LAPORAN
RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
FARMASI SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR
Emulsi Paraffin Liquid
Disusun oleh :
Raymond (2010210224)
Reni Novitasari (2010210225)
Ricky Kurniawan (2010210226)
Rizki Anggin Luffani (2010210235)
Samantha S.D. (2010210239)
Sari Damaryanti (2010210241)
Kelas/kelompok
: A2/4
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2012
I. TUJUAN
1. Mengamati pengaruh perbedaan konsentrasi
emulgator sintetis (sistem
HLB) terhadap karakteristik dan stabilitas fisik sediaan emulsi.
2. Mengamati pengaruh penambahan bahan pengental terhadap karakteristik fisik emulsi yang dibuat dengan emulgator sistem HLB.
II. TEORI DASAR
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. (
Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 hal 6)
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers
terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh
pembawa yang tidak bercampur. (
Howard C. Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi hal 376 ).
Dalam batasan emulsi, fase
terdispers dianggap sebagai fase dalam
dan medium dispers sebagai fase luar
atau fase kontinu. Emulsi yang
mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-alam-air
dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “ m/a “. Sebaliknya emulsi yang
mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak
dan dikenal sebagai emulsi “ a/m ”.
Secara farmasetik, proses
emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat suatu preparat yang stabil
dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bercampur. Untuk emulsi
yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan pemberian
obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang rasanya
tidak enak, dengan menambahkan pemanis dan memberi rasa pada pembawa air
sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung.
Berdasarkan konstituen dan maksud
pemakaiannya, emulsi cair dapat digunakan secara bermacam-macam seperti oral,
topikal, atau parenteral; emulsi semisolid digunakan secara topikal.
Teori-teori lazim yang menggambarkan
cara umum untuk menguraikan cara yang mungkin dimana dapat menghasilkan emulsi
yang stabil, antara lain :
a)
Teori tegangan permukaan
Bila cairan kontak
dengan cairan kedua yang tidak larut dan
tidak saling bercampur, kekuatan ( tenaga ) yang menyebabkan masing-masing
cairan menahan pecahnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil disebut
Tegangan Antarmuka.
b)
Oriented wedge theory
Menganggap
lapisan monomolekuler dari zat pengemulsi melingkari suatu tetesan dari fase
dalam pada emulsi. Dalam suatu system yang mengandung dua cairan yang tidak
saling bercampur, zat pengemulsi akan memilih larut dalam salah satu fase dan
terikat dengan kuat dan terbenam dalam fase tersebut dibandingkan dengan fase
lainnya. Umumnya suatu zat pengemulsi yang mempunyai karakteristik hidrofilik
lebih besar dari pada sifat hidrofobik akan memajukan suatu emulsi
minyak-dalam-air dan suatu emulsi air-dalam-minyak sebagai hasil dari
penggunaan zat pengemulsi yang lebih hidrofobik dari pada hidrofilik. Dengan
kata lain, fase dimana zat pengemulsi tersebut lebih larut umumnya akan menjadi
fase kontinu atau fase luar dari emulsi tersebut.
c) Teori plastik atau teori lapisan antarmuka
Menempatkan
zat pengemulsi pada antarmuka antara minyak dan air, mengelilingi tetesan fase
dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang diadsorbsi pada permukaan dari
tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak dan bersatunya fase
terdispersi; makin kuat dan makin lunak lapisan tersebut, akan makin besar dan
makin stabil emulsinya. Pembentukan emulsi minyak-dalam-air atau
air-dalam-minyak tergantung pada derajat kelarutan dari zat pengemulsi dalam
kedua fase tersebut, zat yang larut dalam air akan merangsang terbentuknya
emulsi minyak-dalam-air dan zat pengemulsi yang larut minyak sebaliknya.
Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang
stabil, perlu fase ketiga atau bagian ketiga dari emulsi, yakni: zat pengemulsi
(emulgator/emulsifying agent). Suatu
pengemulsi berfungsi serta didefinisikan secara operasional sebagai suatu
penstabil bentuk tetesan (bola-bola) dari fase dalam. Berdasarkan strukturnya,
pengemulsi (zat pembasah dan surfaktan) bisa digambarkan sebagai
molekul-molekul yang terdiri dari bagian-bagian hidrofilik (oleofobik) dan
hidrofobik (oleofilik). Karena itu gugus senyawa-senyawa ini seringkali disebut
amfifilik (yakni menyukai air dan
minyak).
Zat
pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan tiga mekanisme:
1. Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas
termodinamis.
2. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang
kaku-pembatas mekanik untuk penggabungan.
3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang
elektrik untuk mendekati partikel-partikel.
Dalam pembuatan emulsi, dapat digunakan 2 ( dua )
macam emulgator yaitu emulgator alam dan emulgator system HLB.
Pada system HLB, umumnya masing-masing
zat pengemulsi mempunyai suatu bagian hidrofilik dan suatu bagian lipofilik
dengan salah satu diantaranya lebih atau kurang dominan dalam mempengaruhi
dengan cara yang telah diuraikan untuk membentuk tipe emulsi. Suatu metode
telah dipikirkan dimana zat pengemulsi dan zat aktif permukaan, dapat digolongkan
susunan kimianya sebagai keseimbangan hidrofil-lipofil atau HLB-nya. Dengan
metode ini, tiap zat mempunyai harga HLB atau angka yang menunjukkan polaritas
dari zat tersebut.
Umumnya zat aktif permukaan itu
mempunyai harga HLB yang ditetapkan 3 sampai 6, yang menghasilkan emulsi air
dalam minyak, sedangkan zat-zat yang mempunyai harga HLB antara 8 sampai 18
menghasilkan emulsi minyak dalam air. Dalam suatu sistem HLB, harga HLB juga
ditetapkan untuk minyak-minyak dari zat-zat yang seperti minyak. Dengan menggunakan
dasar HLB dalam penyimpanan suatu emulsi, dapat dipilih zat pengemulsi yang
mempunyai harga HLB sama atau hampir sama sebagai fase minyak dari emulsi yang
dimaksud. ( Howard C. Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi hal 376 –
382 ).
Bahan-bahan
yang diperlukan ditambahkan dalam pembuatan emulsi, antara lain :
a)
Bahan pengemulsi sebagai emulgator
Untuk mencegah koalesensi sehingga tetesan besar menjadi
tetesan kecil.
b)
Bahan pengemulsi sebagai surfaktan
Untuk mengurangi
tegangan permukaan antara fase eksternal sehingga proses emulsifikasi dapat
ditingkatkan.
c)
Pengental
Untuk mempertinggi kestabilan emulsi
d)
Pengawet
Ditambahkan untuk semua jenis emulsi terutama emulsi minyak
dalam air karena kontaminan fase minyak dan fase air mudah terjadi.
e)
Zat-zat tambahan
Pemanis, pewarna, pewangi.
