KENDALIKAN AMARAHMU BAGAIKAN
KUSIR SEJATI
Yo ve uppatitam kodham,
ratham bhatam va dharaye
Tam’aham sarathim brumi,
rasmiggaho itaro jano.
Seseorang yang dapat
mengekang amarah yang memuncak, seperti kusir yang pandai mengendalikan kereta
kuda yang lepas kendali, orang seperti itu Aku sebut sebagai kusir sejati,
sedangkan lainny ahanya sekedar pemegang tali kekang saja.
(Syair Dhammapada Kodha
Vagga, 222)
Suatu ketika ada orang yang sangat marah. Ia mencela
habis-habisan sahabatnya yang dianggap tidak berguna lagi. Ia marah atas dasar
laporan dari orang lain. Kemudian, ia berkata “dasar orang tidak berguna dan
hanya membuat orang lain sulit saja”. Mendengarkan makian dari sahabatnya, ia
hanya diam seribu bahasa. Ia berpikir, “haruskah saya dimarah?” Kata-kata kasar
itu sangat jelas di telinganya. Gejolak pikirannya demikian kuat antara mau
marah dan tidak marah. Apa yang anda lakukan jika berada dalam kondisi seperti
itu ? Contoh lainnya, ada seorang umat yang datang ke vihara, ia menghela nafas
dan kemudian berkata, “hidup ini sulit, saya sudah berusaha baik tetapi masih
saja ada yang tidak suka.”
Dalam pergaulan seringkali bertemu dengan orang-orang
yang tidak suka dan cenderung benci. Seolah-olah apa yang kita lakukan tidak
sesuai dengan orang tersebut, padahal yang kita lakukan adalah sesuatu yang
baik. Perasaan yang tidak nyaman kadang kala muncul. Anda mulai terjebak dan
larut dalam persoalan tersebut, kenapa hal ini terjadi ?
Bagaimana amarah muncul ?
Sang Buddha menjelaskan dalam Adittapariyaya Sutta,
munculnya amarah ketika enam indera kita bertemu dengan obyek yang tidak
menyenangkan. Contohnya, mata melihat obyek yang dibenci baik mahluk hidup
ataupun segala macam barang yang tidak disukai. Telinga mendengar suara yang
menyakitkan. Hidung mencium bau yang tidak harum atau tidak wangi. Lidah
merasakan rasa yang tidak enak. Kulit mendapat sentuhan yang tidak halus.
Sedangkan pikiran mendapat obyek yang tidak menyenangkan hasil dari penerapan
lima indera kita. Pada saat enam indera ini bertemu dengan obyek yang tidak
menyenangkan, maka sering kali kita mempunyai keinginan untuk menghindari obyek
tersebut. Ada akibat yang lebih menakutkan jika obyek yang kita benci adalah
manusia, amarah yang tidak tertahan akan mengakibatkan orang lain terbunuh atau
menderita.
Jenis Ukiran Amarah
Sang Buddha menjelaskan , terdapat berbagai macam
tukang ukir kehidupan (Anguttara Nikaya
I, 283). Pertama adalah tukang ukir yang mengukir di atas batu karang dan
batu cadas; diumpaamakan orang yang sudah lama jengkel, marah, atau benci, ia
akan menyimpan kebencian dan kejengkelannya bukan untuk waktu 1-2 bulan, tetapi
bertahun-tahun.
Jenis ukiran yang kedua, seperti orang yang mengukir
di atas pasir. Ada ukiran, ada gambar, bisa bertahan untuk waktu yang
sementara.
Jenis yang ketiga, yaitu mengukir di atas air. Ketika
anda menulis huruf “A” di permukaan dinding bak mandi, bekas garisnya ada ,
tetapi lansung hilang.
Solusi Mengatasi Amarah
Munculnya api kemarahan dalam diri manusia adalah
karena keserakahan (Lobha) dan
kebodohan batin (moha). Untuk
mencegah terjadinya amarah dalam diri manusia, kita haruslah memperhatikan kelima
macam cara (Anguttara Nikaya V, 161)
yaitu :
1.
