Analisis Instrumental
Merupakan bagian dari Analisis
Kimia yang pada tahap pengukuran menggunakan instrumen analitik untuk
menentukan identitas, kemurnian dan kadar analit.
Manfaat Tujuan
-Industri
: QC, Menentukan komposisi sampel -Mengatasi
sampel atau analit konsentrasi kecil
-Kesehatan
: Diagnosis, Toksikologi, farmakologi -Mempercepat
hasil pengujian
-Riset
: menentukan komposisi, sintesis, QC -Mengatasi
sampel dalam jumlah banyak
-Lingkungan
: Menyelidiki cemaran pestisida, -Otomasi
pengujian
Logam berat, gas beracun , dll -Elusidasi struktur suatu senyawa
-Menentukan komposisi campuran
Kebaikan Keburukan
1. Sensitif
: ppm, ppb 1.
Perlu baku pembanding
2. Cepat 2.
Ketergantungan listrik
3. Pengukuran
lebih mudah dan nyaman 3.investasi
mahal
4. Otomasi
dimungkinkan
Macam-macam
metode dalam Analisis Instrumental:
1. Spektrofotometri
: UV, Infra Red ( IR ), Fluoresensi
2. Kromatografi
I. Spektrofotometri
Merupakan metode analisis intrumental yang didasarkan pada intensitas cahaya dengan
panjang gelombang yang hampir monokromatis yang digunakan, setelah berinteraksi
dengan sampel atau zat uji.
E=hv=hc/ƛ
Transmitan adalah
perbandingan antara intensitas cahaya yang keluar setelah berinteraksi dengan
zat uji dengan intensitas cahaya awal sebelum berinteraksi dengan zat uji. T =
I / I0 dimana
T=
Transmitan ; I= Intensitas cahaya
yang keluar ; I0 =
Intensitas cahaya awal.
Serapan adalah
banyaknya cahaya yang diserap setelah berinteraksi dengan zat uji.
A = -log T = log 1/T = log I0 / I , dimana A= Serapan ; T =
Transmitan
Hukum Beer → Besarnya
serapan dari larutan suatu zat
berbanding lurus dengan tebal larutan dan konsentrasinya. A= abc , dimana A=
Serapan ; a = daya serap ; b= tebal larutan ; c = konsentrasi
Hukum Beer dapat
ditulis dengan 3 cara:
1. A = abc c=
konsentrasi (g/L) ; a= daya serap
2. A =( A1%, 1cm)bc c =
konsentrasi (%) ; A1%,1cm = daya
serap jenis
3. A = εbc c = konsentrasi ,
molar (M); ε = daya serap molar
A=
serapan ; B= tebal larutan (cm)
Syarat
Hukum Beer:
-Cahaya
yang dipakai harus monokromatis -Cairan
yang diukur harus stabil
-Konsentrasi harus rendah -larutan yang
diukur harus jernih
Penyimpangan hukum beer juga
berkaitan dengan kemampuan detektor untuk mendeteksi cahaya yang berasal dari
larutan yang terlalu pekat atau terlalu encer. Kesalahan terkecil bila A =
0,4343 atau T= 36,8%. Kesalahan masih dapat diterima bila serapan A= 0,2 – 0,7
atau T = 20 – 60%.
Absorpsi dan emisi cahaya terjadi
karena transisi energi pada atom maupun molekul. Absorpsi adalah transisi energi dari energi tingkat dasar ( ground
state) ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited state). Absorpsi terjadi
karena adanya rangsangan cahaya dengan energi yang sama dengan selisih energi
(ΔE) dari kedua level energi tersebut. Banyaknya cahaya yang diserap berbanding
lurus dengan junlah atom atau molekul yang dilewati cahaya tersebut.
Untuk spektrofotometri sinar
tampak, larutan sampel yang digunakan harus berwarna.
