Pasang Iklan Di Sini

Monday, May 20, 2013

“ PENETAPAN KADAR PIPERIN DALAM EKSTRAK BUAH LADA HITAM”

(Dijual sebuah Counter di dalam City Mall Tangerang, ukuran 2 x 2 meter. Harganya sangat murah, hanya Rp 110 juta saja. Cocok untuk usaha di dalam Mall. Hubungi: 0818111368 / 02190450533. Pin bb: 7dfe719a. Foto counter menyusul. Bagi yang membantu memasarkan, akan dapat komisi.)

======================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram   = Rp. 8.000,-
2. 250 gram   = Rp. 10.000,-
3. 500 gram   = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-

Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a


LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN ALAM

PERCOBAAN V
PENETAPAN KADAR PIPERIN DALAM EKSTRAK BUAH LADA HITAM”
Description: Logo UP









DISUSUN OLEH :
KELAS D II- 2

ANGGOTA KELOMPOK:

1.        Novia Kurniasih                2010210198
2.        Oktavia Dwijayanti           2010210205
3.        Pinawati Fajrin                  2010210208
4.        Randy Richardo                 2010210221
5.        Rani Solihati A.                 2010210223
6.        Raymond                           2010210224
7.        Reni Novitasari                  2010210225
8.        Ricky Kurniawan               2010210226


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2013

I.       TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menetapkan kadar piperin dalam ekstrak buah lada hitam


II.    TEORI DASAR
Kromatografi Lapis Tipis atau KLT adalah metode pemisahan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah pelarut pengembang.
Kelebihan KLT dibandingkan dengan Kromatografi gas atau Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yaitu:
1.      Fleksibilitas dalam memilih fase gerak lebih besar.
2.      Tersedia berbagai teknik untuk untuk optimasi pemisahan  seperti pengembangan bertingkat dan 2 dimensi serta pembaceman penyerap -> Pembaceman dengan paraffin cair, minyak silicon, atau dengan lemak untuk fase terbalik -> Contoh untuk hormone steroid.
3.      Proses kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihntikan kapan saja
4.      Lebih dari satu jenis sampel dapat dianalisis sekaligus
5.      Kromatogram dapat disimpan atau difoto sebagai dokumen otentik.
Fase Diam 

Bahan padat pada penyangga : pelat elas/logam atau plastik dengan ketebalan 0,25 mm. Fase diam yang banyak dipakai : silika gel yang dicampur CaSO4 ; adsorben lain yang juga banyak dipakai : alumnia, kieselguhr, celite, serbuk  selulose, serbuk poliamida, kanji dan sephadex.

Jenis fase diam : sama seperti pada KCKT dikenal beberapa macam sifat polaritas. Silikal gel dikenal sebagai fase diam polar, yang dapat dibuat menjadi non polar (RP = Reversed Phase) setelah dilakukan pengikatan hidroksilnya dengan : C2, C8, atau C18.

Mekanisme pemisahan adalah : adsorpsi,partisi, penukar ion atau fase terbalik (adsorpsi-partisi). Apabila sampel bersifat non polar maka pelarut pengembangnya non polar. Sedangkan bila sample bersifat polar, maka pelarut pengembangnya bersifat polar.

Ukuran fase diam 1-25 million dalam keadaan uniform/seragam, akan menghasilkan pemisahan baik dan aliran fase gerak cepat dan merata.
Pada prinsipnya pemisahan KLT diusahakan dilakukan dalam keadaan netral.


Profil Kromatogram

Kromatogram KLT akan tampak setelah visualisasi dengan cara fisika atau kimia. Bila proses pemisahan baik akan menghasilkan bercak atau noda bulat. Bila pemisahan kurang sempurna bercak atau noda berekor, penyebabnya antara lain : pemilihan fase gerak yang tidak tepat dan ketidakjenuhan chamber.
Penotolan sample dengan mikropipet dan selama eluasi suhu harus dijaga, karena kenaikan suhu berpengaruh kepada Rf. 

Faktor retardasi : Rf 
adalah jarak migrasi komponen (bercak) dibagi jarak migrasi fase gerak 

 
Rf = dR / dM = hRf / 100

Desintometri 

S. Levi dan R Reisfeld telah mengangkat metode densitometri ke tingkat analisis kuantitatif ultra mikro. Keduanya telah berhasil menentukan antara lain testosterone dalam cairan biologis pada rentang kadar 1-250 ng, dan kolesterol 4 -150 ng dengan pendar fluor pada noda (kromatogram) KLT.  

Prinsip penentuan dengan metode desintometri hampir sama dengan metode spektrofotometri. 
Penetuan kadar analit yang dikorelasikan dengan area / luas noda pada KLT akan lebih terjamin kesahihannya dibanding dengan metode KCKT atau KGC, sebab area noda kromatogram diukur pada posisi diam atau "zig-zag" menyeluruh. 

