatuhan pasien mengonsumsi obat menjadi alasan mengapa hipertensi seringkali tak terkontrol.
Dokter spesialis jantung dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dr. Siska S. Danny, SpJP mengungkapkan, pasien hipertensi seringkali tak paham kalau konsumsi obat memang dilakukan jangka panjang, sekalipun tak ada gejala khusus.
"Ketaatan minum obat itu menjadi masalah besar di hipertensi. Ketaatan minum obat rendah karena pasien tidak tahu obat hipertensi harus diminum jangka panjang," kata Siska di Jakarta, Selasa (31/3).
Di samping itu, mitos tentang konsumsi jangka panjang obat hipertensi yang bisa merusak ginjal juga menjadi alasan lainnya mengapa hipertensi tak terkontrol. "Potensi ginjal menjadi rusak memang ada, tetapi risikonya lebih kecil dibandingkan hipertensi tak diobati lalu merusak ginjal. Persentasenya 2,5 persen," ujar Siska.
Sementara potensi ginjal rusak akibat hipertensi tak diobati, menurut Siska, ialah sekitar 20 persen. Di samping itu, karena seringkali tak bergejala, pasien umumnya tak sadar tengah menderita hipertensi.
Dia menyebutkan, di negara maju seperti Amerika Serikat saja, hanya 70 persen pasien yang sadar sedang menderita hipertensi. "Sementara di Indonesia saat ini, hanya sekitar tujuh persen penderita yang sadar menderita hipertensi. Apalagi yang mengobati dan mengontrol (hipertensi) hanya setengahnya," kata Siska.
Dokter spesialis jantung dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dr. Siska S. Danny, SpJP mengungkapkan, pasien hipertensi seringkali tak paham kalau konsumsi obat memang dilakukan jangka panjang, sekalipun tak ada gejala khusus.
"Ketaatan minum obat itu menjadi masalah besar di hipertensi. Ketaatan minum obat rendah karena pasien tidak tahu obat hipertensi harus diminum jangka panjang," kata Siska di Jakarta, Selasa (31/3).
Di samping itu, mitos tentang konsumsi jangka panjang obat hipertensi yang bisa merusak ginjal juga menjadi alasan lainnya mengapa hipertensi tak terkontrol. "Potensi ginjal menjadi rusak memang ada, tetapi risikonya lebih kecil dibandingkan hipertensi tak diobati lalu merusak ginjal. Persentasenya 2,5 persen," ujar Siska.
Sementara potensi ginjal rusak akibat hipertensi tak diobati, menurut Siska, ialah sekitar 20 persen. Di samping itu, karena seringkali tak bergejala, pasien umumnya tak sadar tengah menderita hipertensi.
Dia menyebutkan, di negara maju seperti Amerika Serikat saja, hanya 70 persen pasien yang sadar sedang menderita hipertensi. "Sementara di Indonesia saat ini, hanya sekitar tujuh persen penderita yang sadar menderita hipertensi. Apalagi yang mengobati dan mengontrol (hipertensi) hanya setengahnya," kata Siska.
www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/15/03/31/nm2yaw-ini-alasan-hipertensi-kerap-tak-terkontrol
No comments:
Post a Comment