ƛ nm
|
Warna
|
Warna
komplementer
|
400-435
|
Violet
|
Hijau
kekuningan
|
435-480
|
Biru
|
Kuning
|
480-490
|
Biru
kehijauan
|
Jingga
|
490-500
|
Hijau
kebiruan
|
Red
|
500-560
|
Hijau
|
Ungu
|
560-580
|
Hijau
kekuningan
|
Violet
|
580-595
|
Kuning
|
Biru
|
595-610
|
Jingga
|
Biru
kehijauan
|
610-750
|
merah
|
Hijau
kebiruan
|
Pada tabel, yang dimaksud warna
adalah warna cahaya yang keluar setelah melalui filter, sedangkan warna
komplementer aalah warna larutan sampel yang akan diukur.
Spektrofotometri
dibagi menjadi 2 macam:
I.
Spektrofotometri
Serapan II.
Spektrofotometri Emisi
A. Serapan Molekul A. Emisi Molekul : Spektrofluorometri
·
Vis Spectrofotometry B. Emisi
atom :
AFS
·
UV-Vis Spectrofotometry
·
IR Spectrofotometry
B.
Serapan
Atom
·
Atomic Absorption Spectrofotometry
( AAS)
II. UV-Vis Spectrofotometry
Bisa
digunakan sebagai spektrofotometer pada daerah sinar tampak atau sinar UV.
Aplikasinya:
·
Analisa Kualitatif : Mendapatkan
spektrum serapan, spektrum relatif, besar ƛmaks , A1%,1cm , a, ε
·
Analisa Kuantitatif : Menggunakan Hukum
Beer
·
Elusidasi struktur : Spektrum serapan - kromofor
Kromofor:
gugusan fungsional dari molekul yang mengabsorbsi cahaya dan mengandung satu
atau lebih ikatan rangkap. Contoh : Benzen
Auksokro
Pergeseran
Panjang gelombang:
1. Pengaruh
pelarut Polar
Transisi n – π* terjadi
pada ƛ yang lebih pendek ( Pergeseran biru / hipsokhromik)
Transisi π – π* terjadi pada ƛ yang lebih panjang ( Pergeseran
merah / bato khromik)
2. Pengaruh
konjugasi
Menyebabkan tingkat energi
orbital π* turun, energi
<, ƛmaks > (pergeseran batokhromik)
3. Auksokhrom
: Pergeseran Merah / batokhromik
Auksokrom adalah Gugusan
Fungsional yang tidak begitu mampu menyerap cahaya, tetapi dapat merubah
intensitas serapan menggeser ƛmaks dari gugus kromofor suat molekul
III. IR Spektrofotometri
Merupakan spektrofotometri
serapan molekul yang didasarkan atas pengukuran serapan radiasi infra merah
oleh suatu zat. Daerah spektrum radiasi IR yang sering digunakan adalah mid IR.
Spektrum IR adalah grafik
hubungan antara transmitan /absorben suat zat dengan frekuensi/ bilangan
gelombang radiasi IR pada rentang frekuensi tertentu. Spektrum ini dapat
menggambarkan gugus-gugus fungsional yang ada dalam zat tersebut dan secara
keseluruhan merupakan spektrum yang sangat khas untuk zat tersebut sehingga
bisa untuk identifikasi zat tersebut. Spektrofotometri IR banyak digunakan
untuk analisis kualitatif untuk QC bahan baku di industri farmasi juga untuk
elusidasi struktur suat senyawa. Interaksi suat zat dengan radiasi inframerah pada
frekuensi tertentu menyebabkan terjadinya transisi energi vibrasi dan rotasi
dari molekul suat zat.Karena itu spektrum inframerah juga disebut spektrum
vibrasi.
Frekuensi vibrasi dan ikatan
kimia: Posisi pita serapan atau bilangan gelombang ampel terjadinya transisi
energi vibrasi gugus fungsional, dapat digambarkan dengan hukum Hook.
Jumlah pita serapan bisa saja
bertambah atau berkurang bila pada kondisi tertentu. Fenomena yang menambah
jumlah pita serapan adalah jika adanya overtones (kelipatan frekuensi tertentu)
dan combination tones (jumlah dua vibrasi yang berlainan).
