Mulai Kapan Sebaiknya Belajar Bahasa Bilingual?
Oleh cahyu03 | Mommies Daily – Jum, 3 Okt 2014 12:35 WIB
Namun, bagi pihak yang pro, mereka mengatakan anak harus diajarkan bahasa kedua dari kecil agar mereka menjadi lebih fasih dan mudah memahaminya. Jadi, sebenarnya yang benar yang mana ya? Saya sendiri juga bingung Mommies…
Tapi untungnya saya berkesempatan mewawancara seorang dosen Fakultas Psikologi UI, ibu Dra. Mayke S. Tedjasaputra M, Si. Beliau merupakan dosen perkembangan anak dan pernah mengeluarkan buku bermain, mainan, dan permainan.
Simak hasil wawancara saya dengan beliau, ya!
Selama ini selalu ada perdebatan mengenai pembelajaran bahasa bilingual pada anak, ada yang mengatakan bahwa kalau diajarkan dari kecil anak akan menjadi bingung karena bahasanya menjadi tercampur-campur, ada juga yang mengatakan justru harus dimulai dari kecil agar lebih lancar.Sebenarnya pada usia berapakah anak sebaiknya mulai diajarkan bahasa bilingual?
Berdasarkan jurnal yang terakhir saya baca, ada 2 pendapat:
1. Ada pendapat yang mengatakan sejak bayi sudah dapat diajarkan bahasa bilingual. Misalnya anak dengan bapak orang Indonesia yang berbicara dengan Bahasa Indonesia dan ibunya orang Inggris yang berbicara dengan Bahasa Inggris. Jadi kedua orangtua tersebut sebaiknya menggunakan bahasanya masing-masing. Selain itu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa sejak bayi, anak sudah dapat diajarkan 2 bahasa karena nanti di otak, akan terbentuk bagian masing-masing. Bahasa itu ada yang untuk memahami, ada yang untuk mengujarkan. Pusat bicara dan pusat pemahaman sama sekali tidak bisa dipisahkan karena saling berhubungan. Anak-anak itu mengerti dulu, nanti saat mencapai usia tertentu, mereka akan mulai bicara.
2. Tapi di sisi lain ada yang mengatakan kalau sebaiknya 1 bahasa, yaitu bahasa ibu dimantapkan dulu baru anak belajar bahasa lain. Namun, kalau diamati anak-anak di Indonesia itu banyak yang bilingual walaupun bilingualnya Jawa dengan Indonesia, misalnya. Anak-anak itu akan belajar bahasa dengan mudah, kenapa? Karena bahasa tersebut terpapar setiap hari, mereka mendengar lalu melihat secara langsung kegiatan atau benda yang dimaksudkannya. Misalnya, makan bahasa Indonesianya makan, atau bahasa Sundanya tuang. Jadi mereka tidak usah belajar bahasa secara formal seperti ikut kursus, tetapi anak akan mengerti bahasa itu dengan sendirinya. Tapi untuk anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan bahasa, cara tersebut akan membingungkan.
Jadi ada kasus khusus untuk anak yang perkembangan bahasa dan bicaranya terlambat, mereka akan lebih sulit mengerti. Untuk kasus-kasus seperti itu, sebaiknya mereka dimantapkan 1 bahasa dulu baru bahasa lain. Selain itu, ada orang-orang sekarang yang menganggap bahasa asing itu sangat penting, sehingga menggunakan bahasa yang berbeda-beda di rumahnya, misalnya neneknya berbahasa Mandarin, ibunya berbahasa Inggris, ayahnya berbahasa Indonesia, mbaknya berbahasa Jawa, itu akan membingungkan karena anak tidak paham penggunaannya.
Jadi kembali ke anak-anak yang sudah paham banyak tetapi sulit untuk bicara, ada yang cepat, ada yang lambat. Jadi orangtua sebaiknya sensitif, memerhatikan apakah anaknya bingung atau tidak. Kalau anaknya bingung, sebaiknya tidak dipaksakan untuk belajar 2, apalagi 3 atau 4 bahasa. Bahwa mereka sering diajak bicara tidak apa-apa sehingga mereka dapat memungut bahasa itu dengan sendirinya.
Kemudian ada penelitian yang melihatnya dari sudut pandang perkembangan bahasa anak kecil, terutama pada masa pembentukkan (di bawah 2 tahun). Jadi kalau dilihat dari perkembangan bahasa dan bicaranya, anak itu memulai dari bahasa reseptif dulu kemudian berlanjut ke bahasa ujar. Pada saat berusia di bawah 2 tahun, anak baru dapat mengucapkan satu kata, kemudian pada saat berusia sekitar 2 tahun, mereka sudah dapat membentuk kalimat walaupun baru terdiri dari 3 kata.