Ketidakstabilan emulsi yang dapat terjadi, antara lain :
a)
Flokulasi dan Creaming
Pemisahan emulsi
menjadi beberapa lapis cairan, masing-masing lapisan mengandung fase
terdispersi yang berbeda.
b)
Cracking dan Breaking
Merupakan koalesensi dan pecahnya tipe emulsi dan bersifat
irreversible.
c)
Inversi fasa
Perubahan yang terjadi tiba-tiba dari tipe emulsi M/A menjadi
emulsi A/M atau sebaliknya.
d)
Demulsifikasi
Proses pemisahan sempurna dari suatu tipe emulsi ke dalam
masing-masing komponen cair.
Emulsi bisa disiapkan dengan beberapa
cara, tergantung pada sifat komponen emulsi dan perlengkapan yang tersedia
untuk digunakan. Dalam ukuran kecil preparat emulsi yang dibuat baru, dapat
dibuat dengan tiga metode yang umum digunakan oleh ahli farmasi di apotek.
Ketiga metode tersebut adalah:
1. Metode
gom kering atau metode kontinental
Zat
pengemulsi (biasanya gom) dicampur dengan minyak sebelum penambahan air.
2. Metode
Inggris atau metode gom basah
Zat
pengemulsi ditambahkan ke air (di mana zat pengemulsi tersebut larut) agar
membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk
membentuk emulsi.
3. Metode
botol atau metode botol Forbes
Digunakan
untuk minyak menguap dan minyak-minyak yang kurang kental dan merupakan suatu
variasi dari metode gom kering.
Kestabilan
termodinamik emulsi berbeda dari kestabilan seperti didefinisikan oleh pembuat
formula atau pemakai berdasarkan pertimbangan subjektif secara menyeluruh.
Kestabilan yang dapat diterima dalam bentuk sediaan farmasi tidak membutuhkan
kestabilan termodinamika. Jika suatu emulsi membentuk krim ke atas (naik ke
atas) atau membentuk krim ke bawah (endapan), emulsi bisa tetap dapat diterima
secara farmasetik selama emulsi tersebut dapat dibentuk kembali dengan
pengocokan biasa.
Untuk menentukan
tipe emulsi dapat dilakukan dengan beberapa cara :
- Metode zat warna
-
Sudan III
Merupakan
zat warna yang larut dalam minyak, tetapi tidak larut dalam air jika ke dalam
larutan ditambahkan sudan III, setelah diaduk warna merah menjadi semakin jelas
menunjukan bahwa emulsi adalah tipe a/m, tetapi jika warna merah suram semakin
tidak tampak menunjukkan emulsinya adalah m/a.
-
Metilen blue
Merupakan zat warna yang larut dalam air tetapi tidak
larut dalam minyak. Jika zat ini diteteskan pada emulsi berwarna seragam maka
air merupakan fase luar dan emulsi ini bertipe m/a.
- Metode electrical conductivity
Air dapat menghantarkan arus listrik sedangkan minyak tidak. Alatnya
terdiri dari kawat dengan 2 elektrode yang dicelupkan dalam emulsi dan
dihubungkan dengan lampu neon. Jika lampu menyala dalam air maka merupakan
medium pendipers dan emulsinya merupakan tipe m/a. Bila lampu tidak menyala
maka minyak merupakan medium pendispers dan emulsinya adalah tipe a/m.
- Metode pengenceran fase
Jika ke dalam emulsi ditambahkan sedikit air maka setelah pengocokan dan
pengadukan diperoleh kembali emulsi yang homogen sehingga emulsinya adalah tipe
m/a. jika emulsi dicampur minyak maka
akan menyebabkan pecahnya emulsi. Pada emulsi a/m akan diperoleh sebaliknya.
- Fluoresensi
Karena minyak berfluoresensi seluruhnya dan emulsinya m/a menunjukkan
pola titik-titik.
III. DATA PREFORMULASI
Zat Aktif
ü
Paraffin Liquidum (Handbook
of Pharmaceutical Excipients Edisi 6
hlm. 445, FI IV hlm.
652)
Pemerian :
Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak
berfluoresensi, tidak berasa dan
tidak berbau ketika dingin
dan berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan :
Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air.
Larut dalam jenis minyak
lemak hangat.
Stabilitas :
Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Khasiat :
Laksativ (pencahar)
Dosis : Emulsi oral : 15 – 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)
HLB Butuh :
10 – 12 (M/A). 5 – 6 (A/M)
OTT :
Dengan oksidator kuat.
Penyimpanan :
Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan sejuk.
Zat Tambahan
Emulgator
Sistem HLB
ü
Span 80 (Sorbitan Monooleat) (Handbook of Pharmaceutical Excipient
Edisi 6 hal. 675, Martindale
hal. 577)
Pemerian :
Cairan kental seperti minyak berwarna kuning.
Kelarutan :
Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan propilen
glikol,
tercampur dalam alcohol dan methanol, 1 bagian span
larut
dalam 100 bagian minyak biji kapas, sedikit larut dalam
etil
asetat.
Khasiat : Emulgator, surfaktan non ionik, peningkat kelarutan.
Bobot jenis :
1,01 g/ml.
Konsentrasi :
Emulgator A/M = 1-15%, emulgator M/A = 1-10%
Stabilitas :
Stabil terhadap asam dan basa lemah.
Penyimpanan : Wadah bertutup rapat dan pada
tempat sejuk dan
kering.
HLB :
4,3
OTT :
Dengan asam atau basa kuat, terjadi
pembentukan sabun dengan
basa kuat.
ü
Tween 80 (FI edisi IV hal. 687 Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hlm. 549)
Pemerian : Cairan seperti
minyak, jernih berwarna kuning muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; tidak larut
dalam minyak mineral.
OTT : Perubahan warna dan atau presipitasi terjadi dengan
berbagai zat fenol, tannin,tar dan bahan seperti tar.
Stabilitas : Stabil pada elektrolit, asam lemah,dan basa lemah.
Khasiat : Bahan pengemulsi
(emulgator)
Bobot
jenis : 1,06 – 1,09 g/ml.
Konsentrasi : Emulgator M/A = 1-15%
Emulgator A/M = 1-10%
HLB :
15,0
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya, sejuk dan kering.
