DIBUTUHKAN SEGERA KARYAWAN UNTUK MENJAGA TOKO DI DAERAH DEPOK , PRIA / WANITA MINIMAL LULUSAN SMP
KIRIM CV KE ALAMAT EMAIL :
ricky_kurniawan02@yahoo.com
PALING LAMBAT TANGGAL 31 MARET 2015
KIRIM CV KE ALAMAT EMAIL :
ricky_kurniawan02@yahoo.com
======================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram = Rp. 8.000,-
2. 250 gram = Rp. 10.000,-
3. 500 gram = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a
Posted on Juli 31, 2012
Ada seorang pemuda tampan, anak seorang pandai emas, ditahbiskan
menjadi bhikkhu oleh Sariputta Thera. Sariputta Thera memberikan sebuah
perwujudan mayat yang menjijikkan sebagai obyek meditasi bagi bhikkhu baru itu.
Sambil membawa obyek meditasi itu, ia pergi ke sebuah hutan dan berlatih
meditasi di sana; namun dia hanya mencapai sedikit kemajuan. Akhirnya ia
kembali untuk kedua kalinya kepada Sariputta Thera untuk memohon petunjuk lebih
lanjut. Meskipun demikian, ia masih saja belum mencapai kemajuan. Kemudian
Sariputta Thera membawa bhikkhu muda itu menghadap Sang Buddha dan menceritakan
semuanya tentang bhikkhu muda itu.
Sang Buddha mengetahui bahwa bhikkhu muda itu adalah anak
seorang pandai emas, dan juga ia pernah terlahir di keluarga pandai emas selama
500 kali kehidupannya yang lampau. Kamudian Sang Buddha mengganti obyek
meditasinya dari mayat yang menjijikkan menjadi obyek kesenangan. Dengan
kekuatan batin Beliau, Sang Buddha menciptakan sekuntum bunga teratai yang
sangat indah sebesar roda kereta dan meminta bhikkhu muda itu untuk
menancapkannya pada gundukan tanah di luar vihara.
Bhikkhu muda tersebut memusatkan diri pada bunga teratai yang
besar, indah dan harum, akhirnya ia pun dapat menyingkirkan segala rintangan.
Ia dipenuhi dengan kepuasan yang menggembirakan (piti), dan selangkah demi
selangkah ia mengalami perkembangan hingga mencapai pencerapan batin (jhana)
keempat.
Sang Buddha melihatnya dari kuti harum Beliau dan dengan
kekuatan batin Beliau membuat bunga itu layu seketika. Melihat bunga itu layu
dan berubah warna, bhikkhu tersebut memahami ketidakkekalan alamiah bunga
tersebut juga segala sesuatu termasuk semua mahkluk. Hal tersebut menyebabkan
timbulnya kesadaran terhadap ketidakkekalan, ketidakpuasan, dan tanpa inti dari
semua hal yang berkondisi. Sesaat kemudian, Sang Buddha memancarkan sinar dan
menampakkan diri di hadapan bhikkhu tersebut dan memberinya petunjuk agar
segera memusnahkan nafsu keinginan (tanha).
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 285 berikut :
Patahkanlah rasa cinta terhadap diri sendiri,
seperti memetik bunga teratai putih di musim gugur.
Kembangkanlah jalan kedamaian Nibbana
yang telah diajarkan oleh Sang Sugata
(Beliau yang telah berlalu dengan baik, Buddha).
seperti memetik bunga teratai putih di musim gugur.
Kembangkanlah jalan kedamaian Nibbana
yang telah diajarkan oleh Sang Sugata
(Beliau yang telah berlalu dengan baik, Buddha).
Bhikkhu muda mencapai tingkat kesucian arahat setelah khotbah
Dhamma itu berakhir.
Sutta Pitaka-Khuddaka Nikaya-Dhammapada Atthakatha (285)
No comments:
Post a Comment