BERKAH
BERBAKTI
Puja ca pujaniyanam
Etammangalamuttamam
Menghormat
yang patut dihormatiitulah berkah utama.
(Mangala
Sutta)
Setiap tanggal 5 April, dalam tradisi
Tionghoa adalah hari Cheng Beng (Mandarin : Qing ming). Saat itu orang akan beramai-ramai
pergi ke pemakaman orang tua atau para leluhurnya untuk melakukan upacara
penghormatan dengan berbagai jenis, misalnya ; membersihkan kuburan, menebarkan
kertas Gincua dan lainnya.
Cheng Beng berarti terang dan cerah,
waktu yang cocok untuk berziarah dan membersihkan makam karena cuaca yang
cerah, langit terang. Apalagi pada jaman dahulu lokasi pemakaman cukup jauh dari
tempat pemukiman warga. Cheng beng telah menjadi budaya warga dalam praktik
bakti kepada leluhurnya yang telah dilakukan dari masa dinasti kekaisaran
sampai dinasti kekaisaran selanjutnya. Walaupun kini dinasti tersebut telah
berganti ketatanegaraan lain, namun budaya cheng beng masih dipraktikkan oleh
warga masyarakat dimanapun mereka berada.
Bagaimana paham Dhamma, Ajaran Buddha,
berkenaan dengan bakti kepada leluhur ? Di dalam Sigalovada Sutta Sang Buddha menguraikan bahwa ; salah satu praktik
Dhamma seorang anak berkewajiban melakukan Pattidana
kepada orang tua atau sanak keluarga yang telah meninggal dunia.
Sebagai
anak yang memahami bahwa kita lahir di dunia ini karena jasa kedua orang tua,
yakni ayah dan ibu, Guru Buddha mengajarkan dan menekankan bahwa berbakti
kepada orang tua adalah menjadikeharusan yang hedaknya dilakukan seorang anak.
Guru Buddha menyatakan ada 5 ladang subur
untuk menanam kebajikan di dunia ini yang memberikan pahala terbesar yaitu ;
ayah, ibu, suciwan, Buddha, dan Sangha.
Belum lama ini ada sebuah wawancara dari
seseorang yang kini termasuk sepuluh besar orang tersukses dalam karir dan
bisnisnya, menjadi seorang milyader, orang terkaya di dunia ini. Orang itu
menyatakan hal pertama yang membuat ia sukses adalah praktik hormat dan bakti
kepada orang tua.
2.600 tahun yang lampau Guru Buddha telah
mengajarkan, menekankan, dan menganjurkan untuk berbakti kepada orang tua. Kini
sebagian anak-anak telah membuktikan manfaat dan pahalanya luar biasa, bahwa
kedua orang tua nyata sebagai lading subur untuk menanam kebajikan bagi
anak-anaknya di dunia ini.
Memang tidak sedikit orang yang memiliki
paham bahwa seorang yang telah meninggal dunia tidak aka nada hubungan lagi
dengan keluarga yang ada di dunia ini, sehingga tidak perlu melakukan bakti
kepadanya. Secara fisik benar bahwa orang yang telah meninggal fisiknya telah
hancur di telan bumi. Namun kesadaran batin masih dapat berhubungan.
Kisah leluhur Raja Bimbisara yang hidup
bersama pada zaman Buddha Konagama (Kedua zaman Buddha sebelum Buddha Gotama)
mereka hidup harmonis, rukun, sejahtera, dan makmur. Sebagai manusia puthujana manusia biasa masih dapat
hanyut pada praktik perilaku buruk, sehingga di antara saudara Raja Bimbisara
pada zaman lampau ada yang terlahir di alam menderita sebagai peta. Pada saat di dunia ini terlahir
Buddha Kassapa leluhur Raja Kassapa mereka menyampaikan kenapa tidak
mendapatkan pattidana, pelimpahan
jasa untuk mendiang sedangkan yang lain mendapatkan. Setelah Buddha Kassapa
melihat ke seluruh elosok dunia dengan abhinna
(kekuatan batin) ternyata tidak ada keluarga dari leluhur tersebut yang
terlahir sebagai manusia di dunia ini, dan dinyatakan nanti Zaman Buddha Gotama
keluarga kalian akan terlahir sebagai Raja Bimbisara.
Dalam kurun waktu yang demikian lama,
dari Zaman Buddha Kassapa ke Buddha Gotama adalah waktu yang tak terhitung
berapa kalpa (kappa), satu kalpa saja hingga kini zaman teknologi maju belum
dapat menghitung berpaa nominal dalam satu kalpa.