üCMC Na. (Carboxymethylcellulose sodium) (Handbook
Of Pharmaceutical Exipent edisi VI halaman 120; Farmakope Indonesia Edisi IV
halaman 175; Remington edisi 21 halaman 1073).
Pemerian
= Serbuk atau
granul, putih sampai krem, higroskopis.
Kelarutan =
Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak
larut dalam etanol, eter, dan pelarut organik lain.
Stabilitas =
Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH dibawah 2. Viscositas
larutan berkurang dengan cepat jika pH diatas 10. Menunjukkan viskositas dan stabilitas maksimum
pada pH 7-9. Bisa disterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1
jam, tapi terjadi pengurangan viskositas.
Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat.
OTT =
Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam besi dan beberapa
logam seperti aluminium, merkuri dan zink juga dengan gom xanthan; pengendapan
terjadi pada pH dibawah 2 dan pada saat pencampuran dengan etanol 95%.; Membentuk
kompleks dengan gelatin dan pektin.
Khasiat =
Emulsifying agent, bahan pengental.
Konsentrasi = 0,25 – 1% untuk emulsifying agent.
ü
Natrium
Benzoat (FI IV hal. 584, Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal. 627)
Synonym :
Sodium benzoat, Natrii benzoat
RM :
C7H5NaO2
BM :
144,11
Pemerian :
Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, stabil di udara.
Kelarutan :
Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, lebih mudah larut dalam
etanol 90%.
Stabilitas :
Sebaiknya disimpan dalam
wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.
OTT :
Tidak bercampur dengan komponen kuartener, gelatin, garam ferri, garam kalsium,
dan garam logam berat termasuk perak, timah, dan merkuri.
Konsentrasi :
0,02-0,5 %
Fungsi :
Pengawet/antimikroba.
Wadah :
Wadah tertutup rapat, di
tempat kering & sejuk.
ü
Sorbitol (FI IV hal. 756, Handbook
of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal. 679)
RM : C66H14O6
BM : 182,17
Pemerian :
Serbuk, granul atau lempengan;
higroskopis; warna putih rasa manis.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol, metanol dan asam
asetat.
Konsentrasi :
20 – 35%
Khasiat : Pemanis.
Stabilitas : Dapat bercampur dengan kebanyakan
bahan tambahan, stabil di udara, keadaan dingin dan asam basa encer.
OTT : Ion logam divalent dan
trivalent dalam asam kuat dan suasana basa.
Penyimpanan :
Wadah tertutup rapat.
ü BHT(Butil hidroksi toluen)
FI IV hal.157; Excipients 6th Edition hal. 75
Pemerian : Hablur padat, putih; bau khas
lemah.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air,
gliserin, propilen glikol, asam-asam mineral dan larutan alkali; mudah larut
dalam etanol, aseton, benzen dan parafin liquid; lebih mudah larut dalam
minyak-minyak makanan dan lemak.
Stabilitas : Jauhkan dari cahaya, kelembaban dan
panas.
Konsentrasi : 0,02 %
Kegunaan
: Antioksidan untuk minyak-minyak
dan lemak.
OTT : Bahan pengoksidasi kuat
seperti peroksida dan permanganat.
Wadah : Dalam wadah tertutup baik.
ü
Aquadest
FI IV hal. 112
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut
polar
Kegunaan : Sebagai pelarut
Stabilitas : Dalam semua keadaan fisik (es,
cairan, udara).
OTT : Bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis, bereaksi
keras dengan logam alkali.
Penyimpanan : Wadah tertutup
baik.
ü
Sunset Yellow (Excipient Edisi 6 hal. 193-194)
Pemerian : Serbuk kuning kemerahan,
di dalam larutan memberikan warna
orange
terang.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, gliserin dan propilen glikol (50%),
sedikit
larut
dalam propilen glikol.
OTT : Asam
askorbat, gelatin, dan glukosa.
Kegunaan : Sebagai pewarna.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat dan tempat sejuk dan kering.
ü Essence Orange
Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar diproses secara mekanik.
Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90 %, asam asetat glasial.
Kegunaan : Flavouring agent.
Stabilitas : Dapat disimpan dalam wadah gelas
dan plastik.
Penyimpanan : Wadah tertutup dan tempat yang sejuk,
kering, dan terhindar dari
cahaya
matahari
IV.
ALAT
dan BAHAN
Alat
: 1. Beaker glass
2. Gelas ukur
3. Cawan penguap
4. Lumpang dan mortir atau
stirer
5. Batang pengaduk
6. Objek glass
7. Cover glass
8. Pipet tetes
9. Penangas air
10. Kertas perkamen
11. Timbangan
12. Mikroskop
13. Viskometer Brookfield
14. Tabung sedimentasi
15. Erlenmeyer
16. Sudip
Bahan:
1.
Paraffin
Liquid
2.
Span 80
3.
Tween 80
4. CMC
Na
5. Na.Benzoat
6. BHT
7.
Sunset Yellow
8.
Essence Orange
9.
Sorbitol
10.
Aquadest
11.
Metilen Blue
12.
Sudan
III
V.
FORMULA
Komposisi
|
Formula I
|
Formula II
|
Formula III
|
Paraffin Liquid
|
20%
|
20%
|
20%
|
Span 80
|
2 %
|
3 %
|
4 %
|
Tween 80
|
2 %
|
3 %
|
4 %
|
CMC
|
1%
|
1%
|
1%
|
Natrium Benzoat
|
0,1%
|
0,1%
|
0,1%
|
BHT
|
0,02%
|
0,02%
|
0,02%
|
Sunset Yellow
|
0,05 %
|
0,05 %
|
0,05%
|
Ess. Orange
|
0,1 %
|
0,1 %
|
0,1 %
|
Sorbitol
|
2%
|
2%
|
2%
|
VI.
PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
A. Perhitungan
HLB Butuh
Parrafin liquid : 12
HLB
Span 80 : 4.3
HLB
Tween 80 : 15
Formula I
Paraffin
Liq = 20/100
x 400 ml = 80 gram
Berat
total emulgator (Tween 80 + Span 80) : 2/100 x 400 ml = 8 gram
Tween 80 : 15 7,7 =
tween 80 : 7,7/10,7 x 8
= 5,76 gram
12
Span
80 :
4,3 3
= span 80
:
3/10,7 x 8 = 2,24 gram
10,7
CMC Na =
1/100 x
400 ml = 4 gram
Air u/ CMC Na = 20 x
4 gram = 80 ml
Na Benzoat = 0,1 /100 x 400
ml = 0,4 gram
Air u/ Na Benzoat = 1 x
0,4 gram = 0,4 ml
BHT = 0,02/100 x 400
ml = 0,08 gram
Sunset
Yellow = 0,05 % x 400 ml = 0,2 gram
Ess Orange = 0,1 % x 400 ml = 0,4 ml = 0,4 x 20 tetes = 8 tetes
Sorbitol =
2/100 X 400ml = 8 gram
Aquadest sisa = 400 ml – [80 + 5,76 +2,24 +4 +80 +0,4 +0,4 +0,08 +0,2
+0,4
+8 ]
=
218,52 ml
Formula II
Paraffin
Liq = 20/100
x 400 ml = 80 gram
Berat
total emulgator (Tween 80 + Span 80) : 3/100 x 400 ml =
12 gram
Tween 80 : 15 7,7 =
tween 80 : 7,7/10,7 x
12 = 8,64 gram
12
Span
80 :
4,3 3
= span 80
: 3/10,7 x 12 = 3,36 gram
10,7
CMC Na =
1/100 x
400 ml = 4 gram
Air u/ CMC Na = 20 x
4 gram = 80 ml
Na Benzoat = 0,1 /100 x 400
ml = 0,4 gram
Air u/ Na Benzoat = 1 x
0,4 gram = 0,4 ml
BHT = 0,02/100 x 400
ml = 0,08 gram
Sunset
Yellow = 0,05 % x 400 ml = 0,2 gram
Ess Orange = 0,1 % x 400 ml = 0,4 ml = 0,4 x 20 tetes = 8 tetes
Sorbitol =
2/100 X 400ml = 8 gram
Aquadest sisa = 400 ml – [80 + 8,64 +3,36 +4 +80 +0,4 +0,4 +0,08 +0,2
+0,4
+8 ]
= 214,52 ml
Formula III
Paraffin
Liq = 20/100
x 400 ml = 80 gram
Berat
total emulgator (Tween 80 + Span 80) : 4/100 x 400 ml =
16 gram
Tween 80 : 15 7,7 =
tween 80 : 7,7/10,7 x
16 = 11,51 gram
12
Span
80 :
4,3 3
= span 80
: 3/10,7 x 16 = 4,49 gram
10,7
CMC Na =
1/100 x
400 ml = 4 gram
Air u/ CMC Na = 20 x
4 gram = 80 ml
Na Benzoat = 0,1 /100 x 400 ml
= 0,4 gram
Air u/ Na Benzoat = 1 x
0,4 gram = 0,4 ml
BHT = 0,02/100 x 400
ml = 0,08 gram
Sunset
Yellow = 0,05 % x 400 ml = 0,2 gram
Ess Orange = 0,1 % x 400 ml = 0,4 ml = 0,4 x 20 tetes = 8 tetes
Sorbitol =
2/100 X 400ml = 8 gram
Aquadest sisa = 400 ml – [80 + 11,51
+4,49 +4 +80 +0,4 +0,4 +0,08 +0,2
+0,4
+8 ]
=
210,52 ml
B. Penimbangan
Komposisi
|
Formula
I
|
Formula
II
|
Formula
III
|
Paraffin
Liquidum
|
80
g
|
80
g
|
80
g
|
Span
80
|
2,24 g
|
3,36 g
|
4,49 g
|
Tween
80
|
5,76 g
|
8,64 g
|
11,51 g
|
CMC Na
|
4 g
|
4 g
|
4 g
|
Natrium
Benzoat
|
0,4 g
|
0,4 g
|
0,4 g
|
BHT
|
0,08 g
|
0,08 g
|
0,08 g
|
Sunset Yellow
|
0,2 g
|
0,2 g
|
0,2 g
|
Ess Orange
|
8 tetes
|
8 tetes
|
8 tetes
|
Sorbitol
|
8 g
|
8 g
|
8 g
|
Aqua
dest ad
|
218,52 ml
|
214,52 ml
|
210,52 ml
|
VI.
CARA
PEMBUATAN
1.
Disiapkan
alat dan bahan.
2.
Ditimbang
bahan-bahan obat dan kalibrasi
botol.
3.
Dikembangkan CMC
Na dengan menggunakan air hangat
di beaker glass
sejumlah 20 X berat CMC Na, diamkan
kurang lebih 24 jam untuk mengembangkan CMC Na.
4. Dilebur paraffin liquid, span 80, BHT di water bath, diaduk ad homogen/larut (fase
minyak).
5.
Dilebur Tween 80 dengan sedikit air panas dalam cawan penguap di water bath pada suhu 70° (fase
air).
6.
Dilarutkan
Na. benzoat dan sorbitol dalam
sebagian aquadest ad larut.
7.
Dilarutkan sunset yellow dalam sebagian air ad larut dan homogen.
8.
Dimasukkan
fase minyak ke dalam lumpang digerus, kemudian
ditambah fase air sedikit demi sedikit sambil terus digerus (konstan) sampai terbentuk corpus emulsi.
9.
Dipindahkan
corpus emulsi ke dalam CMC Na
yang telah dikembangkan, lalu
dihomogenkan dengan alat homogenizer.
10.
Ditambahkan larutan sorbitol dan Na. benzoat, dihomogenkan.
11.
Ditambahkan larutan sunset yellow, dihomogenkan.
12.
Ditambahkan essence orange, dihomogenkan.
13.
Dimasukkan hasil emulsi ke dalam botol yang telah dikalibrasi 60 ml dan dikemas.
14.
Dilakukan evaluasi untuk sisa emulsi.
VII.
EVALUASI
dan PENGAMATAN
a.
Tipe emulsi
i.
Siapkan objek glass dan cover glass.
ii.
Teteskan
emulsi formula I pada objek glass, lakukan duplo.
iii.
Teteskan
Sudan III dan Metilen blue.
iv.
Lakukan hal
yang sama pada formula II dan III.
v.
Lihat
preparat emulsi dibawah mikroskop.
Formula
|
Sudan III
|
Metilen
blue
|
Tipe
emulsi
|
I
|
|
M/A
|
|
II
|
|
|
M/A
|
III
|
|
|
M/A
|
Minyak air minyak
air
2.
