Pasang Iklan Di Sini

Monday, February 4, 2013

Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama

(Dijual sebuah Counter di dalam City Mall Tangerang, ukuran 2 x 2 meter. Harganya sangat murah, hanya Rp 110 juta saja. Hubungi Sutini Herawati: 0818111368 / 02190450533. Pin bb: 7dfe719a. Foto counter menyusul.)
=================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram   = Rp. 8.000,-
2. 250 gram   = Rp. 10.000,-
3. 500 gram   = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-

Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a
8 Sallekha Sutta
Pemurnian

1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

2. Kemudian, pada malam harinya, Yang Mulia Mahā Cunda bangkit dari meditasi dan mendatangi Sang Bhagavā. Setelah bersujud pada Sang Bhagavā ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Beliau:

3. “Yang Mulia, berbagai pandangan muncul di dunia berkaitan dengan doktrin-doktrin tentang diri atau doktrin-doktrin tentang dunia. Sekarang apakah meninggalkan dan melepaskan pandangan-pandangan itu terjadi dalam diri seorang bhikkhu yang memperhatikan hanya pada bagian permulaan [dari latihan meditasinya]?”

“Cunda, sehubungan dengan berbagai pandangan muncul di dunia yang berkaitan dengan doktrin-doktrin tentang diri atau doktrin-doktrin tentang dunia: jika [obyek] yang sehubungan dengannya pandangan-pandangan itu muncul, di mana pandangan-pandangan itu berlandaskan, dan di mana pandangan-pandangan itu diterapkan dilihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku,’ maka meninggalkan dan melepaskan pandangan-pandangan itu terjadi.

(DELAPAN PENCAPAIAN)

4. “Adalah mungkin di sini, Cunda, bahwa dengan cukup terasing dari kenikmatan-kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian.’ Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘pemurnian’ dalam Disiplin Yang Mulia: ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ [41] dalam Disiplin Yang Mulia.

5. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan diamnya awal pikiran dan kelangsungan pikiran, seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian.’ Tetapi .. ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ dalam Disiplin Yang Mulia.

6. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan meluruhnya kegembiraan, seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam keseimbangan, dan penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, masih merasakan kenikmatan pada jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga, yang sehubungan dengannya para mulia menyatakan: ‘Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki keseimbangan dan penuh perhatian.’ Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian.’ Tetapi .. ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ dalam Disiplin Yang Mulia.

7. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāṅa ke empat, yang tanpa kesakitan juga tanpa kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian.’ Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘pemurnian’ dalam Disiplin Yang Mulia: ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ dalam Disiplin Yang Mulia.

8. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada persepsi keberagaman, menyadari bahwa ‘ruang adalah tanpa batas,’ seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan ruang tanpa batas. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian.’ Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘pemurnian’ dalam Disiplin Yang Mulia: ini disebut ‘kediaman yang damai’ dalam Disiplin Yang Mulia.

9. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui landasan ruang tanpa batas, menyadari bahwa ‘kesadaran adalah tanpa batas,’ seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan kesadaran tanpa batas. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian.’ Tetapi … ini disebut ‘kediaman yang damai’ dalam Disiplin Yang Mulia.

10. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui landasan kesadaran tanpa batas, menyadari bahwa ‘tidak ada apa-apa,’ seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan kekosongan. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian.’ Tetapi … ini disebut ‘kediaman yang damai’ dalam Disiplin Yang Mulia.

11. “Adalah mungkin di sini bahwa dengan sepenuhnya melampaui landasan kekosongan, seorang bhikkhu di sini masuk dan berdiam dalam landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian.’ [42] Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘pemurnian’ dalam Disiplin Yang Mulia: ini disebut ‘kediaman yang damai’ dalam Disiplin Yang Mulia.

(PEMURNIAN)

