HIDUP
DAMAI DAN HARMONIS TANPA KEBENCIAN
Penyebab
dan Dampak dari Kebencian
Manusia dikenal sebagai mahluk individu
dan mahluk social. Sebagai mahluk individu, manusia dapat hidup mandiri atau
berdiri sendiri. Sebagai mahluk individu, manusia dapat hidup mandiri atau
berdiri sendiri. Namun manusia juga membutuhkan orang lain, membutuhkan bantuan
dari pihak lain, berinteraksi dengan orang lain, atau bermasyarakat. Ini
dikenal sebagai mahluk social.
Dengan bersosialisasi, manusia akan memperoleh
pengetahuan, teman, potensi yang dimiliki bisa berkembang dan memperoleh
manfaat-manfaat positif lainnya. Namun juga ada akibat negative dari suatu
interaksi jika bersosialisasi dengan orang-orang yang salah.
Berrsosialisasi, bermasyarakat, tidak
semudah yang kita bayangkan. Ini karena di dalam interaksi akan banyak juga
muncul pertentangan dan peselisihan karena suatu hal. Dalam kehidupan
sehari-hari tidak semuanya bisa sempurna. Jika tidak ditanggapi dengan pikiran
yang positif dan bijaksana, maka akan muncul hal-hal negative seperti
kemarahan, kebencian, bahkan dendam yang berkepanjangan antara individu yang
satu dengan yang lainnya.
Kemarahan, kebencian, dan dendam inilah
yang mengakibatkan ketidakharmonisan dalam bermasyarakat. Banyak masyarakat
yang saling bermusuhan, terjadi perang. Dalam keluarga juga akan terjadi
ketidakharmonisan antara anggota keluarga. Pertengkaran dalam keluarga muncul
akibat kemarahan yang tidak terkendali. Dan yang lebih parah lagi seseorang
bisa saja membunuh orang lain, bahkan orangtuanya sendiri.
Oleh karena itu, kemarahan, kebencian,
dan dendam ini harus dipandang sebagai suatu penyakit yang berbahaya. Ini harus
segera dibasmi karena jika tidak ia akan mengakibatkan terjadinya hal-hal buruk
– pertengkaran, pengetahuan, dan sebagainya.
Penawar
Kebencian
Dalam Anguttara
Nikaya V, Pathama-aghatapativinaya
Sutta, Guru Agung kita, Sang Buddha mengajarkan cara mengatasi dan
menghilangkan dendam, kebencian, dan kemarahan yang muncul. Beliau mengajarkan
lima cara, yaitu :
1.
Mengembangkan Metta atau cinta kasih terhadapnya ;
Ketika
seseorang melakukan suatu kesalahan atau perilaku buruk terhadap kita,
pancarkan pikiran cinta kasih kepadanya. Niat baik mengharapkan orang lain
bahagia itulah yang akan meredam amarah yang muncul.
2.
Mengembangkan Karuna atau belas kasihan terhadapnya ;
Belas
kasihan ini muncul karena mengetahui mahluk lain atau orang lain dalam kondisi
menderita. Demikian juga pada dasarnya semua orang bahkan semua mahluk
mengalami penderitaan. Usia tua , kesakitan, kematian, dan penderitaan lainnya
dialami oleh semua mahluk. Dengan mengetahui ini maka seharusnya kita kasihan
kepada mereka bukan malah membencinya.
3.
Mengembangkan Upekkha atau ketenang-seimbangan ;
Sikap
batin yang tenang akan membuat orang berpikir bijak sebelum bertindak. Dengan
sikap batin ini, maka kemarahan tidak akan mudah menguasai seseorang. Ketika
mengalami suatu masalah, misalnya diperlakukan tidak baik, dihina, dicela oleh
orang lain dan lainnya, sikap batin ini akan emmbantunya memberikan reaksi yang
tepat.
4.
Tidak memikirkan atau memperhatikannya ;
Jika
suatu hal atau masalah yang terjadi dianggap tidak ada, maka itu tidak akan
emmpengaruhi seseorang. Ketidakpedulian ini akan mencegah timbulnya reaksi negative
yang akan muncul.
5.
Menerapkan fakta kepemilikan kamma
Semua
mahluk adalah pemilik perbuatan mereka sendiri. Dengan pengertian ini,maka kita
akan sadar bahwa apapun yang kita perbuat akan berakibat pada kita sendiri.
Jika kita berbuat salah seperti marah, maka akibat buruknya akan kembali kepada
kita-si pembuat. Demikian juga orang lain yang berbuat salah kepada kita,
mereka akan menanggung sendiri akibat perbuatan mereka sendiri. Kita tidak
perlu membalasnya, hukum kamma akan
berjalan sendirinya secara adil.
Dengan lima hal ini diharapkan kita menjadi
orang yang bijak dalam menghadapi permasalahan hidup yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, keharmonisan, kedamaian dalam hidup
dapat kita capai. Dan juga akan dapat meningkatkan kualitas batin kita sedikit
demi sedikit.
Ceramah
Dhamma : Oleh Bhikkhu Candasilo
Tanggal
22 april 2012
Sumber
: Berita Dhammacakka No. 926 Tanggal 22 April 2012
No comments:
Post a Comment