Viskositas dan sifat alir
Alat:
Viskometer Brookfield tipe LV
KV:
673,7 dyne/cm
Viskositas
(η): skala x faktor
Gaya
(F): skala x KV
Formula
I :
Spindel
|
RPM
|
Faktor
|
Skala
|
η
|
F
|
2
|
1,5
|
200
|
14,5
|
2900
|
9768,65
|
2
|
3
|
100
|
21,5
|
2150
|
14484,55
|
2
|
6
|
50
|
32,5
|
1650
|
21895,25
|
2
|
3
|
100
|
21
|
2100
|
14147,70
|
2
|
1,5
|
200
|
15
|
3000
|
10105,50
|
Formula
II :
Spindel
|
RPM
|
Faktor
|
Skala
|
η
|
F
|
2
|
0,3
|
1000
|
10,5
|
10500
|
7073,85
|
2
|
0,6
|
500
|
12
|
6000
|
8084,40
|
2
|
1,5
|
200
|
19
|
3800
|
12800,30
|
2
|
0,6
|
500
|
11,5
|
5750
|
7747,55
|
2
|
0,3
|
1000
|
10
|
10000
|
6737,00
|
Formula
III
Spindel
|
RPM
|
Faktor
|
Skala
|
η
|
F
|
2
|
0,6
|
500
|
11,5
|
5750
|
7747,55
|
2
|
1,5
|
200
|
16
|
3200
|
10779,20
|
2
|
3
|
100
|
21
|
2100
|
14147,70
|
2
|
1,5
|
200
|
15
|
3000
|
10105,50
|
2
|
0,6
|
500
|
11
|
5500
|
7410,70
|
3.
Volume sedimentasi
Tabung
sedimentasi = 25 ml
F =
Vu/Vo
F =
derajat sedimentasi (mendekati 1 → baik)
Vu =
Volume sedimentasi
Vo =
Volume awal
Hari
ke-
|
|
FORMULA
I
|
FORMULA
II
|
FORMULA
III
|
0
|
Vo
Vu
F
|
25
25
1
|
25
25
1
|
25
25
1
|
1
|
Vo
Vu
F
|
25
25
1
|
25
25
1
|
25
25
1
|
2
|
Vo
Vu
F
|
25
25
1
|
25
25
1
|
25
25
1
|
3
|
Vo
Vu
F
|
25
25
1
|
25
25
1
|
25
25
1
|
4
|
Vo
Vu
F
|
25
25
1
|
25
25
1
|
25
25
1
|
4.
Ukuran Partikel
Cara :
a.
Kalibrasi Skala Okuler.
Tempatkan micrometer di bawah mikroskop,
himpitkan garis awal skala okuler
dengan garis awal skala objektif kemudian tentukan garis kedua yang berhimpit. Tentukan jarak skala okuler.
b. Buatlah preparat dari emulsi
formula I, II, dan III
c. Ukurlah partikel sebanyak 100
partikel, Tabelkan
Objektif
Kalibrasi = x 10 µm
Okuler
à Ukuran partikel pada formula I, II dan III tidak
dapat ditentukan. Hal ini disebabkan ukuran partikel yang teramati di bawah
mikroskop lebih kecil dari 1 skala, sehingga sulit diprediksi skala yang
sebenarnya.
1.
Mikromiretik (Ukuran Partikel)
·
Formula 1
N0
|
Skala
|
μm
|
N0
|
Skala
|
μm
|
N0
|
Skala
|
μm
|
N0
|
Skala
|
μm
|
1
|
4x10
|
40
|
26
|
2x10
|
20
|
51
|
1x10
|
10
|
76
|
2x10
|
20
|
2
|
1x10
|
10
|
27
|
1x10
|
10
|
52
|
1x10
|
10
|
77
|
1x10
|
10
|
3
|
2x10
|
20
|
28
|
1x10
|
10
|
53
|
1x10
|
10
|
78
|
1x10
|
10
|
4
|
2x10
|
20
|
29
|
2x10
|
20
|
54
|
1x10
|
10
|
79
|
1x10
|
10
|
5
|
2x10
|
20
|
30
|
1x10
|
10
|
55
|
1x10
|
10
|
80
|
1x10
|
10
|
6
|
1x10
|
10
|
31
|
1x10
|
10
|
56
|
1x10
|
10
|
81
|
1x10
|
10
|
7
|
1x10
|
10
|
32
|
1x10
|
10
|
57
|
1x10
|
10
|
82
|
1x10
|
10
|
8
|
1x10
|
10
|
33
|
1x10
|
10
|
58
|
1x10
|
10
|
83
|
2x10
|
20
|
9
|
1x10
|
10
|
34
|
1x10
|
10
|
59
|
1x10
|
10
|
84
|
1x10
|
10
|
10
|
1x10
|
10
|
35
|
1x10
|
10
|
60
|
1x10
|
10
|
85
|
1x10
|
10
|
11
|
2x10
|
20
|
36
|
1x10
|
10
|
61
|
1x10
|
10
|
86
|
1x10
|
10
|
12
|
1x10
|
10
|
37
|
1x10
|
10
|
62
|
1x10
|
10
|
87
|
1x10
|
10
|
13
|
1x10
|
10
|
38
|
1x10
|
10
|
63
|
1x10
|
10
|
88
|
1x10
|
10
|
14
|
1,5x10
|
15
|
39
|
8x10
|
80
|
64
|
1x10
|
10
|
89
|
1x10
|
10
|
15
|
1x10
|
10
|
40
|
6,5x10
|
65
|
65
|
1x10
|
10
|
90
|
1,5x10
|
15
|
16
|
1x10
|
10
|
41
|
8x10
|
80
|
66
|
1x10
|
10
|
91
|
2x10
|
20
|
17
|
1x10
|
10
|
42
|
1x10
|
10
|
67
|
1x10
|
10
|
92
|
1x10
|
10
|
18
|
1x10
|
10
|
43
|
1x10
|
10
|
68
|
1x10
|
10
|
93
|
2x10
|
20
|
19
|
1x10
|
10
|
44
|
1x10
|
10
|
69
|
1x10
|
10
|
94
|
3x10
|
30
|
20
|
1x10
|
10
|
45
|
1x10
|
10
|
70
|
1x10
|
10
|
95
|
1x10
|
10
|
21
|
1x10
|
10
|
46
|
1x10
|
10
|
71
|
1x10
|
10
|
96
|
1x10
|
10
|
22
|
1x10
|
10
|
47
|
1x10
|
10
|
72
|
10x10
|
100
|
97
|
1x10
|
10
|
23
|
1,5x10
|
15
|
48
|
1x10
|
10
|
73
|
1x10
|
10
|
98
|
1x10
|
10
|
24
|
1,5x10
|
15
|
49
|
1x10
|
10
|
74
|
1x10
|
10
|
99
|
1x10
|
10
|
25
|
1x10
|
10
|
50
|
1x10
|
10
|
75
|
1x10
|
10
|