Yang mencengangkan kita adalah leluhur (mahluk peta) tersebut masih ingat dan tahu keluarganya yakni Raja
Bimbisara. Oleh karena itu, sebagai anak yang tahu bakti, ngerti jasa, dan
pahala pasti akan melakukan katannu-katavedi
(tahu jasa orang lain dan melakukan balas jasa).
Bagaimana cara praktik bakti kepada orang
tua , kakek / nenek, orang yang berjasa ? Bangsa-bangsa yang tingkat
peradabannya maju masyarakatnya memiliki perilaku hormat, bakt, tahu jasa yang
telah dilakukan oleh orang lain dan pendahulunya.
Sang Buddha mengajarkan berbakti dapat
dilakukan dalam dua masa yakni, waktu orang itu masih hidup di dunia ini dan
saat mereka telah tiada atau meninggal dunia.
Waktu orang tua masih hidup kita dapat
melakukan bakti dengan membantu segala yang diperlukan, menjaga, merawat
ketenteraman hati ; banyak yang berpaham bahwa bertindak hormat bakti cukup
dengan memberikan uang atau materi (makanan, pakaian, dan lainnya).
Ketenteraman hati adalah lebih berarti
dengan mengkondisikan, menjaga , menciptakan agar suasana hati menjadi tenteram
adalah hormat bakti yang lebih tinggi. Sata memberi dan membantu hendaknya
dengan sikap ramah, menolong dengan tindakan sopan, menolong dengan tindakan
sopan, menghargai pemberian, petunjuk, dan nasehat orang tua adalah praktik
hormat dan bakti.
Berperilaku sesuai norma agama, adat
istiadat dan kebudayaan bangsa, mengharumkan nama keluarga dan bangsa dengan
segala pencapaian karir dan prestasi luhurnya;
mengembangkan , melestarikan, menggunakan demi kebaikan dan kemajuan
banyak pihak materi dan kepemilikan yang telah diwariskan oleh orang tua dan
para leluhurnya yang berjasa bagi bangsa dan Negara adalah perlaku hormat dan
bakti mulia.
Praktik bakti yang dapat kita lakukan
saat orang tua dan sanak keluarga yang telah meninggal dunia adalah Pattidana, membuat jasa untuk para
mendiang dan leluhur. Praktik hormat dan bakti kepada para mendiang untuk
membuat jasa sangat banyak caranya, dapat berdana kepada Viahara Jakarta
Dhammacakka Jaya yang sedang membangun gedung, kepada bhikkhu sangha dapat
berdana makanan dan kebutuhan lainnya, dapat pula praktik sila dengan mengikuti pabbajja
dengan waktu tertentu.
Jasa kebajikan itulah yang diperuntukkan
kepada para mendiang, seperti kita transfer pulsa ke nomor yang dituju maka
pulsa nomor yang dituju tersebut nominalnya bertambah, dengan bertambahnya
pulsa maka dapat menjadi sarana untuk membuat kebajikan yang lain.
Demikian pula kekuatan kamma mendiang
yang bertambah karena pattidana dari
keluarga di dunia ini, dapat mengkondisikan kamma baik yang lain berbuah. Kisah
Ratu Mallika yang terlahir di alam peta
selama 7 hari dan hari ke delapan terlahir di alam surgawi, karena kekuatan pattidana yang dilakukan Raja Pasenadi
selama 7 hari. Cheng Beng adalah praktik bakti yang kedua yakni saat orang tua
atau sanak keluarga telah meninggal dunia. Karena peradaban yang sudah sangat
lama, maka cara-caranya sudah mengalami pergeseran. Memang begitu banyak
pelaksanaan praktik luhur, namun peradaban yang begitu lama ratusan bahkan
ribuan tahun yang lampau, sehingga praktik luhur tersebut telah bergeser dari
makna yang sebenarnya. Mangala Sutta,
khotbah tentang berkah utama, Puja ca pujaniyanam, etammangalamuttamam ;
Menghormat yang patut dihormati , itulah berkah utama.
Perilaku hormat dan bakti kepada orang
tua, orang yang lebih tua, mereka yang telah berjasa adalah berkah yang akan
membawa kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan.
Ceramah Dhamma oleh :
Bhikkhu Dhammakaro tanggal 5 April 2015.
Sumber : Berita
Dhammacakka No. 1082 tanggal 5 April 2015
No comments:
Post a Comment