12. Sekarang, Cunda, di sini pemurnian harus engkau praktikkan:

(1) ‘Orang lain akan bertindak kejam; kita tidak akan bertindak kejam di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(2) ‘Orang lain akan membunuh makhluk-makhluk hidup; kita harus menghindari pembunuhan makhluk-makhluk hidup di sini’; pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(3) ‘Orang lain akan mengambil apa yang tidak diberikan; kita harus menghindari tindakan mengambil apa yang tidak diberikan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(4) ‘Orang lain tidak selibat; kita harus selibat di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(5) ‘Orang lain akan mengatakan kebohongan; kita harus menghindari kebohongan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(6) ‘Orang lain akan mengucapkan fitnah; kita harus menghindari mengucapkan fitnah di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(7) ‘Orang lain akan berkata-kata kasar; kita harus menghindari berkata-kata kasar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(8) ‘Orang lain akan bergosip; kita harus menghindari gosip di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(9) ‘Orang lain akan tamak; kita tidak boleh tamak di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(10) ‘Orang lain akan memiliki niat buruk; kita harus tanpa niat buruk di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(11) ‘Orang lain akan memiliki pandangan salah; kita harus memiliki pandangan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(12) ‘Orang lain akan memiliki kehendak salah; kita harus memiliki kehendak benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(13) ‘Orang lain akan memiliki ucapan salah; kita harus memiliki ucapan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(14) ‘Orang lain akan memiliki perbuatan salah; kita harus memiliki perbuatan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(15) ‘Orang lain akan memiliki penghidupan salah di sini; kita harus memiliki penghidupan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(16) ‘Orang lain akan memiliki usaha salah; kita harus memiliki usaha benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(17) ‘Orang lain akan memiliki perhatian salah; kita harus memiliki perhatian benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(18) ‘Orang lain akan memiliki konsentrasi salah; kita harus memiliki konsentrasi benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(19) ‘Orang lain akan memiliki pengetahuan salah; kita harus memiliki pengetahuan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(20) ‘Orang lain akan memiliki kebebasan salah; kita harus memiliki kebebasan benar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(21) ‘Orang lain akan dikuasai oleh kelambanan dan ketumpulan; kita harus terbebas dari kelambanan dan ketumpulan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(22) ‘Orang lain akan gelisah; kita tidak boleh gelisah di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(23) ‘Orang lain akan merasa ragu-ragu; kita harus melampaui keragu-raguan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(24) ‘Orang lain akan marah; kita tidak boleh marah di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(25) ‘Orang lain akan kesal; kita tidak boleh kesal di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian. [43]
(26) ‘Orang lain akan bersikap meremehkan; kita tidak boleh bersikap meremehkan’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(27) ‘Orang lain akan congkak; kita tidak boleh congkak di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(28) ‘Orang lain akan merasa iri; kita tidak boleh iri di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(29) ‘Orang lain akan bersifat tamak; kita tidak boleh tamak di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(30) ‘Orang lain akan curang; kita tidak boleh curang di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(31) ‘Orang lain akan menipu; kita tidak boleh menipu di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(32) ‘Orang lain akan keras-kepala; kita tidak boleh keras-kepala di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(33) ‘Orang lain akan angkuh; kita tidak boleh angkuh di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(34) ‘Orang lain akan sulit dinasihati; kita harus mudah dinasihati di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(35) ‘Orang lain akan memiliki teman-teman jahat; kita harus memiliki teman-teman baik di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(36) ‘Orang lain akan lalai; kita harus rajin di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(37) ‘Orang lain akan tidak berkeyakinan; kita harus berkeyakinan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(38) ‘Orang lain akan tidak memiliki rasa malu; kita harus memiliki rasa malu di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(39) ‘Orang lain akan tidak memiliki rasa takut melakukan perbuatan salah; kita harus takut melakukan perbuatan salah di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(40) ‘Orang lain akan sedikit belajar; kita harus banyak belajar di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(41) ‘Orang lain akan malas; kita harus bersemangat di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(42) ‘Orang lain akan tanpa perhatian; kita harus kokoh dalam perhatian di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(43) ‘Orang lain akan tidak memiliki kebijaksanaan; kita harus memiliki kebijaksanaan di sini’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.
(44) ‘Orang lain akan terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri, menggenggamnya erat-erat, dan melepaskannya dengan susah-payah; kita tidak boleh terikat pada pandangan-pandangan kita sendiri atau menggenggamnya erat-erat, melainkan harus melepaskannya dengan mudah’: pemurnian harus dipraktikkan demikian.

(KECONDONGAN PIKIRAN)

13. “Cunda, Aku katakan bahwa bahkan kecondongan pikiran pada kondisi-kondisi bermanfaat adalah bermanfaat besar, apalagi tindakan-tindakan perbuatan dan ucapan yang selaras [dengan keadaan pikiran demikian]? Oleh Karena itu, Cunda:
(1) Pikiran harus condong pada: ‘Orang lain akan kejam; kita tidak boleh kejam di sini.’
(2) Pikiran harus condong pada: ‘Orang lain akan membunuh makhluk-makhluk hidup; kita harus menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup di sini.
(3)-(43) Pikiran harus condong pada: …
(44) Pikiran harus condong pada: ‘Orang lain akan terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri, menggenggamnya erat-erat, dan melepaskannya dengan susah-payah; kita tidak boleh terikat pada pandangan-pandangan kita sendiri atau menggenggamnya erat-erat, melainkan harus melepaskannya dengan mudah.’