Fenomena
yang mengurangi jumlah pita serapan adalah:
1. Pita
serapan di luar daerah mid IR
2. Pita
serapan terlalu lemah untuk diamati
3. Beberapa
pita serapan posisinya terlalu dekat sehingga bergabung menjadi satu
4. Pada
molekul yang sangat simetris akan terjadi regenerasi beberapa serapan pada
frekuensi yang sama
5. Perubahan
molekul dipole tidak terjadi.
Intensitas
serapan,
yang dinyatakan dengan besarnya nilai transmitan atau serapan atau yang secara
semikuantitatif dinyatakan dengan pernyataan kuat, sedang atau lemah,
ditentukan oleh konsentrasi sehingga
pada gambar harus dicantumkan konsentrasi sampel dalam medium yang digunakan.
Intensitas juga dipengaruhi oleh dipole atau polaritas gugus fungsional.
Semakin kuat dipole suatu gugus fungsional, semakin kuat pula serapannya.
Kekuatan dipole atau dipole ampe
adalah hasil kali muatan dengan jarak ikatan 2 atom. Makin polar suatu molekul,
dipole momen makin besar sehingga frekuensi vibrasinya juga semakin besar.
Sumber
cahaya: Monokromator: Detektor:
1. Kawat
Ni-Cr, 11000C 1.
Prisma 1.
Fotodetektor: NIR
2. Globar
(SiC), 12000C 2.
Kisi (grating) 2.
Thermal ampele: Mid IR
3. Nernst
Glower(ZrC), 15000C
Sel: NaCl, KBr, AgCl
Keuntungan
IR Spectrofotometer Double Beam:
-Adanya pembanding untuk
mengkompensasikan kesalahan karena adanya tambahan serapan berkas radiasi
inframerah oleh CO2 H2 O dari udara pada serapan sampel
-Meminimalkan
radiasi percikan oleh partikel debu pengotor yang mungkin ada dalam
spektrofotometer IR
-Mencegah
pengaruh tidak stabilnya intensitas radiasi IR karena variasikondisi tegangan
listrik atau intensitas sumber cahaya yang juga berdampak pada detektor
-memungkinkan pembacaan dan perekaman
langsung
Interpretasi Spektra
Spektrum
yang akan diinterpretasikan harus memenuhi syarat:
1.
Resolusi dan intensitas spektrum harus
memadai
2.
Spektrum harus berasal dari zat murni
3.
Spektrofotometer harus dikalibrasi
4.
Teknik penyiapan sampel harus dijelaskan
Karakteristik gugus fungsional
spektrum inframerah suatu zat diidentifikasi berdasarkan: Posisi atau frekuensi
(cm-1 ), bentuk (Broad), dan intensitas relatif serapan(Strong,
Medium, Weak)
Untuk
analisis Kuantitatif:
·
Kadar dihitung berdasarkan Hukum Beer.
·
Dengan metode standar Internal pada
teknik cakram KBr, tentukan serapan relatif.
·
Absorban (A) ditentukan dengan : Baseline methode.
·
Kadar dapat ditetapkan dengan memplot
absorben ke dalam kurva kalibrasi.
Namun Spektrofotometri IR jarang
digunakan untuk analisis kuantitatif karena kurang sensitif.
Penyiapan sampel ( sampel : padat, setengah padat , cair, gas):
1. Sampel
Padat
a) Mull:
5-10 g zat + 1-2tetes nujol campur dan gerus dalam lumpang agate hingga seperti pasta. Kompresikan
sebagai lapisan film diantara 2 sel NaCl transparan. Teknk ini muda, cepat,
murah tapi ada gangguan spektrum nujol sehingga tidak cocok untuk analisis
kuantitatif.
b) Cakram
Kbr: 1-2mg zat gerus hingga partikel <2µm, campur homogen dengan 300-400
mgserbuk kering KBr murni. Kompresikan dalam 10 Ton-Press sambil di vakum (7,5
. 10-3 mmhg). Teknik ini cocok untuk analisis kuantitatif dengan
menggunakan rasio bobot sampel dengan standar internal. Kelemahannya: pembuatan
cakram agak lama dan perlu investasi
untuk alatpress dan pompa vakum.
