Pasang Iklan Di Sini

Friday, May 30, 2014

5 alasan mengapa Bandung bisa menjadi Silicon Valley-nya Indonesia

Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram   = Rp. 8.000,-
2. 250 gram   = Rp. 10.000,-
3. 500 gram   = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a / kirim lewat email : ricky_kurniawan01@yahoo.com

5 alasan mengapa Bandung bisa menjadi Silicon Valley-nya Indonesia

Ketika para entrepreneur berekspansi ke Indonesia, sebagian besar dari mereka akan memprioritaskan untuk mendirikan kantor di Jakarta. Di atas kertas, itu masuk akal. Tidak hanya karena kota ini sering menjadi tuan rumah bagi banyak acara startup di dalam negeri, Jakarta juga merupakan tempat dimana banyak kesepakatan bisnis dibuat. Tapi sekarang kota tetangganya, Bandung, juga ingin ikut ambil bagian.
Ridwan Kamil, walikota Bandung, ingin mengubah pola pikir capital-first dan meyakinkan orang bahwa Bandung bisa menjadi tujuan yang lebih baik dari Jakarta karena beberapa alasan.
Ridwan Kamil beberapa hari yang lalu berbicara tentang visinya untuk Bandung di sebuah acara di Jakarta. Berikut adalah lima poin yang dibuat oleh Ridwan Kamil untuk kotanya:
(Baca juga: Mengapa Indonesia diramalkan sebagai pasar teknologi masa depan yang tak bisa diabaikan)

1. Bandung memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk perusahaan teknologi

Institut Teknologi Bandung
Institut Teknologi Bandung
Dengan lebih dari delapan juta orang penduduk, Bandung adalah kota terbesar ketiga di Indonesia, di bawah Jakarta dan Surabaya. Populasi penduduknya yang muda dan melek teknologi semakin mendukung ekosistem teknologi di kota ini. Menurut Ridwan Kamil, 60 persen warga Bandung berusia di bawah 40 tahun yang merupakan usia produktif untuk bekerja. Bandung juga merupakan kota dengan basis pengguna Twitter terbesar keenam di dunia.
Banyak orang Indonesia yang datang ke Bandung untuk belajar. Kota ini memiliki lebih dari 80 lembaga pendidikan tinggi termasuk perguruan tinggi teknologi terbesar di Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB). Orang-orang muda ini bisa menjadi bakat besar, kata Ridwan, serta menjadi calon pengguna yang bagus untuk setiap perusahaan teknologi yang membuka kantor di Indonesia. Upah minimum kota Bandung juga sedikit lebih rendah dari Jakarta.

2. Startup friendly

Ridwan Kamil yang juga merupakan seorang entrepreneur (ia merupakan lulusan master dari University of California, Berkeley, yang kemudian mendirikan Urbane Indonesia, sebuah perusahaan arsitektur, desain perkotaan, dan proyek). Ia paham betapa sulitnya bagi startup untuk beroperasi di tahun-tahun awal. Meskipun belum resmi menjadi kebijakan pemerintah setempat, Ridwan Kamil ingin membantu startup yang berbasis di Bandung. Ia memberikan sebuah contoh bagaimana ia menyediakan sebuah bangunan kosong sebagai kantor gratis untuk startup yang masih berada di tahun pertama mereka. Walikota Bandung juga berencana untuk memberikan insentif kepada perusahaan-perusahaan baru, misalnya pajak yang lebih rendah.
Beberapa startup teknologi asal Bandung yang menonjol adalah developer game Agate Studio, Digital Happiness, Nightspade1, dan Tinker Games, serta developer mobile Dycode, perusahaan outsourcing teknologi Walden Global Services, dan marketplace properti UrbanIndo. Bandung Digital Valley milik Telkom, komunitas teknologi khusus wanita IDGeeksGirls, dan komunitas teknologi Bandung FOWAB juga berbasis di sana.