C. INSTRUMENTASI 

Komponen penting dari densitometer antara lain : 
1. Sumber radiasi (Source), pengatur panjang gelombang (λ selector), beam spliter, thin layer plate (end view), detector phototube (transmitance position) 
Sumber radiasi ada 3 macam tergantung rentang panjang gelombang dan prinsip penentuan. 
Pada umumnya densitometri memberikan rentang gelombang penentuan 200-630 nm. Lampu Deuterium (D2) dipakai untuk pengukuran pada daerah cahaya tampak. 
Untuk penetapan pendar fluor dan pemadaman pendar fluor dipakai lampu busur Hg bertekanan tinggi. Sama seperti pada spektorfotometri, pada densitometri juga dilakukan penentuan transmisi atau adsorpsi dan refleksi pada panjang gelombang maksimal. 
Pada penetapan pendar fluor dan pemadaman pedar fluor juga harus dilakukan pada panjang gelombang dimana terjadi emisi atau intensitas realitif pendar fluor yang optimal. 

Monokromator dengan fungsi yang sama seperti pada spektrofotometri UV-Vis yang diperlukan pada densitometer. Biasanya dipakai monokromator kisi difraksi 1200 garis/mm. 

Detektor PMT Photo Multiplier Tube = Tabung Penggandaan Foto) merupakan detektor umum yang dipakai pada densitometer. 
KLT Densitometri  merupakan metode analisis instrumental berdasarkan interaksi radioelektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak pada KLT. Bercak di scanning dengan sumber sinar yang keluar melalui slit, sinar yang dipantulkan diukur dengan sensor cahaya (Fotosensor). Perbedaan antara signal optic yang diberikan dengan yang dipantulkan sebanding dengan banyaknya analit pada bercak. Pengukuran dapat sebagai absorbansi atau fluoresensi.

D. APLIKASI 

Metode KLT-Densitometri digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. 

Analisis Kualitatif 

Analisis kualitatif dengan KLT-Densitometri pada prinsipnya mengacu kepada nilai Rf (Retardation factor) atau Faktor retardasi yaitu : membandingkan Rf analit dengan Rf baku pembanding atau membandingkan bercak kromatogram sample dengan kromatogram "Reference Standart" yang dikenal dengan : Factro Retensi Relatif (Rx) 
Untuk penentuan kualitatif dengan Rs harus dilakukan bersamaan dengan sample pada pelat yang sama. 

Analisis Kuantitatif 

Analisis kuantitatif hampir sama dengan spektrofotometri, penentuan kadar analit dikorelasikan dengan area bercak pada pelat KLT. 
Cara penetapan kadar dapat dilakukan dengan : 
1. Membandingkan area bercak analit dengan area bercak baku pembanding yang diketahui konsentrasinya.
Cx = Ax / Ap x Cp
Cx = konsentrasi analit
Ax = area analit 
Ap = area baku pembanding
Cp = konsentrasi baku pembanding 

2. Kurva kalibrasi :
Kurva kalibrasi dibuat dengan cara memplot area bercak terhadap konsentrasi dari satu seri larutan baku pembanding. Kurva yang tebentuk harus linear, kemudian dengan persamaan garis regresi dapat ditentukan kadar analit. 


Ø Klasifikasi Simplisia              
Divisio                       : Spermatophyta
Sub divisio                : Angiospermae
Classis                       :  Dicotyledoneae
Ordo                          : Piperales
Familia                      : Piperaceae
Genus                        : Piper
Species                      : Piper nigrum L.
Ø  Nama daerah             : Lada, Mrica (Jawa)              
Ø  Nama simplisia           : Piperis Nigri Fructus
Ø  Deskripsi                   
Makroskopis
·      buah                              
berbentuk hampir bulat, warna coklat kelabu sampai hitam kecoklatan, garis tengah 2,5mm sampai 6mm ; permukaan berkeriput kasar ; dalam ; serupa jala ; pada ujung buah terdapat sisa dari kepala putik yang tidak bertangkai ; pada irisan membujur tampak perikarp yang tipis, sempit dan berwarna gelap menyelubungi inti biji yang putih dari biji tunggal. Embrio sangat kecil dan terbenam dalam endosperm.

Mikroskopik
Epikarp tersusun dari satu lapis sel epidermis yang sel-selnya berbentuk persegi empat membulat, berisi hablur kecil berbentuk prisma dan berwarna coklat tua sampai kehitaman

Ø  Pemerian :
Bau aromatic khas, rasa pedas dan tajam.