c) Film:
plastik/resin, zat padat tertentu
- Lembaran plastik transparan langsung diukur
-
Larutkan zat padat dalam pelarut volatil (kloroform), teteskan pada sel.
d)
Larutan : larutkan zat (1-10%) dlm CCl4
atau CS2 . ukur dengan sel untuk cairan dengan ketebalan
tertentu.
e) Teknik Refleksi ganda (AttenuatedTotal
Reflectant/ATR).
Sampel diletakkan di atas permukaan
lempeng kristal bentuk prisma (AgCl atau talium bromo-iodida). Teknik ini
digunakan untuk zat padat tanpa memperhatikan ketebalannya misal bulk materials , lapisan film dan studi
permukaan.
2.
Zat setengah padat atau cairan kental
Langsung dapat
diukur dengan dikompresikan antara 2 sel NaCl transparan seperti mull.
3.
Zat cair
Langsung diukur
atau dalam bentuk larutan sepertiyang telah dijelaskan untuk larutan zat padat.
4.
Gas
Gas diukur
menggunakan sel transparan tehadap radiasi inframerah (NaCl windows) dengan
tebal optik lebih kuran 100 mm. Sel dilengkapi keranda divakumkan sebelum diisi
sampel gas
IV. Spektrofluorometri
Merupakan spektrofotometri emisi
molekul di mana cahaya yang diukur adalah intensitas fluoresens yang terjadi
pada panjang gelombang tertentu (ƛemisi) setelah analit dieksitasi
dengan cahaya pada panjang gelombang tertntu (ƛeksitasi). Digunakan
Untuk analisis senyawa yang berfluoresensi, atau senyawa yang tidak dapat
berfluoresensi namun dapat diubah menjadi senyawa yang dapat berfluoresensi.
Molekul yang dapat menyerap cahaya dengan kuat adalah senyawa aromatik, heterosiklik dan
konjugasi.. Molekul yang tereksitasi kembali ke ground state dengan melepaskan
cahaya dalam waktu kurang dari 10-9 detik. Kebanyakan molekul
kembali ke ground state dengan melepaskan panas sehingga tidak berfluoresensi.
Fraksi energi eksitasi yang
diemisikan kembali sebagai fluoresens dinamakan efisiensi fluoresens atau
kuantum yield of fluorescense, ɸ.
ɸ= Jumlah foton(cahaya ) yang
diemisikan /Jumlah foton(cahaya) yang diserap.
ɸ=F/(I0-IT )=F/Ia
=F/2,3 I0 εbc ; F=2,3 ɸ I0 εbc =kc di
mana k = 2,3 ɸ I0 εb
F=Floresensi ; I0
=intensitas radiasi eksitasi
; IT = Intensitas
radiasi yang diteruskan ; Ia = intensitas radiasi yang
diserap ; ɸ = Efisiensi ampelens ; ε = daya serap molar ; b=
tebal sel ; c=konsentrasi (M) ; k=tetapan dari berbagai faktor.
Prinsip kerja:
1.
Cahaya polikromatis sumber cahaya
diarahkan ke monokromator eksitasi
2.
Monokromator eksitasi diset pada ƛex
di mana analit menyerap cahaya cukup kuatdiarahkan ke larutan sampel
3.
Analit menyerap ƛex lalu
molekul analit berfluoresensi atau menghasilkan cahaya ƛem dengan
panjang gelombang > ƛex
4.
Momokromator fluoresens posisi 900 diset
pada ƛem untuk mencegah gangguan cahaya eksitasi dan cahaya hamburan
dari sel atau pelarut.
5.
Detektor kemudian mengubah energi
fluoresens menjadi sinyal listrik
6.
Amplifier memperesar sinyal listrikagar
dapat disajikan pada display atau direkam dengan sprinter dalam bentuk
intensitas fluoresens, spektrum eksitasi atau emisi.