100
|
3x10
|
30
|
Rentang data (R)= Data terbesar-data
terkecl
= 100µm - 10μm = 90µm
Banyak data = 1 + 3.3logn
= 1 + 3.3log 100 = 7,6~8
Panjang interval kelas =
R = 90µm =
11,25 µm
Banyak data 8
Interval kelas = data terkecil + P
= 10 + 11,25= 21,25
Rentang ukuran
|
Rata-rata rentang
|
Jumlah Partikel
|
nd
|
nd2
|
nd3
|
nd4
|
(µm)
|
(d)
|
(n)
|
||||
10-21,25
|
15,625
|
93
|
1453,125
|
22705,078
|
354766,846
|
5543231,964
|
21,25-32,50
|
26,875
|
2
|
53,75
|
1444,531
|
38821,777
|
1043335,266
|
32,50-43,75
|
38,125
|
1
|
38,125
|
1453,516
|
55415,283
|
2112707,672
|
43,75-55
|
49,375
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
55-66,25
|
60,625
|
1
|
60,625
|
3675,391
|
222820,557
|
13508496,25
|
66,25-77,50
|
71,875
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
77,50-88,75
|
83,125
|
2
|
166,25
|
13819,531
|
1148748,535
|
95489721,98
|
88,75-100
|
94,375
|
1
|
94,375
|
8906,641
|
840564,209
|
79328247,22
|
∑
|
|
100
|
1866,25
|
52004,688
|
2661137,207
|
197025740,4
|
Dln = ∑nd = 1866,25 = 18,6625
∑n
100
Dsn =
= 22,8045
Dvn = 3
= 29,8554
Dsl=
= 27,8659
Dsv=
= 51,1711
Dwn=
= 74,0382
·
Formula II
N0
|
Skala
|
μm
|
N0
|
Skala
|
Μm
|
N0
|
Skala
|
μm
|
N0
|
Skala
|
μm
|
1
|
1x10
|
10
|
26
|
1x10
|
10
|
51
|
1x10
|
10
|
76
|
1x10
|
10
|
2
|
1x10
|
10
|
27
|
1x10
|
10
|
52
|
1x10
|
10
|
77
|
1x10
|
10
|
3
|
1x10
|
10
|
28
|
1x10
|
10
|
53
|
1x10
|
10
|
78
|
1x10
|
10
|
4
|
1x10
|
10
|
29
|
1x10
|
10
|
54
|
1x10
|
10
|
79
|
1x10
|
10
|
5
|
1x10
|
10
|
30
|
1x10
|
10
|
55
|
1x10
|
10
|
80
|
1x10
|
10
|
6
|
1x10
|
10
|
31
|
1x10
|
10
|
56
|
1x10
|
10
|
81
|
1x10
|
10
|
7
|
1x10
|
10
|
32
|
1x10
|
10
|
57
|
1x10
|
10
|
82
|
1x10
|
10
|
8
|
1x10
|
10
|
33
|
1x10
|
10
|
58
|
1x10
|
10
|
83
|
2x10
|
20
|
9
|
1x10
|
10
|
34
|
1x10
|
10
|
59
|
1x10
|
10
|
84
|
1x10
|
10
|
10
|
1x10
|
10
|
35
|
1x10
|
10
|
60
|
1x10
|
10
|
85
|
1x10
|
10
|
11
|
1x10
|
10
|
36
|
1x10
|
10
|
61
|
2x10
|
20
|
86
|
1x10
|
10
|
12
|
1x10
|
10
|
37
|
1x10
|
10
|
62
|
1x10
|
10
|
87
|
1x10
|
10
|
13
|
1x10
|
10
|
38
|
1x10
|
10
|
63
|
1x10
|
10
|
88
|
1x10
|
10
|
14
|
1x10
|
10
|
39
|
1x10
|
10
|
64
|
1x10
|
10
|
89
|
1,5x10
|
15
|
15
|
1x10
|
10
|
40
|
1x10
|
10
|
65
|
1x10
|
10
|
90
|
1x10
|
10
|
16
|
1x10
|
10
|
41
|
1x10
|
10
|
66
|
1x10
|
10
|
91
|
1x10
|
10
|
17
|
1x10
|
10
|
42
|
1x10
|
10
|
67
|
1x10
|
10
|
92
|
1x10
|
10
|
18
|
1x10
|
10
|
43
|
1x10
|
10
|
68
|
1x10
|
10
|
93
|
1x10
|
10
|
19
|
1x10
|
10
|
44
|
1x10
|
10
|
69
|
1x10
|
10
|
94
|
1x10
|
10
|
20
|
1x10
|
10
|
45
|
1x10
|
10
|
70
|
1x10
|
10
|
95
|
1x10
|
10
|
21
|
1x10
|
10
|
46
|
1x10
|
10
|
71
|
1x10
|
10
|
96
|
1x10
|
10
|
22
|
2x10
|
20
|
47
|
1,5x10
|
15
|
72
|
1x10
|
10
|
97
|
1x10
|
10
|
23
|
1x10
|
10
|
48
|
1x10
|
10
|
73
|
1x10
|
10
|
98
|
1x10
|
10
|
24
|
1x10
|
10
|
49
|
1x10
|
10
|
74
|
1x10
|
10
|
99
|
1x10
|
10
|
25
|
1x10
|
10
|
50
|
1x10
|
10
|
75
|
1x10
|
10
|
100
|
1x10
|
10
|
·
Formula 2
Rentang data (R)= Data terbesar-data
terkecl
= 20µm – 10μm = 10µm
Banyak data = 1+3.3logn
= 1+3.3log 100 = 7,6~8
Panjang interval kelas =
R = 10µm =
1,25 µm
Banyak data 8
Interval kelas= data terkecil + P
= 10 + 1,25 = 11,25
Rentang ukuran
|
Rata-rata rentang
|
Jumlah Partikel
|
nd
|
nd2
|
nd3
|
nd4
|
(µm)
|
(d)
|
(n)
|
||||
10-11,25
|
10,625
|
95
|
1009,375
|
10724,609
|
113948,975
|
1210707,855
|
11,25-12,50
|
11,875
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
12,50-13,75
|
13,125
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
13,75-15
|
14,375
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
15-16,25
|
15,625
|
2
|
31,25
|
488,281
|
7629,395
|
119209,290
|
16,25-17,50
|
16,875
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
17,50-18,75
|
