DIBUTUHKAN SEGERA KARYAWAN UNTUK MENJAGA TOKO PRIA / WANITA MINIMAL LULUSAN SMP
KIRIM CV KE ALAMAT EMAIL :
ricky_kurniawan02@yahoo.com
PALING LAMBAT TANGGAL 31 MARET 2015
KIRIM CV KE ALAMAT EMAIL :
ricky_kurniawan02@yahoo.com
======================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram = Rp. 8.000,-
2. 250 gram = Rp. 10.000,-
3. 500 gram = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a
1. 200 gram = Rp. 8.000,-
2. 250 gram = Rp. 10.000,-
3. 500 gram = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
FARMASI SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR
Disusun oleh :
Raymond (2010210224)
Reni Novitasari (2010210225)
Ricky Kurniawan
(2010210226)
Rizki Anggin Luffani
(2010210235)
Samantha S.D.
(2010210239)
Sari Damaryanti
(2010210241)
Kelas/kelompok
: A2/4
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2012
I.
Tujuan Percobaan
Mengetahui cara
pembuatan obat tetes telinga yang baik dan benar dengan melihat pengaruh pelarut
terhadap suatu zat.
II.
Dasar Teori
Preparat telinga kadang – kadang dikenal sebagai
preparat optic atau aural. Bentuk larutan paling sering digunakan pada telinga,
suspensi, dan salep masih juga didapati penggunaannya. Preparat telinga
biasanya diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga
untuk melepaskan kotoran teling (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi,
peradangan atau rasa sakit.
Preparat untuk melepaskan kotoran telinga.
Kotoran telinga merupakan campuran sekresi kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea dari saluran telinga bagian luar. Pengeluaran kotoran ini lalau
didiamkan akan menjadi kering, setengah padat yang lekat dan menahan sel-sel
epitel benda – benda lain yang masuk saluran telinga. Tumpukan kotoran telinga
yang berlebihan dalam telinga dapat menimbulkan rasa sakit, gatal, gangguan
pendengaran dan merupakan penghalang bagi pemeriksaan otologik. Bila tidak
dibuang secara periodik, kotoran tersebut akan berpengaruh buruk, dan
mengeluarkannya akan menjadi lebih sukar dan menimbulkan rasa sakit. Telah
bertahun – tahun minyak mineral encer, minyak nabati, dan hydrogen peroksida
biasa digunakan ntuk melunakkan kotoran telinga yang terjepit agar dapat
dikeluarkan.
Baru
– baru ini surfaktan sintetik dikembangkan untuk aktivitas cerumenolitik dalam
melepeskan lilin teling. Tata cara dalam membuang lilin/kotoran telinga
biasanya dimulai dengan menempatkan larutan optic pada saluran telinga dengan
posisi telinga dengan posisi kepala pasien miring 45°, lalu dimasukkan gumpalan
kapas untuk menahan obat dalam telinga selama 15 – 30 menit, disusul dengan
menymprot saluran telinga dengan air hangat perlahan – lahan memakai penymprot
telinga dari karet yang lunak.
Preparat
telinga untuk antiinfeksi, antiradang, dan analgetik. Obat – obat yang
digunakan pada permukaan bagian luar telinga untuk melawan infeksi adalah zat –
zat seperti kloramfenikol, kolistin sulfat, neomisin, polimiksin B sulfat, dan
nistatin, zat yang terakhir dipakai untuk melawan infeksi jamur. Pada umumnya
zat – zat ini diformulasikan ke dalam bentuk tetes telinga (larutan atau
suspensi) dalam gliserin anhidrat atau propilen glikol. Pembawa yang kental ini
memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan telinga yang lebih lama. Untuk
membantu mengurangi rasa sakit yang sering menyertai infeksi telinga, beberapa
preparat otic antiinfeksi juga mengandung bahan analgetik seperti antipirin dan
anestetic lokal seperti lidokain, dibukain, dan benzokain.
Beberapa
preparat cair telinga memerlukan pengawetan terhadap pertumbuhan mikroba.
Apabila pengawetan diharuskan maka bahan yang umumnya dipakai adalah
klorobutanol (0.5%), timerosol (0.01%), dan kombinasi paraben – paraben.
Antioksidan
seperti natrium disulfida dan penstabil lainnya juga dimasukkan ke dalam
formulasi obat tetes telinga, jika dibutuhkan. Preparat telinga biasanya
dikemas dalam wadah gelas atau plastik berukuran kecil (5 – 15 mL) dengan
memakai alat penetes.
III. Data Preformulasi
ZAT AKTIF:
1.
Kloramfenikol
(Farmakope Indonesia edisi IV halaman
191; Martindale Edisi 28
halaman 1136).
Rumus molekul = C11H12Cl2N2O5.
Berat Molekul =
323,13.
Rumus Struktur =
Pemerian =
Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu
atau putih kekuningan.
Kelarutan = Sukar larut dalam air,
mudah larut dalam etenol, dalam propilena glikol.
Titik Lebur = Antara 1490
dan 1530 C.
pH = Antara 4,5 dan 7,5.
