Ditolak 30 Investor, Inilah 4 Pelajaran Penting yang
Saya Dapat
By Ryan Gondokusumo on Wednesday, 07
Jan 2015
Setelah publisitas, persoalan
keuangan juga menjadi salah satu hal yang krusial bagi sebuah startup
karena umumnya startup dimulai dengan pendanaan yang tidak besar. Namun,
di saat yang sama, sebuah startup juga membutuhkan skill dari
orang-orang dengan integritas tinggi yang dapat mengembangkan startup
dalam waktu yang lebih singkat. Jadi, bagaimana caranya agar orang-orang
tersebut mau bekerja untuk memajukan startup yang sedang dirintis
sedangkan dana yang dimiliki sangat terbatas?
Jawabannya adalah dengan mencari
investasi. Dengan menggunakan dana investasi yang diberikan oleh investor, founder
dapat merekrut pekerja professional sehingga dapat mengembangkan startup
dalam waktu yang lebih cepat. Selain itu, dana yang didapatkan dari investasi
yang diberikan investor juga dapat digunakan untuk kegiatan marketing
dan juga pengembangan produk pada startup yang Anda jalankan.
Mungkin Anda juga bertanya-tanya,
“Apakah sebuah startup harus mendapat funding (pendanaan) dari
investor agar bisa sukses?”
Ada beberapa startup yang
memutuskan untuk bootstraping (menjalankan startup dengan dana sendiri)
hingga besar, sukses dan memiliki lebih dari ratusan ribu pelanggan seperti Envato 37Signals,
Mailchimp dan juga startup
dari Indonesia yaitu Kaskus.
Empat startup tersebut membuktikan bahwa bootstraping hingga
perusahaan menjadi besar dan sukses memang bukan suatu hal yang mustahil dalam
dunia startup, tetapi tentu saja perkembangan bootstrapped startup
tidak akan secepat startup yang mendapatkan investasi dari investor.
Startup yang mendapatkan pendanaan dari investor tidak hanya
mendapatkan uang saja, namun startup tersebut juga akan mendapatkan
bimbingan bisnis (founder akan mendapatkan partner untuk
berkonsultasi masalah bisnis) dan juga koneksi dan relasi baru ke perusahaan
atau brand yang lebih besar, yang memungkinkan founder untuk
mengembangkan startup lebih cepat lagi. Bagi first time founder
kedua hal ini sangat berharga melebihi uang yang didapat.
Dengan banyaknya manfaat yang didapatkan
dari investasi yang diterima dari investor, mendapatkannya tentu bukanlah hal
yang mudah. Maka dari itu, Anda harus mengetahui hal apa saja yang menjadi
pertimbangan investor dalam memberikan pendanaannya untuk startup.
Berikut penjelasan dari Takahiro Suzuki, GM dari CyberAgent Venture
Indonesia mengenai hal-hal yang diperhatikan investor saat mencari startup
untuk diberi investasi:
1.Bagaimana layanan/produk dari
startup tersebut bisa menang di pasar lokal
2. Potensi bisnis untuk berkembang
dan menguasai pasar yang besar
3. Originalitas bisnis
4. Strategi dan Skenario Sukses yang
logis
5. Struktur pengelolaan manajemen
bisnis dan strategi
6. Founders dan anggota dari startup
Jika sebagai founder, Anda
dapat memenuhi enam hal yang dicari investor, tentu saja investasi yang Anda
butuhkan bisa didapatkan. Malah investor yang akan mencari Anda. Sama seperti
beberapa kisah sukses startup lokal yang berhasil mendapatkan investasi
dari investor seperti SCOOP, Tokopedia, BerryBenka dan juga Sribu.
Perjalanan Sribu untuk Mencari
Investor Pertama (Seed Funding)
6 bulan setelah produk Sribu launching,
pada Februari 2012, Sribu berhasil mendapatkan investasi pertama dari East
Venturesyang berasal dari Singapura. Investasi ini berupa seed funding,
artinya pendanaan tipe awal untuk membuktikan konsep crowdsourcing Sribu
jalan di market Indonesia. Perjalanan untuk mencari investor pertama ini
secara mengejutkan terasa mudah. East Ventures adalah investor pertama yang
saya temui.
Dalam waktu 1 bulan setelah bertemu,
kami langsung klop. Tidak lama, kami diberikan term sheet, valuasi sudah
disetujui dan tanda tangan perjanjian. Meskipun sebelum seal the deal
saya sempat bertemu beberapa investor lainnya, namun hanya East Ventures yang
didirikan oleh Willson Cuaca, Batara Eto, Chandra Tjan dan Taiga Matsuyama yang
benar-benar serius tertarik dengan Sribu terutama dikarenakan konsep, market
dan tim kami.
