CARA
BERDANA YANG MENDATANGKAN MANFAAT BESAR
Idha nandati pecca
nandati, katapunno ubhayattha nandati
Punnam me katanti
nandati, khiyyo nandati suggatim gato
Si
pembuat kebajikan berbahagia dalam kehidupan ini, ia juga berbahagia dalam
kehidupan yang akan datang, ia berbahagia di kedua alam kehidupan. Ia sangat
berbahagia ketika merenungkan perbuatan bajiknya, dan ia akan lebih bahagia
lagi setelah terlahir di alam surga / bahagia. (Dhammapada 18).
Kata “Dana” berasal
dari bahasa Pali “dana” yang bila
iterjemahkan dalam bahasa Indonesia, artinya : dana, amal , sedekah, pemberian
, atau hadiah. Sementara itu, kegiatan yang berkaitan dengan pemberian dana
disebut berdana. Dana dalam ajaran agama Buddha berperan sebagai landasan yang
paling dasar dan mempunyai peranan yang sangat penting.
Secara universal,
praktik memberi (berdana) dikenal sebagai salah satu keluhuran iman yang paling
mendasar, sesuatu yang membuktikan kedalaman sifat iman dan kemampuan seseorang
untuk transenden diri. Praktik berdana memiliki tempat dan pengertian khusus ,
yaitu sebagai fondasi dan benih perkembangan spiritual. Berdana lebih berfungsi
sebagai landasan dan persiapan yang memberi penekanan dan secara diam-diam
menopang segenap daya upaya untuk membebaskan pikiran dari kekotoran-kekotoran
batin.
Memang berdana tidak
secara langsung dianggap sebagai faktor “sang jalan”. Namun, kontribusinya di
sepanjang jalan pembebasan tidak boleh diabaikan atau dipandang rendah.
Pentingnya kontribusi ini ditekankan oleh Sang Budha. Selain muncul sebagai
topik pertama pada penjelasan Dhamma
yang bertingkat atau praktik-praktik yangberguna bagi kemajuan batin (anupubbi-katha), praktik berdana juga
merupakan unsur pertama dari tiga perbuatan berjasa yang menimbulkan kebajikan
(punna-kiriya-vatthu), sebagai unsur
pertama dari empat sarana yang memberikan manfaat bagi mahluk lain (sangaha-vatthu), dan sebagai unsur
pertama dari sepuluh paramita
(kesempurnaan). Paramita merupakan
keluhuran tingkat tinggi yang harus dikembangkan oleh semua yang berniat mencapai
pencerahan spiritual.
Seperti halnya semua perbuatan
baik, berdana akan memberikan kebahagiaan pada pelakunya di masa sekarang dan
di masa mendatang sesuai dengan hukum
kamma. Berdana menghasilkan manfaat dalam kehidupan sekarang dan dalam
kehidupan-kehidupan yang akan datang tidak peduli apakah kita sadar akan
kenyataan ini atau tidak.
Dalam berdana ada tiga
faktor yang menentukan besarnya jasa kebajikan, yaitu:
1.
Sifat dari motif pemberi dana
Niat
dari pemberi sebelum, selama, dan setelah tindakan berdana itulah yang
terpenting dari tiga faktor yanng terlibat dalam praktik berdana. Terdapat
perbedaan yang mendasar antara tindakan berdana yang kurang bijaksana dan
tindakan berdana yang disertai dengan kebijaksanaan. Berdana yang disertai
dengan kebijaksanaan nilainya lebih tinggi daripada yang pertama. Kedermawanan
yang dihubungkan dengan kebijaksanaan sebelum, selama, dan setelah berdana
merupakan jenis dana tertinggi. Tiga contoh tindakan berdana yang bijaksana
adalah :
a. Berdana
dengan pemahaman yang jelas bahwa menurut hukumm karma tentang sebab akibat,
tindakan kedermawanan akan memberikan hasil-hasil yang bermanfaat di masa
depan.
b. Berdana
dengan kesadaran bahwa yang didanakan, si penerima, dan si pemberi semuanya
tidak kekal.
c. Berdana
dengan tujuan meningkatkan usaha agar menjadi tercerahkan.
Motif
terbaik di dalam berdana adalah niat bahwa tindakan berdana itu memperkuat
usaha seseorang untuk mencapai Nibbana.
Bisa saja seseorang berdana untuk mendapakan nama baik, pujian, ingin terkenal
atau karena takut tidak disukai teman-temannya. Berdana seperti ini akan
membuahkan hasil yang lemah walaupun masih bermanfaat.
2.
Kemurnian spiritual penerima dana
Kemurnian
spiritual penerim dana merupakan faktor lain yang membantu menentukan sifat
dari buah kamma yang akan diterima.
Makin mulia sifat penerima dana, makin besar pula manfaat yang akan diterima
oleh pemberi dana. Praktik berdana juga bermanfaat walaupun diarahkan pada orang
yang belum maju secara spiritual. Jika niat pemberi ana itu baik, walaupun si
penerima dana tidak bermoral, si pemberi dana akan memperoleh jasa kebajikan.
3.
Obyek atau barang yang didanakan
Obyek
atau barang yang didanakan ini hendaknya yang halal, bersih, yang didapat
sesuai dengan mata pencaharian yang benar bukan yang didapat dengan usaha yang
tidak benar.
Karena kita harus
mengalami akibat dari perbuatan-perbuatan kita; perbuatan baik membawa akibat
baik atau kebahagiaan sedangkan perbuatan buruk membawa akibat buruk atau
penderitaan. Sangat masuk akal bila kita mencoba menciptakan perbuatan baik
atau kamma baik sebanyak mungkin.
Sang Buddha menyatakan
bahwa praktik berdana akan membantu usaha kita untuk memurnikan pikiran kita.
Pemberian yang dermawan dengan niat yang baik akan membantu menghapus
penderitaan dengan tiga cara.
1.
Bila kita memutuskan memberikan milik
kita kepada orang lain, sekaligus kita mengurangi kemelekatan kita pada obyek
itu. Maka, membiasakan perbuatan berdana akan melemahkan faktor mental
keserakahan yang merupakan salah satu penyebab utama ketidakbahagiaan.
2.
Berdana dengan niat baik akan emmbuat
kita terlahir di alam bahagia di masa mendatang di lingkungan yang cocok untuk
bisa bertemu Buddha Dhamma murni dan
mempraktikannya.
3.
Dan ini yang paling penting, bila
berdana dipraktikkan dengan niat agar pikiran menjadi cukup ulet untuk
pencapaian Nibbana, tindakan
kedermawanan ini membantu kita mengembangkan
sila, samadhi, dan panna langsung
di masa kini.
Ketiga tahap ini
membentuk Jalan Mulia Berunsur Delapan yang diajarkan oleh Sang Buddha dan
penyempurnaan sang jalan akan mengakibatkan padamnya penderitaan.
Ceramah Oleh : Bhikkhu
Santadhiro (Minggu , 04 Januari 2015 )
Sumber : Berita
Dhammacakka No. 1069 Tgl. 04 Januari 2015
No comments:
Post a Comment