OTT = Endapan segera terbentuk bila kloramfenikol 500
mg dan eritromisin 250 mg atau tetrasiklin Hcl 500 mg dan dicampurkan dalam 1
liter larutan dekstrosa 5%.
Stabilitas = Salah
satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam segala
pemakaian. Stabilitas baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2-7, suhu 25oC
dan pH mempunyai waktu paruh hampir 3 tahun. Sangat tidak stabil dalam suasana
basa. Kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrofilik pada lingkungan
amida. Stabil dalam basis minyak dalam air, basis adeps lanae. (Martindale
edisi 30 hal 142).
Dosis =
5-10% (Martindale edisi 36 hal 242).
Khasiat = Antibiotik, antibakteri (Martindale edisi 30
hal 141).
Penyimpanan =
Wadah tertutup rapat.
ZAT
TAMBAHAN:
1.
Gliserin (Farmakope
Indonesia IV hal 413, Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal 283)
Rumus Molekul :
C3H8O3
Berat Molekul : 92,09
Pemerian :
Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah higroskopis,
netral terhadap lakmus, 0,6x lebih manis dari sukrosa.
Kelarutan :
Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol; tidak larut dalam minyak lemak dan minyak menguap.
BJ :
Tidak kurang dari 1,249.
Khasiat : Pembawa dan pengawet antimikroba.
Dosis : Pengawet: < 20%
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat.
Viskosita
: Konsentrasi 10% = 1,311mPas (1,311 cPs) pada suhu 20ºC.
Stabilitas :
Mengkristal pada suhu rendah.
OTT :
Oksidator kuat seperti kromium trioksida, potassium klorat, potassium
permanganat.
IV.
ALAT DAN BAHAN
Alat : 1.Beaker glass Bahan: 1. Kloramfenikol
2.Batang pengaduk 2. Gliserin
3. Spatula
4. Gelas ukur
5. Pipet tetes
6. Botol bening
7. Piknometer
V.
FORMULASI
Bahan
|
Formula
|
Kloramfenikol
|
5
%
|
Gliserin
|
ad
250 ml
|
VI.
PERHITUNGAN
Kloramfenikol = 5% x
150ml = 7,5 gram
Propilen glikol = 250ml – 7.5g = 242,5
ml
VII.
PENIMBANGAN
Bahan
|
Formula
|
Kloramfenikol
|
7,5
gram
|
Propilenglikol
|
242,5 ml
|
VIII.
CARA KERJA
1.
Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
2.
Ditimbang
semua bahan.
3.
Dikalibrasi
botol 10 ml.
4.
Digerus
kloramfenikol ad halus dan dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml.
5.
Ditambahkan
gliserin sebagai pembawanya, diaduk dengan batang pengaduk ad homogen.
6.
Ditambahkan
sisa gliserin ad 150 ml.
7.
Dipisahkan
sebagian obat, dimasukkan ke dalam botol 10ml, kemas, serahkan.
8.
Sisa
sediaan digunakan untuk uji evaluasi (BJ, pH, organoleptik,
stabilitas,viskositas).
IX.
EVALUASI DAN PEMBAHASAN
I.
Uji
Evaluasi
1. Uji Organoleptik
Formula 1
|
|
Bentuk
|
Cair
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Rasa
|
-
|
Warna
|
Putih keruh
|
2. Uji Berat Jenis
Gunakan
piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot jenis
piknometer dan bobot air yang baru didihkan pada suhu 25o, atur
hingga suhu zat uji kurang 20o masukkan dalam piknometer. Atur suhu
piknometer yang telah diisi hingga suhu 25o , buang kelebihan zat
uji dan timbang kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer kosong
dari bobot piknometer yang telah diisi.
Nobot jenis suatu zat
adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat denganbobot air dalam
piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada
suhu 25oC.
BJ = (berat piknometer+obat
tetes) – (berat piknometer kosong)
(berat piknometer+air) – (berat
piknometer kosong)
·
BJ
obat tetes = 92,66 – 27,95 = 1,2514 g/ml
79,66
– 27,95
Formula
|
Piknometer kosong
|
Piknometer + air
|
Piknometer + obat tetes
|
Bobot jenis
|
1
|
27,95 g
|
79,66 g
|
92,66 g
|
1,2514 g/ml
|
3.
Uji Viskositas dan Rheologi
Metode Viskometer
Brookfield
Alat : Viskometer
Brookfield tipe LV
Cara:
1.
Pasang spindel pada gantungan spindel.
2.
Turunkan spindel sampai batas spindel tercelup kedalam cairan yang
akan diuji viskositasnya.
3.
Nyalakan motornya dan biarkan spindelnya berputar. Lihatlah jarum
merah pada skala setelah 3x putaran. Pembacaan skala rentang 10 - 100.
4.
