(Dijual sebuah
Counter di dalam City Mall Tangerang, ukuran 2 x 2 meter. Harganya sangat
murah, hanya Rp 110 juta saja. Cocok untuk usaha di dalam Mall. Hubungi:
0818111368 / 02190450533. Pin bb: 7dfe719a. Foto counter menyusul. Bagi yang
membantu memasarkan, akan dapat komisi.)
======================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram = Rp. 8.000,-
2. 250 gram = Rp. 10.000,-
3. 500 gram = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a
1. 200 gram = Rp. 8.000,-
2. 250 gram = Rp. 10.000,-
3. 500 gram = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a
Dona Si Brahmana, Anguttara Nikaya 2:58
Pada suatu ketika Sang Budda sedang berjalan di jalan utama antara Ukkattha dan Setavya. Kebetulan brahmana Dona juga sedang berjalan di jalan itu. Dona si brahmana melihat jejak kaki Sang Buddha, dan disitu terdapat tanda-tanda roda dengan ribuan jerujinya serta bagian tengahnya, sempurna dalam segalanya. Melihat tanda-tanda ini, dia berpikir : "ini benar-benar luar biasa, ini menakjubkan! jejak kaki ini tentu bukan jejak kaki manusia!"
Sementara itu Sang Buddhatelah meninggalkan jalan itu dan duduk di bawah pohon tidak jauh dari situ. Beliau duduk bersila, dengan tubuh yang tegak, setelah sebelumnya memantapkan kewaspadaan. Dona si brahmana mengikuti jejak kaki itu dan melihat Sang Buddha duduk di bawah pohon, dengan penampilan yang menyenangkan, pancaran keyakinan, dengan ciri-ciri yang tenang dan pikiran yang tenang, dengan penampilan dan ketenangan sempurna, terkn=ontrol dan terkendali seperti gajah jantan yang terlatih baik.
Ketika melihat Sang Buddha, Dona mendekat dan berkata :
"Apakah Yang Mulia akan menjadi Dewa?"
"Tidak brahmana, Aku tidak akan mejadi Dewa."
"Kalau demikian, Yang Mulia mungkin akan menjadi Gandhabba?"
"Tidak brahmana, Aku tidak akan menjadi Gandhabba."
"Kalau demikian, apakah Yang Mulia akan menjadi Yakkha?"
"Tidak brahmana, Aku tidak akan menjadi Yakkha."
"Kalau demikian, apakah Yang Mulia akan menjadi manusia?"
"Tidak brahmana, Aku tidak akan menjadi manusia."
"Ketika saya bertanya apakah Yang Mulia akan menjadi dewa atau gandhabba atau yakkha atau manusia, jawabannya adalah 'tidak'. Kalau demikan akan menjadi apakah Yang Mulia?"
"Brahmana, ada noda-noda yang -jika ditinggalkan - akan membuat aku menjadi dewa. Noda-noda itu telah ditinggalkan olehku, terpotong di akarnya, dibuat gersang bagaikan batang pohon palma, terhapus sehingga tidak bisa lagi muncul di masa mendatang."
"Ada noda-noda yang -jika ditinggalkan - akan membuat aku menjadi gandhabba, yakkha atau manusia. Noda-noda itu telah ditinggalkan olehku, terpotong di akarnya, dibuat gersang bagaikan batang pohon palma, terhapus sehingga tidak bisa lagi muncul di masa mendatang."
"Brahmana, sebagaimana teratai biru, merah, atau putih- walaupun terlahir dan tumbuh di air, naik ke atas dan tegak tak tercemar air-demikian pula, brahmana, walaupun terlahir dan tumbuh di dunia, aku telah mengatasi dunia dan berdiam tak tercemar oleh dunia. Anggaplah Aku, O brahmana, Buddha. "
"Ketika saya bertanya apakah Yang Mulia akan menjadi dewa atau gandhabba atau yakkha atau manusia, jawabannya adalah 'tidak'. Kalau demikan akan menjadi apakah Yang Mulia?"
"Brahmana, ada noda-noda yang -jika ditinggalkan - akan membuat aku menjadi dewa. Noda-noda itu telah ditinggalkan olehku, terpotong di akarnya, dibuat gersang bagaikan batang pohon palma, terhapus sehingga tidak bisa lagi muncul di masa mendatang."
"Ada noda-noda yang -jika ditinggalkan - akan membuat aku menjadi gandhabba, yakkha atau manusia. Noda-noda itu telah ditinggalkan olehku, terpotong di akarnya, dibuat gersang bagaikan batang pohon palma, terhapus sehingga tidak bisa lagi muncul di masa mendatang."
"Brahmana, sebagaimana teratai biru, merah, atau putih- walaupun terlahir dan tumbuh di air, naik ke atas dan tegak tak tercemar air-demikian pula, brahmana, walaupun terlahir dan tumbuh di dunia, aku telah mengatasi dunia dan berdiam tak tercemar oleh dunia. Anggaplah Aku, O brahmana, Buddha. "
No comments:
Post a Comment