Meskipun terkesan mudah, banyak
pelajaran yang saya dapatkan dalam proses mendapatkan investasi pertama, karena
mendapatkan investasi alias meyakinkan orang lain untuk menaruh uang mereka
kepada kita tidaklah mudah.
Saya bersama founders lain
yang diinvest oleh East Ventures
30 Investor Pitching Menuju
Series A Funding
Setelah Sribu berjalan 1 tahun dan
mendapatkan traction yang cukup bagus, saya mulai mencari investor
kembali untuk mendapatkan dana guna mengembangkan Sribu ke level selanjutnya.
Saya sama sekali tidak menyangka apa yang akan saya lakukan 9 bulan ke depan
ketika memutuskan untuk mencari investor kedua, it was a nightmare…
Selama 9 bulan tersebut, saya pitching
ke lebih dari 30 investor. Baik investor baru dan lama, lokal dan non-lokal.
Setiap hari saya membawa laptop dan berkeliling bertemu dengan satu investor
dan lainnya, menjelaskan pitching deck yang sama berulang-ulang hingga
hafal apa yang saya harus bicarakan untuk setiap slide. Menjawab
pertanyaan yang sama, hingga saya merasa memiliki ‘cheat sheet’ yang
telah tertanam di otak saya.
Biasanya 1 investor akan bertemu
kurang lebih 3-4 kali sebelum mereka memberikan jawaban untuk melakukan
investasi ke sebuah perusahaan atau tidak. Namun ada juga yang tidak memberikan
jawaban pasti alias ‘menggantung’. Karena saya single founder, maka
biasanya saya hanya bisa secara parallel diskusi dengan 3 investor dan tidak
lebih karena saya tetap harus menjalankan bisnis saya juga selain melakukan
investor relation. Sudut pandang dan perspektif setiap investor berbeda
dan oleh karena itu data dan presentasi yang kita sajikan juga perlu berbeda.
Dari sinilah saya baru sadar bahwa investor relation is a full time job.
Ironisnya, dengan melakukan pitching
ke lebih dari 30 investor, saya jadi mulai membeci kegiatan tersebut. Menurut
saya saat itu, pitching ke investor adalah pekerjaan repetitif yang
tidak produktif. Namun tentunya tanpa investor yang melakukan capital
injection atau memasukan dana baru, perusahaan akan sulit berkembang.
Bagaimana rasanya ditolak banyak
investor? Tentu saja sering merasa down, kadang saya juga meragukan
produk saya sendiri. Apakah Sribu bukan produk menarik untuk investor atau
kemampuan saya dalam meyakinkan mereka yang kurang? Banyak kebimbangan dan
keputusasaan.
Setelah melewati banyak cobaan,
tepat 2 tahun setelah investasi pertama dan 1 tahun ketika saya mulai mencari
investor lagi, Sribu mendapatkan investasi Series A dari Infoteria pada Februari
2014.
Pina-san dari Infoteria dan saya.
Dari perjalanan mendapatkan pendaan
kedua ini, ada 4 pelajaran yang saya dapat dan ingin saya bagikan kepada Anda
untuk membantu mendapatkan investasi dari investor…
1. Growth
Tanpa trend pertumbuhan yang
bagus di perusahaan, maka akan sulit untuk mendapatkan pendanaan di ronde
berikutnya guna membawa perusahaan ke level selanjutnya karena perusahaan harus
menarik baru akan dilirik oleh investor. Oleh karena itu setelah mendapatkan
pendanaan, sebagai perusahaan startup harus langsung mulai menggenjot marketing
mereka untuk meningkatkan traction (pertumbuhan). Setiap perusahaan startup
diukur dari angka yang berbeda-beda, traffic, jumlah user, job
posting atau sales. Semakin cepat dan tinggi growth Anda,
semakin sexy perusahaan Anda di mata investor.
2. Timing
Iklim perekonomian dan bisnis di
setiap negara berbeda-beda. Di Amerika dimana jumlah investor sudah lebih
banyak dan negara lebih stabil, maka bagi sebuah startup akan jauh lebih
mudah mendapatkan investasi. Sementara di Indonesia, jumlah investor masih
sangat terbatas dan juga ekosistem startup masih sangat muda dan
berkembang. Oleh karena itu timing untuk mencari investor juga
ditentukan oleh apakah ekosistem tersebut sudah siap atau belum dan apakah
negara tersebut sedang berkembang positif atau tidak. Tentunya apabila semuanya
positif, maka akan ada banyak dana yang melimpah di market dan
kemungkinan investasi lebih tinggi.