18,125
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
18,75-20
|
19,375
|
3
|
58,125
|
1126,172
|
21819,580
|
422754,364
|
∑
|
|
100
|
1098,75
|
12339,062
|
143397,95
|
1752671,509
|
Dln = ∑nd = 1098,75 = 10,9875
∑n
100
Dsn =
= 11,1081
Dvn = 3
= 11,2767
Dsl=
= 11,2301
Dsv=
= 11,6215
Dwn=
= 12,2224
·
Formula III
N0
|
Skala
|
μm
|
N0
|
Skala
|
μm
|
N0
|
Skala
|
μm
|
N0
|
Skala
|
μm
|
1
|
1x10
|
10
|
26
|
1x10
|
10
|
51
|
1,5x10
|
15
|
76
|
1x10
|
10
|
2
|
1,5x10
|
15
|
27
|
1x10
|
10
|
52
|
1x10
|
10
|
77
|
1x10
|
10
|
3
|
2x10
|
20
|
28
|
1x10
|
10
|
53
|
1x10
|
10
|
78
|
1x10
|
10
|
4
|
1x10
|
10
|
29
|
1,5x10
|
15
|
54
|
1x10
|
10
|
79
|
1x10
|
10
|
5
|
1x10
|
10
|
30
|
1, 5x10
|
15
|
55
|
1x10
|
10
|
80
|
1x10
|
10
|
6
|
1x10
|
10
|
31
|
1x10
|
10
|
56
|
1x10
|
10
|
81
|
1x10
|
10
|
7
|
1x10
|
10
|
32
|
1x10
|
10
|
57
|
1x10
|
10
|
82
|
1x10
|
10
|
8
|
1,5x10
|
15
|
33
|
1x10
|
10
|
58
|
1x10
|
10
|
83
|
1,5x10
|
15
|
9
|
2x10
|
20
|
34
|
1x10
|
10
|
59
|
1,5x10
|
15
|
84
|
1,5x10
|
15
|
10
|
1,5x10
|
15
|
35
|
1x10
|
10
|
60
|
1x10
|
10
|
85
|
4x10
|
40
|
11
|
3x10
|
30
|
36
|
1x10
|
10
|
61
|
1x10
|
10
|
86
|
1,5x10
|
15
|
12
|
1x10
|
10
|
37
|
1x10
|
10
|
62
|
1,5x10
|
15
|
87
|
1x10
|
10
|
13
|
1x10
|
10
|
38
|
2x10
|
20
|
63
|
1,5x10
|
15
|
88
|
1,5x10
|
15
|
14
|
1x10
|
10
|
39
|
1x10
|
10
|
64
|
1x10
|
10
|
89
|
1x10
|
10
|
15
|
1x10
|
10
|
40
|
1,5x10
|
15
|
65
|
1x10
|
10
|
90
|
1x10
|
10
|
16
|
1x10
|
10
|
41
|
1x10
|
10
|
66
|
1x10
|
10
|
91
|
1x10
|
10
|
17
|
1,5x10
|
15
|
42
|
2x10
|
20
|
67
|
2x10
|
20
|
92
|
1,5x10
|
15
|
18
|
1,5x10
|
15
|
43
|
2x10
|
20
|
68
|
1x10
|
10
|
93
|
1x10
|
10
|
19
|
1x10
|
10
|
44
|
2x10
|
20
|
69
|
1x10
|
10
|
94
|
1,5x10
|
15
|
20
|
1x10
|
10
|
45
|
1,5x10
|
15
|
70
|
1,5x10
|
15
|
95
|
2x10
|
20
|
21
|
1x10
|
10
|
46
|
1x10
|
10
|
71
|
3x10
|
30
|
96
|
1x10
|
10
|
22
|
1x10
|
10
|
47
|
2x10
|
20
|
72
|
1,5x10
|
15
|
97
|
1x10
|
10
|
23
|
1x10
|
10
|
48
|
1x10
|
10
|
73
|
1x10
|
10
|
98
|
1x10
|
10
|
24
|
1x10
|
10
|
49
|
1x10
|
10
|
74
|
1x10
|
10
|
99
|
1,5x10
|
15
|
25
|
1x10
|
10
|
50
|
1x10
|
10
|
75
|
1x10
|
10
|
100
|
1,5x10
|
15
|
Rentang data (R)= Data terbesar-data
terkecl
= 40µm - 10μm = 30µm
Banyak data = 1+3.3logn
= 1+3.3log 100 = 7,6~8
Panjang interval kelas =
R = 30µm =
3,75 µm
Banyak data 8
Interval kelas= data terkecil + P
= 10 + 3,75 = 13,75
Rentang ukuran
|
Rata-rata rentang
|
Jumlah Partikel
|
nd
|
nd2
|
nd3
|
nd4
|
(µm)
|
(d)
|
(n)
|
||||
10,00-13,75
|
11,875
|
66
|
783,75
|
9307,031
|
110520,996
|
1312436,829
|
13,75-17,5
|
15,625
|
23
|
359,375
|
5615,234
|
87738,037
|
1370906,830
|
17,5-21,25
|
19,375
|
8
|
155
|
3003,125
|
58185,547
|
1127344,971
|
21,25-25
|
23,125
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
25-28,75
|
26,875
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
28,75-32,5
|
30,625
|
2
|
61,25
|
1875,781
|
57445,801
|
1759277,649
|
32,5-36,25
|
34,375
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
36,25-40
|
38,125
|
1
|
38,125
|
1453,516
|
55415,283
|
2112707,672
|
∑
|
100
|
1397,5
|
21254,687
|
369305,664
|
7682673,951
|
Dln = ∑nd = 1397,5 = 13,9750
∑n
100
Dsn =
= 14,5790
Dvn = 3
= 15,4571
Dsl=
= 15,2091
Dsv=
=17,3753
Dwn=
= 20,8030
5. Organoleptik
Formula
|
Bau
|
Warna
|
Rasa
|
I
|
Jeruk
|
Kuning Muda
|
Manis
|
II
|
Jeruk
|
Kuning Muda
|
Manis
|
III
|
Jeruk
|
Kuning Muda
|
Manis
|
VIII.
PEMBAHASAN
1. Parafin liquid sebagai zat aktif dalam sediaan ini dibuat dalam
bentuk emulsi dengan tujuan absorbsi di dalam tubuh dapat terjadi lebih cepat
dan lebih mudah karena dalam bentuk larutan yang dapat langsung diserap oleh
sistem pencernaan dan aktivitas parafin liquid sebagai pencahar dapat bekerja
dengan baik.