(PENGHINDARAN)

14. “Cunda, misalkan terdapat jalan setapak yang tidak rata dan ada jalan setapak lainnya yang rata untuk menghindari jalan setapak yang tidak rata; dan misalkan terdapat penyeberangan yang tidak rata dan ada penyeberangan lain yang rata untuk menghindari penyeberangan yang tidak rata. [44] demikian pula:

(1) Seseorang yang terbiasa kejam memiliki ketidak-kejaman untuk menghindarinya.
(2) Seseorang yang terbiasa membunuh makhluk-makhluk hidup memiliki penghindaran dari pembunuhan untuk menghindarinya.
(3) Seseorang yang terbiasa mengambil apa yang tidak diberikan memiliki penghindaran dari mengambil apa yang tidak diberikan untuk menghindarinya.
(4) Seorang yang tidak selibat memiliki selibat untuk menghindarinya.
(5) Seorang yang terbiasa berbohong memiliki penghindaran dari berbohong untuk menghindarinya.
(6) Seorang yang terbiasa mengucapkan fitnah memiliki penghindaran dari mengucapkan fitnah untuk menghindarinya.
(7) Seorang yang terbiasa berkata kasar memiliki penghindaran dari berkata kasar untuk menghindarinya.
(8) Seorang yang terbiasa bergosip memiliki penghindaran dari bergosip untuk menghindarinya.
(9) Seorang yang terbiasa tamak memiliki sifat tidak tamak untuk menghindarinya.
(10) Seorang yang terbiasa berniat buruk memiliki tanpa niat buruk untuk menghindarinya.
(11) Seorang yang terbiasa berpandangan salah memiliki pandangan benar untuk menghindarinya.
(12) Seorang yang terbiasa berkehendak salah memiliki kehendak benar untuk menghindarinya.
(13) Seorang yang terbiasa berucapan salah memiliki ucapan benar untuk menghindarinya.
(14) Seorang yang terbiasa berperbuatan salah memiliki perbuatan benar untuk menghindarinya.
(15) Seorang yang terbiasa berpenghidupan salah memiliki penghidupan benar untuk menghindarinya.
(16) Seorang yang terbiasa berusaha salah memiliki usaha benar untuk menghindarinya.
(17) Seorang yang terbiasa berperhatian salah memiliki perhatian benar untuk menghindarinya.
(18) Seorang yang terbiasa berkonsentrasi salah memiliki konsentrasi benar untuk menghindarinya.
(19) Seorang yang terbiasa berpengetahuan salah memiliki pengetahuan benar untuk menghindarinya.
(20) Seorang yang terbiasa berkebebasan salah memiliki kebebasan benar untuk menghindarinya.
(21) Seorang yang terbiasa dengan kelambanan dan ketumpulan memiliki kebebasan dari kelambanan dan ketumpulan untuk menghindarinya.
(22) Seorang yang terbiasa dengan kegelisahan memiliki ketidak-gelisahan untuk menghindarinya.
(23) Seorang yang terbiasa dengan keragu-raguan memiliki keadaan yang melampaui keragu-raguan untuk menghindarinya.
(24) Seorang yang terbiasa dengan kemarahan memiliki ketidak-marahan untuk menghindarinya.
(25) Seorang yang terbiasa dengan kekesalan memiliki ketidak-kesalan untuk menghindarinya.
(26) Seorang yang terbiasa bersikap meremehkan memiliki sikap tidak-meremehkan orang lain untuk menghindarinya.
(27) Seorang yang terbiasa bersikap congkak memiliki sikap tidak congkak untuk menghindarinya.
(28) Seorang yang terbiasa iri memiliki ketidak-irian untuk menghindarinya.
(29) Seorang yang terbiasa tamak memiliki ketidak-tamakan untuk menghindarinya.
(30) Seorang yang terbiasa curang memiliki ketidak-curangan untuk menghindarinya.
(31) Seorang yang terbiasa menipu memiliki sikap tidak-menipu untuk menghindarinya.
(32) Seorang yang terbiasa bersifat keras-kepala memiliki ketidak-keras-kepalaan untuk menghindarinya.
(33) Seorang yang terbiasa bersifat angkuh memiliki ketidak-angkuhan untuk menghindarinya.
(34) Seorang yang terbiasa sulit dinasihati memiliki sifat mudah dinasihati untuk menghindarinya.
(35) Seorang yang terbiasa bergaul dengan teman-teman jahat memiliki pergaulan dengan teman-teman baik untuk menghindarinya.
(36) Seorang yang terbiasa lalai memiliki kerajinan untuk menghindarinya.
(37) Seorang yang terbiasa tidak berkeyakinan memiliki keyakinan untuk menghindarinya.
(38) Seorang yang terbiasa tidak merasa malu memiliki rasa malu untuk menghindarinya.
(39) Seorang yang terbiasa merasa tidak takut melakukan perbuatan salah memiliki rasa takut melakukan perbuatan salah untuk menghindarinya.
(40) Seorang yang terbiasa sedikit belajar memiliki banyak belajar untuk menghindarinya.
(41) Seorang yang terbiasa malas memiliki pembangkitan semangat untuk menghindarinya.
(42) Seorang yang terbiasa tanpa perhatian memiliki kekokohan perhatian untuk menghindarinya.
(43) Seorang yang terbiasa tanpa kebijaksanaan memiliki perolehan kebijaksanaan untuk menghindarinya.
(44) Seorang yang terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri, yang menggenggamnya erat-erat dan melepaskannya dengan susah-payah, memiliki ketidak-terikatan pada pandangan-pandangannya sendiri, tidak menggenggamnya erat-erat dan melepaskannya dengan mudah, untuk menghindarinya.