Dengan mengubah RPM, didapat viskositas pada berbagai RPM
Perhitungan
:
Viskositas = faktor x skala
Gaya
(F) = skala x konstanta alat ( Kv)
Kv = 673,3 dyne/cm
Tabel Data Viscometer Brookfield
Spindel
|
RPM
|
Faktor
|
Skala
|
Viskositas (cPs)
|
Gaya (dyne/cm)
|
1
|
3
|
20
|
19,5
|
390
|
13129,25
|
1
|
6
|
10
|
59
|
590
|
39724,7
|
1
|
12
|
5
|
72,5
|
362,5
|
48814,25
|
1
|
6
|
10
|
34
|
340
|
22892,2
|
1
|
3
|
20
|
16
|
320
|
10772,8
|
4.
Stabilitas
Sediaan disimpan
selama beberapa hari pada suhu kamar, amati.
Pengamatan
|
Formula I
|
Hari 0
|
Tidak jernih
|
Hari 1
|
Tidak jernih
|
Hari 2
|
Jernih ada endapan
|
Hari 3
|
Jernih ada endapan
|
5.
pH
Untuk mengukur pH larutan, maka
menggunakan alat pH universal. Sehingga didapatkan data sebagai berikut.
Formula
|
pH
|
1
|
5
|
X. PEMBAHASAN
1.
Pada uji organoleptik, diperoleh tidak berbau dan warna sediaan
putih keruh karena pengaruh kelarutan zat aktif terhadap pelarutnya. Sedangkan
untuk rasa tidak diujikan karena sediaan tetes telinga merupakan sediaan
topikal sehingga tidak dapat digunakan untuk oral.
2.
Pada uji berat jenis nilainya melebihi satu, yang mana lebih besar
dari berat jenis air, karena walaupun tidak larut komponen-komponennya
terdipers dalam sediaan tetes telinga.
3.
Untuk konstitensi sediaan tetes telinga yang baik ialah memiliki
konstitensi kekentalan yang kental supaya sediaan ini dapat bekerja maksimal
karena prinsipnya zat aktif harus nempel pada dinding dalam telinga.
4.
Dari hasil uji evaluasi viskositas dan rheologi, sifat alir yang diperoleh
adalah thiksotropik, yang mana ketika rpm dinaikkan viskositasnya menurun dan
terjadi pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera. Rheogram
ini juga dipengaruhi oleh lamanya waktu sediaan mengalami rate of shear.
5.
Pada uji stabilitas (kejernihan), sediaan awalnya tidak jernih
yang kemudian hari selanjutnya terdapat endapan walaupun hasilnya menjadi
jernih. Hal ini dikarenakan pada dasarnya kelarutan zat aktif terhadap
pelarutnya (gliserin) yaitu tidak mudah larut.
IX. Kesimpulan
Organoleptik
|
Formula 1
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Rasa
|
-
|
Warna
|
Putih keruh
|
Bentuk
|
Cair
|
-
Pengukuran BJ
Formula 1 = 1,2514 g/ml
-
Stabilitas (Kejernihan)
Formula 1 = jernih
Formula 1 = jernih
-
Sifat alir
Formula 1 = tiksotropik
Formula 1 = tiksotropik
* Sediaan tetes
telinga yang baik untuk zat aktif kloramfenikol, gliserin tidak dianjurkan
sebagai pembawanya.
X. Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta.
2. Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta.
3. Diktat Praktikum Formulasi Sediaan Setengah Padat dan Cair, 2012,
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.
4. Howard, Ansel C, 1982, Pengatur Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta.
5.
American
Hospital Formulary Services Drug Information, 2010.
6.
Kibbe,
Orthur H, 2000. Handbook og Pharmaceutical Exipient, Edisi VI. Penerbit :
Pharmaceutical Press, USA
7.
Sweetman, S.C.,2009.
Martindale The Complete Drug Reference 36. Pharmaceutical Press : London
Chicago.
Bagi sebagain besar masyarakat membersihan kuping dengan cotton bud yang justru mendorong kotoran telingan. Sebagaiknya gunakan obat tetes telinga di tanyadok.com portal informasi layanan kesehatan
ReplyDeletemakasih gan infonya.
ReplyDeleteSharing juga informasi mengenai biologi, semoga menambah wawasan seputar cabang cabang biologi, karena biologi adalah ilmu yang memiliki cabang cabang ilmu biologi yang cukup banyak.
Wajar, karena ilmu biologi selalu berkembang seiring perkembangan kebutuhan manusia akan biologi, sehingga cabang cabang ilmu biologi juga semakin berkembang dan bertambah banyak.
Untuk mempelajari cabang ilmu biologi dan pengertiannya di website sumber terlengkapnya yang membahas tentang cabang cabang biologi.
Silakan langsung saja klik DISINI>> cabang ilmu biologi dan pengertiannya.
Jangan lupa untuk tahu juga informasi pertanian indonesia di website jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia, karena indonesia adalah negara agraris. Betul?
Sesuai dengan namanya, jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia, website ini membahas banyak informasi seputar tips, trik, dan informasi info pertanina yang bermanfaat.
Info selengkapnya tentang jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia, silakan langsung saja kunjungi website resminya
DISINI>> jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia
Informasi ini dipersembahkan oleh foto dan desain fotografer ternama iluminen.com jakarta & bali wedding photographer