3. Pemerintah kota Bandung sangat mendukung inisiatif teknologi

ridwan-kamil-robert-blake
Walikota Bandung Ridwan Kamil dan Duta Besar Amerika Serikat Robert Blake
Ridwan Kamil mungkin baru saja menjabat sebagai walikota delapan bulan yang lalu, tetapi dalam waktu yang singkat itu ia telah membuat perubahan yang signifikan terkait sikap pemerintah terhadap penggunaan teknologi. Ia menyebutkan lima pilar ‘kota pintar’ dalam rencananya: infrastruktur teknologi, pemerintahan yang berorientasi teknologi, pemerintahan yang terbuka, pemberdayaan, dan “teknopolis” (lebih lanjut tentang ini di bawah).
(Baca juga: 5 startup menarik di Tech in Asia Meetup Bandung)
Dalam delapan bulan terakhir, pemerintah kota Bandung telah memasang sekitar 5.000 hotspot wi-fi yang tersebar di seluruh kota. Target mereka tahun ini adalah memasang hingga 40.000 hotspot untuk memastikan lebih banyak warga Bandung yang bisa online. Pemerintah juga mempersiapkan “layanan publik Google of Bandung”, yang memungkinkan pengguna mengakses berbagai layanan publik secara online. Layanan ini termasuk sistem pengaduan online yang membantu mengurangi korupsi di Bandung, dan juga e-Kelurahan, yang memungkinkan warga untuk men-download formulir publik secara online sehingga tidak harus pergi ke departemen terkait untuk sekedar mendapatkan formulir.
Pemerintah kota Bandung sangat terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak guna mengembangkan semua jenis solusi online. Salah satu bentuk kerjasama tersebut adalah dengan perusahaan informasi dan komunikasi terbesar di Indonesia, Telkom, dengan mengembangkan e-Puskesmas, sebuah manajemen sistem informasi online bagi para praktisi kesehatan. Pemerintah juga menggunakan database visual buatan mahasiswa yang menampilkan aset tanah Bandung.

4. Selanjutnya – menjadi Silicon Valley-nya Indonesia

Ridwan Kamil mengatakan bahwa seperti Singapura, Bandung tidak memiliki sumber daya alam yang bisa diandalkan. Jadi mereka harus mengandalkan kekuatan sumber daya manusia untuk memajukan kota – dan bangsa – ke tingkat berikutnya. Salah satu proyek besar yang mereka kerjakan bernama Teknopolis, yang diharapkan bisa menjadi Silicon Valley-nya Indonesia di masa depan.
Bandung telah menyiapkan lahan seluas 800 hektar di wilayah Gedebage. Total investasi untuk proyek ini sekitar USD 800 juta. Pemerintah kota Bandung saat ini tengah mencari investasi dari sejumlah pihak untuk mendukung proyek ini, dan akan memindahkan pusat pemerintahan kota Bandung ke Gedebage ketika proyek Teknopolis selesai.
Sejauh ini Ridwan Kamil telah mengumumkan bahwa produsen komponen pesawat asal Amerika Serikat UTC Aerospace Systems tertarik untuk bergabung dan bersedia untuk berinvestasi hingga Rp 9 triliun. Walikota Bandung juga melakukan diskusi dengan Duta Besar AS di Indonesia, Robert Blake, mengenai proyek tersebut. Proyek ini diharapkan akan selesai pada tahun 2015.

5. Kuliner yang lezat dan cuaca yang bagus

bandung-braga-festival
Bandung Braga Festival 2012
Dijuluki sebagai Paris of Java, Bandung memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada wisatawan dan pengunjung dari seluruh dunia, Ridwan Kamil menjelaskan. Kota ini memiliki berbagai macam kuliner lezat, banyak butik fashion sebagai tujuan berbelanja, dan iklim yang lebih dingin dibanding Jakarta karena datarannya yang tinggi.
Baru-baru ini pemerintah kota Bandung menerima penghargaan ‘kota sehat’ dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berkat upaya kota Bandung dalam mendaur ulang sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos untuk pertanian dan proyek hijau lainnya. Bandung juga dianggap salah satu kota paling kreatif di Asia.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang Bandung, Ridwan Kamil – yang merupakan pengguna Twitter yang sangat populer di Indonesia dengan lebih dari 530.000 follower – mungkin akan membalas tweet Anda!

https://id.berita.yahoo.com/5-alasan-mengapa-bandung-bisa-menjadi-silicon-valley-131654064.html

Jalan Aqua – Dari Diremehkan Menjadi Air Minum Dalam Kemasan Terbesar Di Indonesia