(JALAN YANG MENGARAH KE ATAS)

15. “Cunda, seperti halnya semua kondisi-kondisi tidak bermanfaat mengarah ke bawah dan semua kondisi-kondisi bermanfaat mengarah ke atas, demikian pula:

(1) Seseorang yang terbiasa kejam memiliki ketidak-kejaman untuk mengarahkannya ke atas
(2) Seseorang yang terbiasa membunuh makhluk-makhluk hidup memiliki penghindaran dari pembunuhan untuk mengarahkannya ke atas.
(3-43) Seseorang yang terbiasa … untuk mengarahkannya ke atas
(44) Seorang yang terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri, yang menggenggamnya erat-erat [45] dan melepaskannya dengan susah-payah, memiliki ketidak-terikatan pada pandangan-pandangannya sendiri, tidak menggenggamnya erat-erat dan melepaskannya dengan mudah, untuk mengarahkannya ke atas.

(JALAN UNTUK MEMADAMKAN)

16. “Cunda, bahwa seseorang yang tenggelam dalam lumpur harus menarik seorang lainnya yang tenggelam dalam lumpur adalah tidak mungkin; bahwa seseorang yang tidak tenggelam dalam lumpur harus menarik seorang lainnya yang tenggelam dalam lumpur adalah mungkin. Bahwa seorang yang tidak jinak, tidak disiplin, [dengan kekotoran] belum padam, harus menjinakkan orang lain, mendisiplinkannya, dan membantunya memadamkan [kekotorannya] adalah tidak mungkin; Bahwa seorang yang jinak, disiplin, [dengan kekotoran] telah padam, harus menjinakkan orang lain, mendisiplinkannya, dan membantunya memadamkan [kekotorannya] adalah mungkin. Demikian pula:

(1) Seseorang yang terbiasa kejam memiliki ketidak-kejaman untuk memadamkannya.
(2) Seseorang yang terbiasa membunuh makhluk-makhluk hidup memiliki penghindaran dari pembunuhan untuk memadamkannya.
(3-43) Seseorang yang terbiasa … [46] … untuk memadamkannya.
(44) Seorang yang terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri, yang menggenggamnya erat-erat dan melepaskannya dengan susah-payah, memiliki ketidak-terikatan pada pandangan-pandangannya sendiri, tidak menggenggamnya erat-erat dan melepaskannya dengan mudah, untuk memadamkannya.

(PENUTUP)

17. “Maka, Cunda, jalan pemurnian telah diajarkan olehKu, jalan kecondongan pikiran telah diajarkan olehKu, jalan penghindaran telah diajarkan olehKu, jalan pemadaman telah diajarkan olehKu.

18. “Apa yang harus dilakukan untuk para siswaNya demi belas kasih seorang guru yang mengusahakan kesejahteraan mereka dan memiliki belas kasihan pada mereka, telah Aku lakukan untukmu, Cunda. Ada bawah pepohonan ini, gubuk-gubuk kosong ini. Bermeditasilah, Cunda, jangan menunda atau engkau akan menyesalinya kelak. Ini adalah instruksi kami kepadamu.”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Yang Mulia Mahā Cunda merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.

No comments:

Post a Comment