Pasang Iklan Di Sini

Wednesday, October 22, 2014

Lari Maraton, Inilah yang Dirasakan Tubuh

Lari Maraton, Inilah yang Dirasakan Tubuh

Rita Jeptoo of Kenya reacts after crossing the finish line to win the women's race during the Chicago Marathon on Sunday, Oct. 12, 2014, in Chicago.  Chicago's 37th annual race included a field of 108 elite men, women and wheelchair athletes. There were also 45,000 amateur runners registered and more than 1 million people were expected to watch along the way.(AP Photo/Andrew A. Nelles)Rita Jeptoo of Kenya reacts after crossing the finish line to win the women's race during the Chicago Marathon …
Penulis: Rachmat Muslim
Seperti pada ajang lari maraton lainnya, peserta Jakarta Mandiri Marathon bakal berlari sejauh 42,195 kilometer, pada 26 Oktober 2014. Itu sungguh bukan jarak yang pendek. Karenanya, mental dan fisik pelari akan mengalami pelbagai perubahan sepanjang jarak itu.
“Proses latihan dan persiapan sebelum maraton sangat memengaruhi reaksi tubuh saat berlari,” ujar Gatot Sudarsono, mantan atlet lari nasional yang juga direktur Indonesia Muda Road Runner (IMRR), Senin, 13 Oktober 2014. ”Persiapan itu termasuk dalam pemilihan busana, seperti pakaian yang nyaman dan sepatu lari yang tepat untuk menghindari cedera.”
Berdasarkan pengalaman, Gatot menceritakan kepada Plasadana.com untuk Yahoo Indonesiatentang beberapa hal yang akan terjadi pada tubuh saat maraton.

1. Sebelum start
Saat berada di garis awal, badan sudah mula merasakan sejumlah reaksi. Seperti semangat berlebihan, kegelisahan, grogi, dan sebagainya. Secara ilmiah, ini terjadi karena pelepasan katekolamin, sejenis adrenalin yang khusus meningkatkan tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasan secara drastis. Ini punya yang menyebabkan dorongan kuat untuk buang air kecil. “Tak heran kalau dalam sebuah gelaran maraton, wc umum akan penuh sebelum start,” ujar Gatot.

2. Kilometer kedua
Pada beberapa kilometer awal, semangat atau andrenalin kerap mendorong tubuh untuk terus berlari lebih cepat. Namun Anda harus ingat, ketika berlari konsumsi oksigen akan meningkat. Dan berlari terlalu cepat pada kilometer ini bisa membuat konsumsi oksigen naik sampai sepuluh kali lipat dari kondisi normal. Sehingga menyebabkan kelelahan awal yang sulit pulih.
“Pada kilometer awal, sebaiknya Anda berlari dengan kecepatan stabil, tak perlu terpengaruh dengan kecepatan pelari lain,” ujarnya. “Sebab masih ada 40 kilometer lagi yang harus Anda taklukan sebelum mencapai finis.”

3. Kilometer kedelapan
Ketika sudah berlari sekitar delapan kilometer, pereda nyeri alami tubuh atau endorfin biasanya akan mulai bekerja. Kejadian ini biasa disebut runner’s high. Dengan kata lain, Anda bisa memaksa penahan rasa sakit alami segera bekerja sehingga bisa menjaga performa.

4. Kilometer ke-16
Ketika mencapai kilometer ini, dorongan atau sensasi lari bisa menghilang. Malah berubah menjadi sedikit rasa kram dan nyeri di beberapa bagian tubuh. Namun tak perlu khawatir, kram serta nyeri bisa Anda hilangkan dengan peregangan ringan sampai siap melanjutkan lari.

5. Kilometer ke-28
Semakin jauh berlari, bertambah banyak pula energi yang terkuras. Pada kilometer ini, umumnya simpanan glikogen pelari mengering dan tubuh berlari dalam keadaan kosong. Masa runner’s high pun telah berakhir, sehingga secara otomatis tubuh akan aktif mencari pasokan energi lewat protein dan lemak. “Tubuh juga mulai mengalami kerusakan otot yang bakal menambah masalah rendahnya simpanan energi dan memperlambat laju lari,” ujar Gatot.

6. Kilometer ke-35
Di sekitar kilometer ini, mulai timbul rasa tidak nyaman pada persendian. Ini terjadi karena selama maraton, gaya gravitasi akan memunculkan beban sekitar 4.096.400 kilogram yang menekan tubuh pelari. Berat itu setara dengan bobot seekor gajah Afrika. “Dengan beban seberat itu, tentunya persendian akan mulai terasa tidak nyaman dan bisa menyebabkan cedera,” katanya.

7. Kilometer ke-42
Selamat, Anda mencapai finis! Selain rasa lelah yang tak terkira, Anda juga akan merasa sangat senang karena berhasil mencapai garis akhir. Segera atur nafas Anda dengan sangat perlahan dan konsumsi air dalam jumlah yang cukup banyak, agar tubuh kembali ke kondisi normal.
Yang harus Anda ingat, efek dari maraton tidak berhenti di garis finis saja. Sistem kekebalan tubuh pelari pun akan melemah dan muncul kerusakan otot dengan level sedang, pasca-marathon. Karena itu, konsumsi cairan dan karbohidrat selama serta setelah berlari sangat penting. Agar dapat mengurangi perubahan dalam fungsi kekebalan tubuh dan mengurangi kemungkinan sakit.
“Tubuh akan kembali normal setelah lima atau tujuh hari. Sedangkan otot yang rusak bisa memakan waktu pemulihan hingga 14 hari,” ujarnya.
Menurut Gatot, fakta-fakta ini tidak bertujuan untuk menakut-nakuti calon peserta lari maraton. Ia hanya ingin memberikan gambaran seputar hal yang terjadi pada tubuh, selama dan sesudah berlari. Pun tak perlu khawatir, sebab Anda bisa mengurangi semua efek negatif itu dengan persiapan dan program latihan yang benar. “Di sinilah hebatnya tubuh manusia, mempunyai kemampuan beradaptasi tinggi terhadap semua kondisi,” kata Gatot.


https://id.olahraga.yahoo.com/news/lari-maraton--inilah-yang-dirasakan-tubuh-073134517.html

No comments:

Post a Comment