Faktor
yang mempengaruhi intensitas ampelens:
·
Kadar: fluoresens makin kecil bila kadar
makin kecil
·
Energi eksitasi: makin kecil ampelens
bila intensitas cahaya makin kecil
·
Sturktur planar: molekul planar dengan
sistem konjugasi meningkatkan fluoresens
·
Metode iluminasi
·
Oksigen dalam larutan (quencher): makin
tinggi kadar Quencher makin lemah ampelens
·
PH Penurunan PH meningkatkan fluoresens
bentuk molekul dan menurunkan bentuk ion dari fenol.
·
Fotodekomposisi:Makin kuat serapan
radiasi makin besar kesalahan karena penguraian oleh radiasi.
·
Suhu dan viskositas: Makin tinggi suhu
dan makin kecil kekentalan, makin kecil fluoresens karena deaktivasimolekul
tereksitasi oleh kolisi.
Quenching: Deaktivasi
non-radiatif dari molekul tereksitasi oleh suatu zat sehinggamenurunkan
intensitas fluoresens. Zat tersebut dinamakan quencher.
Quencher dapat berasal dari
matrik sampel atau pelarut
Sumber
cahaya:
1.
Xenon arc lamp: nyala lampu terjadi
karen ionisasi gas Xe dengan tegangan tinggi, kemudian arus dan tegangan
dipertahankan 7,5A, 20 V(750W). Nyala lampu mencakup panjang gelombang UV-Vis.
Kompartemen lampu didinginkan dengan kipas.Iradiasi UV terhadap O2 menghasilkan
O3 yang toksis (peru ventilasi).
2.
Lampu Merkuri: Intensitas cahaya ini
terkonsentrasi pada 254 dan 365 nm yang bermanfaat sebagai radiasi eksitasi.
Filter
emisi: Untuk menyerap cahaya hamburan dari cahaya eksitasi. Untuk instrumen
modern digunakan monokromator.
Sel:
wadah larutan sampel untuk pengukuran, terbuat dari gelas atau silika. Tetapi
dibawah 320 nm diperlukan sel kwarsa atau sel silika.
Detektor:
mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Yang ering digunakan adalah
phototube, photomultiplier tube, diode array detektor.
Adalah spektrofotometri yang
didasarkan atas serapan energi radiasi oleh atom logam dalam bentuk gas pada
level energi tingkat dasar. Metode ini dikembangkan oleh ilmuwan Australia,
Walsh, pada tahun 1955. Metode ini bermanfaat untuk menetapkan kadar logam atau
senyawa logam dalam konsentrasi kecil dalam matriks yang kompleks, misalnya :
multivitamin mineral, sampel biomedik, polutan logam dalam air, makanan dan
minuman dll.
Ada
2 macam AAS berdasarkan metode ionisasinya:
1. Flame
AAS: larutan sampel disemprotkan ke dalam nyala
2. Non-flame
atau flameless AAS: menggunakan tetesan sampel dan energi listrik (grafit
pijar) untuk atomisasi. Lebih sensitif.
Kebaikan Keburukan
-selektif -destruktif
-sensitif -perlu energi
-bahaya
kebakaran
Atom logam dalam bentuk gas pada
level energi tingkat dasar dapat menyerap sejumlah energiradiasi tetentu sesuai
dengan jumlahatom logam atau konsentrasi mengikuti hukum Beer.
A= abu atau A = kc
Suhu pada proses atomisasi
ditentukan oleh jenis dan komposisi atau perbandingan antara bahan bakar dan
oksidan. Bila suhu yang digunakan terlalu panas, bisa terjadi ionisasi, tetapi
bila kurang panas, proses atomisasi belum berjalan sempurna.
Garis Resonansi: Garis yang
timbul karena terjadinya transisi dari keadaan dasar ke energi yang lebih
tinggi
Hukum Lambert-Beer dapat dipakai
pada metode SSA bila garis resonansi atom yang dianalisis memberi puncak yang
sama (mendekati) dengan spektrum pancaran sumber radiasi.