Pada usia 2 tahun ini, awalnya mereka memasuki tahap telegraphic speech di mana mereka sudah dapat berbicara dengan kalimat yang terdiri dari 2 kata. Contohnya ketika mereka ingin minum susu mereka akan bilang “minta susu” bukan hanya “susu” saja. Jadi, kalau orangtua sudah dapat melihat dari awal jika anaknya bingung dalam membentuk kata-kata, sebaiknya 1 bahasa (bahasa ibu) yang dimantapkan dulu. Nah, yang menyedihkannya sekarang ini, orang-orang ngajarinnya bahasa Inggris dulu. Padahal ibunya belum tentu fasih, jadi anaknya dikirimkan ke sekolah yang menggunakan bahasa Inggris.
bilingual_kids
*Gambar dari sini
Metode apa yang sebaiknya digunakan untuk mengajarkan bahasa bilingual pada anak? Apakah melalui film, lagu, buku, diajarkan di sekolah, les, atau ada metode lainnya?
Intinya anak akan cepat belajar kalau learning by doing, dihadapkan pada situasi langsung. Nonton film boleh, tapi kan anak kecil nonton film juga harus dibatasi, setengah jam-1 jam paling lama. Anak cepat mengerti dari film karena ada pembicaraan dan ada asosiasi, tindakannya kelihatan langsung. Jadi, sebaiknya mereka diajarkan bahasanya kemudian langsung diajak melakukan, itu cara yang paling mudah bagi anak untuk dapat mengerti.
Saya nggak setuju kalau anak kecil udah disuruh-suruh les gitu, terutama yang di bawah 5 tahun. Kalau sudah 5 tahun dan orangtuanya tidak terlalu paham dan mereka ingin mengursuskan anaknya, boleh, tapi jangan yang metodenya formal. Contoh dari learning by doing, misalnya belajar dari lagu sambil gerak, itu anak akan lebih cepat mengerti dan nggak bosan.
Apakah anak sebaiknya dibimbing oleh orang dewasa dalam mempelajari bahasa bilingual atau dibiarkan belajar sendiri?
Anak bisa belajar dari film, biasanya mereka cepat lancar kalau belajar dari sana. Namun, sebaiknya jangan dilepas begitu saja sama orangtua, harus ada interaksi. Sebab banyak juga anak-anak yang kesannya fasih, aksennya juga seperti aksen Barat tetapi mereka mengucapkannya seperti memorizing, meniru, membeo, tanpa mengerti maknanya. Orangtua perlu tahu, bahwa dalam mengajarkan bahasa dan bicara, anak itu paham tidak dengan apa yang dibicarakan. Jadi jangan sekedar bicaranya lancar tapi nggak ada tujuannya, kontennya nggak sesuai dengan konteksnya.
Bagaimana dengan bahasa multilingual? Apakah memerlukan usia yang lebih besar untuk mempelajarinya atau sama saja dengan bahasa bilingual?
Ada anak yang memang sudah memiliki bakat bahasa multilingual, itu juga perlu perhatian dari orangtua bahwa mereka dapat melihat anaknya cepat dapat menangkap kata-kata dan mengujarkannya tanpa mengganggu pemahaman dan pengujaran bahasa lainnya. Untuk anak seperti itu, ya oke saja. Namun, kan lebih banyak anak yang perkembangannya normal, jadi tidak perlu ambisius lah, 2 bahasa saja cukup, tapi saya berpatokan sebaiknya 1 bahasa saja dulu, kalau sudah fasih baru diajarkan bahasa kedua. Keuntungan anak belajar bahasa dari kecil itu sebenarnya lebih ke aksen sih, tapi aksen itu juga tergantung dari aksen si pengajar dan orang di rumah.
Bagaimana cara memotivasi anak agar terus mempertahankan kedua bahasa tersebut dan tidak cepat bosan?
Anak itu akan bosan kalau ikut kursus yang formal, tapi kalau kursusnya itu learning by doing dengan fokusnya play, biasanya anak akan senang. Misalnya sambil membuat prakarya atau bermain bola, sambil istilah-istilahnya itu diajarkan. Tapi mereka nggak harus memorizing kata-kata, itu yang biasanya bikin anak bosen. Untuk masalah grammar, orang Barat aja baru jago grammar saat sudah hampir dewasa, jadi untuk anak-anak Indonesia tidak perlu diajarkan grammar banyak-banyak, nanti mereka lama-lama juga akan bisa. Spelling juga baru bisa lancar ketika mereka sudah terpapar dengan kegiatan menulis, untuk sekarang kan lebih ke conversation.
Bu Mayke juga memberi pesan tambahan untuk para Mommies nih!
- Jangan menganggap bahasa Indonesia itu sebagai bahasa kedua, anak-anak itu terlebih dulu harus menguasai bahasa Indonesia. Jangan sampai mereka asing dengan bahasanya sendiri.
- Memang dibutuhkan penguasaan bahasa asing di jaman sekarang, tapi jangan terlalu dipaksakan, lihat juga perkembangan anaknya.
Mudah-mudahan wawancara ini dapat membantu para Mommies yang masih suka bingung ya! :D
https://id.she.yahoo.com/mulai-kapan-sebaiknya-belajar-bahasa-bilingual-075654416.html
No comments:
Post a Comment