Halo Sobat Studentpreneur!
Cerita ini tentang perjuangan Pak Tirto Utomo dalam merintis Air Minum Aqua, dari dihina banyak orang sampai sekarang menjadi air minum dalam kemasan terbesar di Indonesia. Cerita ini sangat inspiratif dan harus dishare untuk semua Sobat Studentpreneur, baik yang sudah mempunyai bisnis atau yang masih dalam tahap ingin mempunyai bisnis. Bukan sekedar tips bisnis untuk pemula, namun tentang ketangguhan mental Pak Tirto, strategi bisnis beliau ketika Aqua masih sangat kecil, sampai alasan kenapa harus berafiliasi dengan Danone.
Pak Tirto yang lahir pada Maret 1930 bekerja di perusahaan asing ketika masih muda. Ketika tamu perusahaannya yang orang asing berkunjung ke Indonesia, banyak yang mengeluh soal air minum. Mereka banyak yang sakit perut, atau sekedar tidak suka rasa air minum saat itu, yang memang hanya direbus dari air tanah. Selain itu, Pak Tirto yang juga sering ditugaskan ke luar negeri oleh perusahaannya, mengamati bahwa di luar negeri, sudah banyak sekali air mineral dalam botol yang dijual dan dikonsumsi secara bebas. “Wah, di Indonesia tidak ada nih, “ pikir beliau saat itu. Pak Tirto mulai menangkap adanya peluang air putih dalam kemasan yang saat itu tidak ada di Indonesia.
Pak Tirto pun memutuskan untuk belajar mengenai cara membuat air minum dalam kemasan ke Bangkok, Thailand. Saat itu, dia sampai ditertawakan oleh Bapak Ibnu Sutowo, salah satu petinggi militer Indonesia. Bapak Ibnu Sutowo sempat mengatakan, “Tirto, kamu itu kok aneh-aneh. Di Indonesia ini air sampai banjir-banjir, lah kok kamu mau jualan air putih”. Wajar saja kalau Pak Ibnu berpendapat seperti itu, karena di Indonesia memang semua orang minum langsung dari rebusan air tanah, tidak ada industry air minum sama sekali.
Namun, Pak Tirto menunjukkan ketangguhannya. Ciri-ciri seorang entrepreneur dengan jelas dia perlihatkan, sikap pantang menyerah! Beliau sangat yakin bahwa Aqua akan maju dengan cepat, karena memang tidak mempunyai saingan di Indonesia. Maka beliau memutuskan keluar dari perusahaan dan membangun pabrik Aqua di Bekasi pada tahun 1973. Ada cerita menarik ketika Pak Tirto akan membuat Aqua ini. Nama awal Aqua adalah Puritas. Namun, ketika Pak Tirto membuat logonya, desainer logo tersebut memberikan saran bahwa nama Puritas terlalu sulit untuk dilafalkan, dan menyarankan memakai nama Aqua saja yang artinya air. Pak Tirto langsung senang dan mengganti nama Puritas menjadi Aqua. Produksi segera dimulai pada tahun 1974 dan mulai dijual pada Oktober 1974. Semua sudah sesuai rancangan, optimism membumbung tinggi, kesuksesan di ujung mata, dan… Aqua TIDAK LAKU!!
Pasar Indonesia masih belum bisa menerima air minum dalam botol. Mereka menganggap minum air rebus dari air tanah sudah cukup. Penjualan terus merosot, sampai 3 tahun terpaksa Pak Tirto memberikan ultimatum pada timnya. Kalau sampai tiap bulan masih harus ada investasi tambahan untuk biaya operasional, maka terpaksa aqua harus ditutup. Akhirnya, tim penjualan mengujicoba konsep ekstrem. Harga Aqua dinaikkan tinggi, dengan harapan margin semakin besar untuk menutup kerugian. Ajaibnya, jumlah penjualan bukannya turun, malah naik dengan sangat drastis! Itulah titik balik kebangkitan Aqua.
Pasar Aqua ketika itu masih terbatas orang asing atau ekspatriat yang bekerja di Indonesia. Contohnya salah satu perusahaan Korea yang mengerjakan proyek tol Jagorawi menjadi pelanggan setia Aqua. Kalau pekerja Indonesia hanya minum kopi atau teh, justru ekspat di perusahaan tersebut hanya minum air putih botolan merk Aqua. Pada tahun 1984, barulah Aqua masuk ke pasar lokal, namun masih sangat eksklusif di toko-toko tertentu. Sudah mulai ada pelanggan tetap air galonan, namun sangat terbatas di kalangan eskpatriat. Saat itu, di pasar air dalam kemasan yang laris terjual dan ada di hampir semua toko adalah berwarna merah (tidak perlu menyebut merknya, namun saya rasa anda pasti sudah tahu merk apa itu). Aqua sendiri hampir tidak terlihat di pasaran.