Keberatan terpenuhinya
persyaratan Hukum Beer pada SSA karena Setiap unsur perlu sumber radiasi
tertentu. Untuk mengatasinya dipakai monokromator beresolusi tinggi sehingga
dengan satu sumber radiasi bisa untuk
berbagai unsur. Sumber radiasi yang banyak dipakai: Hollow Cathode Lamp ( HCL).
Namun setiap unsur masih perlu lampu katode tersendiri. Untuk analisis lebih
dari satu unsur diperlukan lampu katoda berongga kombinasi.
Macam-macam
gangguan pada AAS:
· Gangguan
Spektra.
- Bila
frekuensi garis resonan analit overlap dengan garis emisi dari unsur lain.
-
Adanya spektrum emisi dari molekul atau fragmen molekul (OH atau CN) pada nyala
- Gangguan
spektra lebih banyak terjadi pada spektrofotometri Emisi nyala (FES)
· Gangguan
kimia
a. Terbentuknya senyawa stabil -> sukar terurai menjadi atom
-Adanya sulfat atau fosfat pada penetapan kadar Ca.
Pembentukan
oksida yang sukar melebur dan stabil (refractory oxides): oksida dari Al,Ti, V
Cara mengatasi:
Naikan suhu nyala: gunakan asetilen-N2 O
-Gunakan releasing
amp misalnya penambahan SrCl2 atau LaCl3 untuk
mengikat fosfat pada penetapan kadar Ca.
-Gunakan masking agen untuk mengikat analit (Ca)
agar tidak bereaksi dengan pengganggu (sulfat atau fosfat)
-Ekstraksi
analit atau zat pengganggu
b. Ionisasi
-Ionisasi
logam alkali dan alkali tanah menurunkan jumlah atom sehingga serapan
berkurang.
Cara
mengatasi: Gunakan ionisation suppresant yaitu kation dengan ionisasi potensial
yang lebih rendah dari analit. Misalnya penambahan ion kalium pada penetapan
Ca, Ba, atau Sr.
c. Absorpsi Molekul
NaCl
menyerap radiasi pada ƛ disekitar garis resonansi Zn (231,9 nm) sehingga
mengganggu penetapan kaar seng.
Cara
mengatasi: gunakan garis resonansi (ƛ) alternatif atau gunakan nyala dengan
suhu yang lebih tinggi.
d.
Background absorption. Disebakan oleh serapan molekul atau hamburan cahaya
dari: fragmen molekul, molekul gas, partikel asap bila digunakan pelarut
organik.
Cara
mengatasi: Gunakan cahaya kontinu dari lampu D2 yang membentuk berkas cahaya ganda dengan
cahaya dari sumber cahaya. Background
absorption mempengaruhi ampel and
reference beam. Koreksi dilakukan dengan mengukur rasio dari intensitas
kedua berkas cahaya tersebut.
· Gangguan
fisika.
Disebabkan
oleh efek matriks yang berpengaruh terhadap sifat fisika sampel seperti:
kekentalan, bobot jenis, tegangan muka atau sifat menguap dari larutan sampel.
Hal ini berpengaruh pada ukuran partikel aerosol pada atomisasi.
Cara
mengatasi: Gunakan matrix matching yaitu pelarut yang sama dengan komposisi
matriks yang hampir sama.
Perhitungan
penetapan kadar:
a. Kurva
kalibrasi
Bila kurva
linier, kadar langsung dihitung dari kurva kalibrasi atau persamaan regresi
b. Penambahan
baku pembanding (Standard addition method)
c. Metode
ini digunakan untuk sampel dengan matriks kompleks atau komposisinya tidak
diketahui sehingga kondisi larutan baku tidak mungkin dibuat sama.
Tugas
Analisis Instrumental
Ringkasan
Nama:
Ricky. Kurniawan
NPM:
2010210226
Fakultas
Farmasi
Universitas
Pancasila
No comments:
Post a Comment