Pasang Iklan Di Sini

Friday, December 14, 2012

Cara Menjadi Raja Para Dewa

(Dijual sebuah Counter di dalam City Mall Tangerang, ukuran 2 x 2 meter. Harganya sangat murah, hanya Rp 110 juta saja. Cocok untuk usaha di dalam Mall. Hubungi: 0818111368 / 02190450533. Pin bb: 7dfe719a. Foto counter menyusul. Bagi yang membantu memasarkan, akan dapat komisi.)

======================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram   = Rp. 8.000,-
2. 250 gram   = Rp. 10.000,-
3. 500 gram   = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-

Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a


Cara Menjadi Raja Para Dewa
Dalam Pattakama Sutta, Angutara Nikaya, Upasaka Anataphindika menyampaikan kepada Sang Buddha apa yang menjadi cita citanya sebagai umat awam. Anataphindika menyampaikan sebagai umat awam ada Empat Keinginan yang dicita citakannya yaitu:
1. menjadi kaya dengan jalan Dhamma
2. Termashyur
3. Sehat dan berumur panjang
4. Setelah berakhir, terlahir kembali di alam surga.

Sang Buddha menjelaskan kepada Anataphindika bahwa keempat keinginan ini adalah keinginan yang wajar, mengingat memang demikianlah yang dicita-citakan umat awam

Surga
Pandangan umum menjelaskan bahwa surga adalah alam bahagia, menyenangkan dan penuh kenikmatan. Dalam agama Buddha, surga juga digambarkan demikian, tetapi surga dalam agama Buddha bukanlah menjadi tujuan yang tertinggi. Dalam agama Buddha, surga terdiri dari berbagai tingkatan alam tidak hanya satu alam saja. Surga dalam agama Buddha ada 26 alam surga. Surga menjadi banyak, mengingat setiap orang yang berbuat bajik secara kualitas (mutu/bobot kebajikan) dan kuantitas (Jumlah kebajikan ) berbeda beda.
26 alam surga itu adalah: 6 alam srga biasa, 16 alam surga menengah (alam brahma Rupaloka), dan 4 alam surga tingkar tinggi.

Raja Para Dewa
Dalam agama Buddha juga dikenal adanya Raja Dewa, Dewa yang menjadi Raja di Surga. Raja Dewa dikenal dengan sebutan Sakka, yang berkuasa  menjadi raja Dewa di alam surga Catumaharajika (surga tingkat 1) dan Tavatimsa (surga tingkat 2). Dalam beberapa sutta seperti Ambattha sutta, Digha Nikaya, Sakka diidentikkan dengan Vajirapani, dewa yang menjadi simbol kejujuran dan kebijaksanaan. Dalam cerita pewayangan, Sakka identik dengan dewa Indra.

Vatapada sutta, Sakka Samyuta dari Samyutta Nikaya, SangBuddha menjelaskan kepada para Bhikkhu beberapa nama Sakka pada kehidupan lampaunya saat menjadi manusia. " Para Bhikkhu, dimasa lampau, ketika Sakka, Raja Dewa, adalah seorang manusia, ia seoang pemuda bernama Magha, itulah sebabnya sehingga dia dinamakan Maghava.

............... ia memberikan dana di kota demi kota, oleh karena itu ia dinamakan Purindada, si pemberi penduduk kota.
................ia senang memberikan hormat (sakkacam), maka ia dinamakan Sakka.
................ia memberikan tempat tinggal (avasatham) maka ia dinamakan Vasava.
................ia memikirkan sebanyak 1000 persoalan (sahassam attham) dalam sesaat, maka ia dinamakan Sahassakkha, bermata seribu. Raja Dewa mempunyai istri bernama Sujata, putri Asura, maka ia dinamakan Sujampati. Raja Dewa Sakka mempunyai kekuasaan sebagai pemimpin, dan menguasai para dewa alam surga Tavatimsa, maka ia dinamakan "Raja Devati".

Cara untuk dapat terlahir sebagai Sakka
Dalam Dhammapada Atthakatha, sang Buddha menceritakan salah satu kehidupan lampau Sakka, yaitu saat Sakka terlahir sebagai seorang pemuda bernama Magha yang giat dan bersemangat dalam melakukan berbagai macam kebajikan.
Suatu waktu Pangeran Licchavi, bernama Mahali, datang untuk mendengarkan khotbah Dhamma yang disampaikan Sang Buddha. Khotbah yang dibabarkan adalah Sakka Panha Suttanta (Khotbah Tentang Pertanyaan Dewa Sakka). Sang Mahali kemudian berpikir bahwa Sang Buddha pernah berjumpa dengan Dewa Sakka secara langsung. Untuk meyakinkan hal tersebut, ia bertanya kepada Sang Buddha.

Sang Buddha menjawab "Mahali, Aku mengenal Sakka; Aku juga mengetahui apa yang menyebabkan dia menjadi Sakka".
Kemudian Beliau bercerita kepada Mahali bahwa Sakka, Raj aPara Dewa, pada kehidupannya yang lampau adalah seorang pemuda Magha, tinggal di desa Macala.
Pemuda Magha dan tiga puluh dua temannya pergi untuk membangun jalan dan tempat tinggal. Magha juga bertekad untuk melakukan tujuh kewajiban.
Tujuh kewajiban tersebut adalah:
1. Dia akan merawat kedua orang tuanya.
2. Dia akan menghormati orang yang lebih tua.
3. Dia akan berkata sopan.
4. Dia akan menghindar membicarakan orang lain / memfitnah.
5. Dia tidak akan menjadi orang yang kikir, dia akan menjadi orang yang murah hati (gemar berdana).
6. Dia akan berkata jujur
7. Dia akan menjaga dirinya untuk tidak mudah marah.
Karena kelakuannya baik dan tingkah lakunya benar pada kehidupannya yang lampau, Magha dilahirkan kembali sebagai Sakka Raja Para Dewa.

Kesimpulan
Dalam Dhamma, diajarkan bagaimana mencapai kebahagiaan hidup saat ini, hidup yang akan datang, juga cara mencapai kebahagiaan tertinggi (kesucian). Bagi yang ingin terlahir kembali di alam surga, dalam Dhamma juga ditunjukkan caranya, cara yang mana bukan hanya terlahir di alam surga senagai dewa dewi biasa, tetapi juga diajarkan bagaiamana caranya menjadi Sakka, Raja Para Dewa.

Disadur dari Berita Dhammacakkha No. 948 Tanggal 23 September 2012.
Sumber:
-Dhammapada Atthakatha, Vihara Vidyaloka, Jogjakarta
-Samyutta Nikaya I, Sagatha Vagga, Dhammacitta Press.

No comments:

Post a Comment