2. Zat pengental yang digunakan pada formula
ini adalah CMC Na dimana berfungsi untuk meningkatkan
viskositas agar didapat sediaan dengan viskositas
yang baik dan untuk menstabilkan sediaan ( emulsi ).
3. Emulgator yang digunakan pada formula ini
adalah golongan surfaktan non ionik yaitu tween 80 dan span 80 untuk menurunkan
tegangan permukaan antara fase minyak dan fase air, dengan memperkecil ukuran
partikel yang besar dan berukuran seragam sehingga dapat bercampur saat
dilakukan pengadukan.
4. Emulsi yang baik adalah emulsi yang
berwarna seperti putih susu, dan jika dikocok atau diberi gaya dan tekanan,
viskositasnya akan bertambah kecil sehingga emulsi tersebut mudah dituang.
5. Suatu emulsi dianggap tidak stabil, jika :
·
fase
dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat
dari bulatan-bulatan,
·
jika
bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar
emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam,
·
jika
semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk
suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi, yang
merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam.
6. Pada ketiga formula didapat emulsi yang
stabil dengan harga F=1 sebab tidak ada perubahan dari volume awal hingga
volume akhir selama penyimpanan 5 hari.
7. Tipe emulsi yang diperoleh adalah emulsi
tipe M/A karena
ketika zat warna sudan III diteteskan pada emulsi menyebabkan warna merah pada
butir minyak. Meskipun warna merah tidak begitu terlihat jelas karena sudan III
yang tersedia kurang baik (encer). Perlu diingat bahwa tipe emulsi ditentukan
oleh emulgator, yaitu bila emulgator yang digunakan larut air atau suka air
(hidrofil) maka akan diperoleh emulsi tipe M/A, apabila emulgator larut dalam
minyak atau suka minyak (lipofil) maka akan membentuk tipe emulsi A/M. (Ilmu
Meracik Obat, hal.141). Selain itu perbandingan jumlah fase juga dapat
mempengaruhi tipe emulsi. Jumlah fase yang sedikit biasanya akan menjadi fase
dalam, dan yang jumlahnya lebih besar akan menjadi fase luar. Di dalam formula
didapatkan tipe emulsi M/A karena jumlah fase minyak lebih sedikit dari fase
air.
8. Dalam suatu sistem HLB, harga HLB juga
ditetapkan untuk minyak-minyak dari zat-zat yang seperti minyak. Dengan
menggunakan dasar HLB dalam penyiapan suatu emulsi, dapat memilih zat
pengemulsi yang mempunyai harga HLB sama atau hampir sama sebagai fase minyak
dari emulsi yang di maksud. Contoh zat pengemulsi dalam pembuatan formula ini
adalah Span 80 dan Tween 80. (Ansel hal.382).
9. HLB butuh minyak adalah HLB yang
dibutuhkan oleh minyak agar sediaan stabil. HLB butuh yang digunakan pada
ketiga formula ini adalah 10,7. Dengan
demikian emulsi yang didapat stabil karena menggunakan HLB butuh yang
dibutuhkan yaitu minyak 10,7.
10. Sifat alir yang didapat dari 3 formula
adalah Thiksotropi pseudoplastis, karena jenis aliran ini bekerja
pada gaya geser yang lebih tinggi, dimana viskositas turun dengan menaikkan
kebutuhan geser dan sistem tersebut menjadi lebih cair yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika
stress tersebut dihilangkan atau dikurangi. Dapat dilihat dari nilai viskositas
yang berbeda meskipun rpm sama.
11. Ukuran partikel yang dilihat dengan
mikroskop didapatkan hasil yang kurang baik karena memiliki grafik yang tidak
menyerupai lonceng, dari ke 3 formula didapatkan bahwa formula 3 memiliki hasil
yang lebih baik dari formula lain karena formula 3 memiliki ukuran distribusi
partikel merata dalam suatu sediaan dan lebih menyerupai lonceng.
IX.
KESIMPULAN
|
Formula I
|
Formula II
|
Formula III
|
Tipe emulsi
|
M/A
|
M/A
|
M/A
|
Tipe aliran
|
|
|
|
Volume sedimentasi
F ( Hari 0 )
F ( Hari 1 )
F ( Hari 2 )
F ( Hari 3 )
F ( Hari 4 )
|
1
1
1
1
1
|
1
1
1
1
1
|
1
1
1
1
1
|
Ukuran partikel
Paling banyak
|
10 μm
|
10 μm
|
10 μm
|
X.
DAFTAR
PUSTAKA
a. Ansel, H. C., Ph. D. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi
keempat. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
b. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta.
c. Lachman, Leon, Ph. D. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II, edisi
ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
d. Mc. Evory, Gerald K, Pharm. D. American Hospital Formulary Service, Drug
Information. American Society of Hospital Pharmacist.
e. Wade, Ainley and Paul J. Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, edisi
kedua. London: The Pharmaceutical Press.
Van Duin, C. F. R
wah, lengkap sekali, makasih gan..
ReplyDeleteSekedar ingin sharing tentang minuman berenergi kratingdaeng, yang merupakan salah satu minuman energi Indonesia dan minuman berenergi yang tidak berbahaya.
Tentunya kandungan yang tedapat dalam minuman berenergi kratingdaeng berasal dari bahan gula alami, sehingga siapapun yang mengkonsumsinya tak perlu khawatir dengan kratingdaeng minuman berenergi aman tidak berbahaya satu ini.
Karena sudah teruji kandungannya hanya terdiri dari kafein yang kurang dari 1 cangkir. Jadi, minuman berenergi aman tidak berbahaya kretingdaeng akan memberikan manfaat yang baik untuk stamina dan penambah energi bagi tubuh.
Info selengkapnya tentang kratingdaeng, silakan klik DISINI>> Minuman Berenergi Aman Tidak Berbahaya.
Informasi Tambahan
Bagi Anda yang suka dengan perhiasan yang selain emas, silakan datang dimari, ada berbagai jenis perhiasan wanita yang cantik bila dikenakan, seperti perhiasan xuping, perhiasan titanium, dan masih banyak lagi lainnya.
Semua itu hanya ada di Toko Perhiasan Sefir yang aman dan terpercaya dan merupakan tempat perhiasan yang berseni tinggi.
Informasi selengkapnya silakan klik DISINI>> Toko Perhiasan Online SEFIR.
Makasih gan. Ninggalin jejak dan bookmark ya.
ReplyDeletemau tanya dong perhitungan formula 1 tween 80 7,7 sama 10,7 dpt darimana ya ?
ReplyDeleteKak kalau boleh tau, itu formulanya dapet dari mana ya?
ReplyDelete