Namun bukan Pak Tirto namanya kalau menyerah begitu saja. Beliau mempunyai cita-cita di setiap toko, ada warna biru (logo Aqua berwarna biru) diantara warna merah. Dimulailah strategi guerilla marketing ala Pak Tirto. Dimulai di kota Jakarta, setiap warung dan pedagang rokok diber 3 botol gratis pada awalnya. Waktu itu tim penjualan banyak yang bertanya pada Pak Tirto, “loh pak kok Cuma 3 botol?”. Namun beliau justru menjawab, dengan hanya 3 botol tiap toko, maka setiap 2 botol laku, tinggal 1 botol. Hal ini akan membuat kesan Aqua sangat laris. Mulailah ketika 3 botol itu habis, warung-warung dan pedagang rokok memesan ulang Aqua, dan kali ini sudah membayar, tidak lagi gratis.
Strategi distribusi ini memang kelihatan sederhana, namun berhasil membuat Aqua tersebar dimana-mana. Dengan cepat masyarakat lokal bisa menemukan Aqua di pedagang kecil, pasar, restoran, dan hotel sekalipun. Target Pak Tirto juga sangat tinggi. Sekian persen untuk pasar, sekian persen untuk restoran, sekian persen untuk hotel, yang penting Aqua ada dimana-mana. Perlahan pengakuan masyarakat terhadap merk Aqua pun mulai timbul, meskipun masih sangat kecil. Masih banyak yang merasa aneh kenapa mereka harus membeli air dalam botol, ketika air rebus dari air tanah masih bisa diminum.
Kembali lagi kecemerlangan strategi bisnis Pak Tirto keluar. Aqua berusaha mengasosiasikan produknya dengan “air minum sehat”. Mereka berusaha mengedukasi pasar bahwa air minum botolan lebih segar dan sehat daripada air rebusan. Caranya? Dengan cara memberikan banyak sponsorship pada acara-acara olahraga dan anak muda. Puncaknya, Aqua menjadi salah satu sponsor PON, Pekan Olahraga Nasional yang merupakan kompetisi olahraga terbesar nasional. Akhirnya mindset terbentuk pada masyarakat, Aqua ini airnya atlet, airnya orang sehat, jadi kalau mau sehat, ya harus minum Aqua. Mindset kuat ini berhasil membuat market dari air minum dalam kemasan menjadi besar, dan Aqua pun menjadi booming di masyarakat.
Seperti layaknya gadis yang semakin cantik dan sexy, pasar air minum dalam kemasan yang membesar pun tampak sangat sexy di mata banyak orang. Akhirnya kompetitor atau pesaing pun mulai bermunculan. Aqua yang awalnya menjadi single player di industri ini, mendadak harus bersaing dengan beberapa kompetitor sekaligus. Internal perusahaan menjadi tidak tenang, mereka takut Aqua kalah dalam persaingan.
Sekali lagi, Pak Tirto menunjukkan kelasnya sebagai pengusaha sukses yang telah matang. Beliau hadir bagaikan obat penenang untuk internal perusahaan. Bukannya kawatir, Pak Tirto malah bersyukur dengan kehadiran kompetitor tersebut.Beliau berkata, “Jangan takut sama kompetitor, rangkullah mereka. Karena dengan competitor, saya yakin industri semakin maju. Berarti masyarakat justru akan semakin teredukasi tentang sehatnya air minum kemasan ”. Ketenangan ala Pak Tirto ini menyuntikkan semangat baru pada internal perusahaan Aqua. Resiko sebagai pioneer adalah diserang berbagai pihak pesaing. Bukannya stress atau tertekan, Pak Tirto itu justru suka tertawa sambil menggelengkan kepalanya dengan lucu. Beliau adalah orang yang berpikiran sangat positif, sederhana, dan menyenangkan bagi banyak pihak.
Guncangan terbesar Aqua terjadi ketika sosok penenang sekaligus bapak dari semua karyawan Aqua, Pak Tirto, meninggal di usianya yang ke 64 tahun. Praktis ketika beliau meninggal pada tanggal 16 Maret 1994, hari itu juga menjadi hari terkelam dalam sejarah Aqua. Pihak internal perusahaan sekali lagi sempat kehilangan arah. Mungkin kalau dibandingkan dengan dunia bisnis modern, bagi Aqua, kehilangan Pak Tirto sama saja dengan kehilangan Steve Jobs bagi Apple. Pihak manajemen merasa Aqua membutuhkan sosok kuat yang sudah berpengalaman, yang mempunyai karakter yang sama dengan Pak Tirto.
Maka dengan niatan tersebut, kerjasama historis dengan Danone dari Prancis pun terwujud. Danone yang merupakan salah satu perusahaan air minum dalam kemasan terbesar di dunia adalah solusi terbaik bagi Aqua untuk mewujudkan cita-cita Pak Tirto. Kerjasama antara Aqua dan Danone semakin memantapkan posisi Aqua sebagai air minum terbesar di Indonesia. Cita-cita Pak Tirto untuk membuat warna biru sejajar dengan warna merah pun semakin mendekati kenyataan.
Bagaimana menurut anda Sobat Studentpreneur? Kapan anda akan mewujudkan cita-cita anda sendiri?


PS: Tonton langsung cerita tentang Aqua di video ini:
- See more at: http://studentpreneur.co/jalan-aqua-dari-diremehkan-menjadi-air-minum-dalam-kemasan-terbesar-di-indonesia/#sthash.GKpyktZe.dpuf

No comments:

Post a Comment