Ø  Isi              : 
minyak atsiri mengandung felandren, dipenten, kariopilen, enthoksilin, limonene, alkaloida piperina dan kavisina
Ø  Penggunaan         :
karminatif dan iritasi lokal
· Kadar abu                                                   : Tidak lebih dari 6 %
·   Kadar abu yang tidak larut dalam asam : Tidak lebih dari 1%.
·   Kadar sari yang larut dalam air               : Tidak kurang dari 2,5 %
·   Kadar sari yang larut dalam etanol         : Tidak kurang dari 8 %
·   Bahan organik asing                                  : Tidak lebih dari 2%
·   Kadar minyak atsiri                                   : Tidak kurang dari 1% b/v



III.     ALAT DAN BAHAN
a.    Alat
1.  Lempeng KLT                                   6. Bejana kromatografi
2.  Mikropipet 5 µL                                 7. Kertas saring
3.  Pensil                                                  8. Spektrofotometer UV-VIS
4.  Penggaris                                            9. Labu tentukut 50 mL                  
5.  Alat densitometer

b.   Bahan
1.   Ekstrak buah lada hitam dalam etanol 96%
2.   BP piperin dalam etanol 96%
3.   Etanol 96%
4.   Diklormetana
5.   Lempeng silica gel GF 254

IV.  PROSEDUR KERJA

1.         Ditimbang saksama 50 mg ekstrak dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan dalam 25 mL etanol 96%. Jika ada bagian yang tida larut, disaring melalui kertas saring ke dalam labu tentukur 50 mL dan kertas saring dicuci dengan etanol 96% secukupnya hingga batas tanda.
2.         Dibuat larutan pembanding piperin 0,1% dalam etanol 96% dan dibuat pengencerannya.
3.         Ditotolkan sejumlah 5 µL larutan ekstrak dan larutan uji pada lempeng KLT dan dieluasi dengan fase gerak diklormetana.
4.         Bercak baku pembanding dan bercakkromatogram ekstrak yang sejajar dengan bercak pembanding diukur secara KLT densitometer pada panjang gelombang 254 nm.
5.         Dihitung kadar piperin % b/b dalam ekstrak dengan rumus:

% piperin = Au x Cp x F x 100%
                                Ap    Bu   
                        Au = Serapan larutan uji
                        Ap = Serapan Larutan Pembanding
                        Bu = Bobot ekstrak yang ditimbang
                        Cp = Konsentrasi larutan pembanding
                        F = Faktor pengenceran

V.         HASIL PERCOBAAN
Bobot ekstrak yang ditimbang = 0,0512 g
Konsentrasi ekstrak = 0,0512 g / 50 mL = 1,024 mg/mL
Konsentrasi BP piperin = 6,258 mg / 25 mL = 0,25032 mg/Ml
Au I  = 8392,6
Au II = 8463,1
Abp   = 5719,3

PERHITUNGAN


Text Box: % piperin = Au x Cp x F x 100%
                    Ap    Bu
 




                 % piperin I     = Au x Cp x F x 100%
                                          Ap    Bu
   
                                       = 8392,6  X 0,25032 mg/mL X 50 mL X 100%
                                          5719,3        51,2 mg
                                       = 35,87 % b/b
                 % piperin II  = Au x Cp x F x 100%
                                          Ap    Bu
   
                                       = 8463,1X 0,25032 mg/mL X 50 mL X 100%
                                          5719,3       51,2 mg
                                       = 36,17 % b/b
                 Rata-Rata Kadar piperin = 35,87 % + 36,17 % X 100 % = 36,02 %
                                                                         2         

VI.        PEMBAHASAN
1.             Digunakan etanol 96 % untuk melarutkan ekstrak karena etanol merupakan pelarut universal.
2.             Penetapan kadar piperin dilakukan dengan cara KLT densitometry karena selain dapat dilakukan analisa kuantitatif piperin, juga dapat dilakukan analisa kualitatif piperin berdasarkan nilai Rf nya.
3.             Fase gerak yang digunakan adalah diklormetan yang bersifat non polar karena alkaloid bersifat semipolar sehingga dapat memisahkan alkaloid dengan senyawa lain yang bersifat non polar dalam ekstrak.
4.             Dilakukan pengenceran larutan pembanding karena dengan konsentrasi analit yang sedikit saja sudah dapat dideteksi.
5.             Dilakukan 2 kali penotolan larutan uji pada lempeng KLT dengan tujuan agar dapat melihat akurasi dan presisi dari hasil pengujian.


VII.        KESIMPULAN
Rata Rata kadar piperin = 36,02 % b/b

VIII.       DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. “Daftar Tanaman Obat (I)”. Jakarta. 1981
Departemen Kesehatan RI.” Materi Medika Indonesia edisi II ”. Jakarta.1978
Departemen Kesehatan RI.” Materi Medika Indonesia edisi III ”. Jakarta.1979
Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry
biologyeastborneo.com/wp-content/uploads/2011/08/Ekstraksi-adalah-suatu-proses-pemisahan-dari-bahan-padat-maupun-cair-dengan-bantuan-pelarut.docx

No comments:

Post a Comment