3. Kecocokan dengan investor
Mindset (cara berpikir) saya dengan Pak Willson dari East Ventures
dan Pina-san dari Infoteria sama. Kami semua mulai dari nol dan pelan-pelan
mengembangkan perusahaan jadi besar. Bagi kami apabila melakukan partnership,
harus selalu win-win, kalau misal win bagi kami namun lose
bagi pihak partner, kami memilih untuk tidak menjalankan partnership
tersebut. Fokus kami adalah global, setiap kali membuat produk harus produk
yang dapat dipakai oleh orang banyak dan tidak terpaku untuk satu market
saja. Oleh karena itu ketika berdiskusi dengan mereka, ada kesamaan dan
kecocokan antara saya dan keduanya. Itu yang membantu untuk mewujudkan kerja
sama yang lebih jauh lagi berubah investasi dari East Ventures dan Infoteria.
4. Luck
Mungkin banyak orang yang tidak
sadar, namun luck atau keberuntungan memiliki peranan yang besar.
Infoteria sedang melakukan ekspansi bisnis mereka ke luar Jepang, dan saat
itulah Infoteria bertemu Sribu. Saya dikenalkan kepada Pina-san melalui salah
satu teman Jepang saya. Semua itu terjadi dalam kurun waktu 3 bulan dan tanpa
faktor luck, pertemuan pertama tidak akan terjadi.
Siapa saja investor yang tertarik
dengan startup di Asia?
Seperti yang diungkapkan oleh salah
satu artikel di Tech In Asia, Indonesia adalah negara berkembang yang
didominasi oleh penduduk berumur di bawah 30. Penduduk Indonesia yang kini
semakin berkembang (terbukti dari penduduk yang tech-savvy dan internet-savvy)
memberikan harapan baru bagi berkembangnya bisnis di bidang teknologi dan
internet sehingga tak heran jika banyak entrepreneur yang membangun startup
pada bidang tersebut
Dengan melihat kondisi dan peluang
seperti ini, maka tak heran jika ada beberapa investor yang tertarik untuk
menginvestasikan uangnya melalui startup di Indonesia. Berikut adalah 10
investor yang telah menginvestasikan uangnya di beberapa startup di
Indonesia:
1. Cyber Agent Ventures
Cyber Agent Ventures yang dipimpin
oleh Takahiro Suzuki and Steven Vanada telah menginvestasikan uangnya melalui
beberapa startup Indonesia seperti Coda,
Bilna, Touchten
Studios, VIP Plaza, dan Tokopedia.
2. Mountain SEA Ventures
Sebastian Togelang dan Andy Zain
adalah pendiri Mountain SEA Ventures, partner dari Mountain Partners yang berbasis di
Zurich. Mountain SEA Ventures baru saja memiliki kantornya di Jakarta pada
akhir 2013, namun sudah menginvestasikan uangannya ke beberapa startup
seperti Cek Aja, Qerja, Dealoka,
dan YDigital.
3. GRUPARA Inc
Aryo Ariotedjo membangun Grupara Inc
pada tahun 2011. GRUPARA Inc telah menjadi investment firm dan startup
incubator yang telah memberikan investasi di Gravira, dan di salah satu
eCommerce pakaian pria, Maskool.in.
4. Ideosource
Ideosource dikepalai oleh beberapa entrepreneur,
yaitu Andi S. Boediman, Sugiono Wiyono Sugialam, dan Edward Ismawan Chamdani.
Ideosource menyediakan pendanaan untuk mendukung perusahaan agar bisa
bekembang. Ideosource sudah memberikan investasinya pada Kark, Pasar Minggu,
Saqina, Gimmie, Kelir TV, dan Touchten.
5. East Ventures
Dikepalai oleh Willson Cuaca, Batara
Eto, Chandra Tjan, dan Taiga Matsuyama, East Ventures memberikan investasi pada
pendanaan tahap awal yang berfokus pada consumer web dan mobile
startups di Indonesia dan Singapura. Startup yang sudah
diinvestasikan oleh East Ventures adalah SCOOP,
UrbanIndo, RedMart, Tokopedia, Tech In Asia dan Bilna.
6. Rebright Partners
Takeshi Ebihara menjalankan Rebright
Partners dan berfokus pada startup yang bergerak di bidang internet dan mobile
startups di 6 kota besar di Asia Tenggara. Di Indonesia, Rebright Partners
sudah menginvestasikan uangnya pada Qraved,
iMoney,IndoTrading,
dan Adskom.
7. GREE Ventures
GREE Ventures adalah investor yang
berasal dari Jepang yang digerakkan oleh Yusuke Amano, Tatsuo Tsutsumi, dan
Naoki Aoyagi. GREE telah menunjukkan ketertarikannya kepada startup di
Indonesia dengan memberikan investasi kepada
Bukalapak, Berrybenka, and UrbanIndo.