Kembangkan
Cinta Kasih (Metta)
Cinta kasih yang dapat membantu melenyapkan amarah
adalah cinta kasih yang tidak memihak, tulus, seperti yang tertulis dalam
Karaniyametta Sutta : ”Sebagaimana seorang ibu mempertaruhkan jiwa melindungi
putra tunggalnya, demikian terhadap semua mahluk kembangkanlah pikiran cinta
kasih tanpa batas.”
2.
Sikap
belas kasih (Karuna)
Ketika seseorang memiliki rasa belas kasihan yang
merupakan bagian dari brahmavihara, memiliki sifat peduli dengan penderitaan
mahluk lain atau kepedulian terhadap sesama masyarakat yang mengalami
kesusahan.
3.
Keseimbangan
batin (Upekkha)
Dengan memiliki batin yang seimbang, bisa menerima
segala yang masuk melalui enam indera kita, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan, maka kebencian akan tidak berkembang.
4.
Melupakan
kebencian (Asati amanasikara)
5.
Dengan
mengingat hal-hal yang baik dan bermanfaat yang telah dilakukan oleh orang yang
kita benci dan berusaha melupakan hal-hal buruk yang telah dilakukannya.
6.
Merenung
tentang kepemilikan perbuatan setiap mahluk (Kammasakata)
Setiap mahluk merupakan pemilik perbuatan mereka
sendiri, terwarsi oleh perbuatan mereka sendiri, lahir dari perbuatan mereka
sendiri, berkerabat dengan perbuatan mereka sendiri, tergantung pada perbuatan
mereka sendiri. Perbuatan apapun yang mereka lakukan, baik ataupun buruk,
perbuatan itulah yang akan mereka warisi
Kendalikan Amarahmu Bagaikan
Kusir Sejati
Seorang bhikkhu dari Alavi hendak membangun sebuah
vihara untuk dirinya snediri, dan mulai menebang sebuah pohon. Suatu ketika
Rukkha Deva yang mendiami pohon tersebut mencoba untuk mencegahnya, dengan
alasan bahwa dia dengan bayinya tak tahu mau kemana lagi harus tinggal. Ketika
gagal menghentikan perbuatan bhikkhu tersebut , Rukkha Deva meletakkan anaknya
pada sebuah dahan, berharap membuat bhikkhu tersebut berhenti menebang. Namun,
bhikkhu tersebut mengayunkan kapaknya dan tidak dapat menghentikan seketika,
sehingga tanpa sengaja memotong lengan bayi tersebut. Melihat bayinya terluka,
Rukkha deva sangat marah dan hampir membunuh bhikkhu tersebut. Untungnya dia
mampu berpikir :”Bila saya membunuh bhikhu tersebut, berarti saya membunuh
sorang yang menjalankan sila.: Hal ini membuatku menderita di alam neraka. Deva
pohon lainnya akan meniru yang aku perbuat dan semakin banyak bhikkhu akan
terbunuh. Tetapi, bhikkhu ini pasti mempunyai guru. Aku harus menemui gurunya
dan kemudian ia menghadap Sang Buddha Gotama. Sambil menangis Rukkha Deva
menceritakan semua yang telah menimpanya. Kemudian Sang Buddha Gotama berkata
dan menasehati Rukkha Deva:”O, Rukkha Deva, engkau telah berhasil baik
mengendalikan dirimu sendiri” pada saat khotbah dhamma itu berakhir, Rukkha
Deva mencapai tingkat kesucian Sotapatti dan dia diperbolehkan mendiami sebuah
pohon di dekat kamar harum Sang Buddha.
Ceramah Dhamma oleh : Bhikkhu Gunaseno tanggal 14 Juni
2015
Sumber : Berita Dhammacakka no. 1092 tanggal 14 Juni
2015
No comments:
Post a Comment