Investor lainnya yang berasal dari GREE juga memberikan pendanaan kepada startup
yang berbasis di Singapurs seperti Luxola
dan juga PriceArea, yang akhirnya
diakuisisi oleh Yello Mobile.
8. Fenox Venture Capital
Perusahaan yang dimulai dari Silicon
Valley di 2011 sudah mulai mengembangkan perusahaannya. Fenox memberikan
advokasi startup untuk membantunya agar dapat berkembang lebih cepat.
Fenox juga menghubungkan startup untuk bekerja sama dengan perusahaan di
Silicon Valey dan Jepang. Fenox sampai saat ini sudah mendanai Sidecar, ShareThis,
Lark Technologies, Tech In Asia dan Bottlenose.
9. 500 Startups
Salah satu inkubator ternama, 500
Startups adalah Silicon Valley seed fund dan juga akselelator yang
dibangun oleh alumni PayPal and Google. 500 Startups memberikan
investasi kepada startups yang mengutamakan platform pencarian,
sosial dan juga mobile. Di Indonesia sendiri, 500 Startups telah
memberikan investasinya untuk Qraved, dan Bukalapak.
10. IMJ Investment Partners
IMJ memulai kegiatan investasinya
pada startup Jepang dan Amerika pada Januari 2012. Dengan kantornya di
Jakarta, IMJ Investment Partners menyediakan investasi, bantuan pengembangan
produk, business support to Internet, mobile, dan software
startups di Indonesia. IMJ telah memberikan investasinya untuk
UrbanIndo, iMoney, 8 Villages,
Bukalapak, dan Klik-eat.
Mendapatkan investor memang bukanlah
hal yang mudah, namun Anda bisa memulainya dari mencari tahu sepuluh daftar
investor yang saya bagikan di atas atau mencari nama investor lainnya.
Persiapkan presentasi yang matang sebelum bertemu dengan investor berlangsung.
Berikan presentasi yang memukau dan jangan pernah putus asa jika presentasi
Anda belum memberikan hasil positif. Good luck!
“What doesn’t kill you makes you
stronger” – Friedrich Nietzsche
Sedang mencari jasa desain logo,
website atau kartu nama? Coba melalui Sribu. Kami telah membantu lebih dari
2.000 klien! Order desain pertama anda sekarang.
Related
posts:
- 3 Masa Krisis yang
Hampir Menghancurkan Sribu
- Bekerja di Start-up atau Big
Company?
- 24 Jam Seorang Founder Startup
- Cara Sribu
Mendapatkan Publisitas Lebih dari 50 Media
- 10
Pelajaran Pahit Mendapatkan Klien di Awal Perjalanan Sribu
- Happy
Customer Story: Solusi Kebutuhan Desain Mendadak Dompet Dhuafa
- 4 Hal
Yang Ingin Diketahui Investor Tentang Startup Anda
- [Infografis]
Pemilihan Warna yang Sesuai untuk Target Market
- Culture
Sribu yang Dibentuk Hingga Dapat Melayani 2.000 Klien Berbayar
- Happy
Customer Story: Pentingnya Desain dalam Kegiatan Branding Cimory
Ryan
Gondokusumo
Ryan adalah founder dari Sribulancer, platform untuk mencari
freelancer berkualitas dengan cepat dan tepat dan founder Sribu, platform jasa desain grafis online yang
telah membantu lebih dari 2.000+ pelanggan. Spesialis UI dan UX design, team
building, pengembangan produk, strategic marketing, digital marketing. Anda
dapat ngobrol dengan Ryan di twitter via @redjohn_G
About
Writer
Ryan Gondokusumo
Ryan adalah founder dari Sribulancer, platform untuk mencari
freelancer berkualitas dengan cepat dan tepat dan founder Sribu, platform jasa desain grafis online yang
telah membantu lebih dari 2.000+ pelanggan. Spesialis UI dan UX design, team
building, pengembangan produk, strategic marketing, digital marketing. Anda
dapat ngobrol dengan Ryan di twitter via @redjohn_G
Languages
Dapatkan tips dan trik bisnis gratis
dengan berlangganan newsletter kami.
https://www.techinasia.com/10-of-indonesia-most-active-venture-capital-firms/
Bagus buat referensi
ReplyDeleteDhammapiti Sukham seti, Vipassannena cetasa
Ariyappavedite dhamme, sada ramati pandito
Ia yang mengenal Dhamma akan hidup berbahagia dengan pikiran tenang. Para bijaksana selalu bergembira dalam Dhamma yang dibabarkan oleh para Ariya
sewa video shooting seminar
info beasiswa ke jepang