DIBUTUHKAN SEGERA KARYAWAN UNTUK MENJAGA TOKO PRIA / WANITA MINIMAL LULUSAN SMP
KIRIM CV KE ALAMAT EMAIL :
ricky_kurniawan02@yahoo.com
PALING LAMBAT TANGGAL 31 MARET 2015
KIRIM CV KE ALAMAT EMAIL :
ricky_kurniawan02@yahoo.com
======================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram = Rp. 8.000,-
2. 250 gram = Rp. 10.000,-
3. 500 gram = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a
======================================================
1. 200 gram = Rp. 8.000,-
2. 250 gram = Rp. 10.000,-
3. 500 gram = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a
Menimbun Harta Sejati
Oleh Yang Mulia Bhikkhu Sri
Subalaratano Mahathera
Yadisam
labhate bijam, tadisam labhate phalam
Sesuai dengan benih yang ditanam, maka begitu pula buah yang diperoleh
Sesuai dengan benih yang ditanam, maka begitu pula buah yang diperoleh
Bilamana kita menanam pohon, maka
langkah awal adalah memilih bibit yang baik dan unggul. Karena kita sadar bahwa
bibit yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula. Di samping itu, kita
juga perlu memberi perawatan dan pupuk agar bibit itu tumbuh subur dan kemudian
berbuah banyak.
Tidak berbeda bila kita melakukan
kebajikan dengan berdana. Agar kebajikan itu berbuah yang baik maka diperlukan
faktor pendukung yang baik, disebut cetana-sampatti, yang terdiri dari :
pubba-cetana, munca-cetana dan aparapara-cetana. Ketiga cetana ini saat timbul
harus bersih dari lobha (serakah), dosa (benci) dan moha (tidak mengerti). Tiga
akar kejahatan ini sesungguhnya yang menjadi penghalang besar bagi setiap orang
dalam usaha untuk mencari dan menemukan kebahagiaan hidup. Terutama moha (tidak
mengerti/bodoh/tolol/pikiran sama sekali tidak menyentuh apa sebenarnya yang
baik sebagai yang baik, yang buruk sebagai yang buruk, yang benar sebagai yang
benar dan yang salah sebagai yang salah). Tidak mengertinya pikiran terhadap
kenyataan tersebut justru kentara sekali dengan sikap dan gerak-gerik dalam
perbuatan seseorang. Jika seseorang ingin melakukan perbuatan baik, hendaknya
ia mengerti terlebih dahulu semua hal yang menyangkut atau berkaitan dengan
perbuatan baik yang ingin dilakukannya itu.
Pubba-Cetana, ialah pada saat timbul
pikiran "niat" untuk berdana bisa berupa amisa (barang), abhaya
(memberi maaf) atau Dhamma (nasihat). Jadi pada saat itu pikiran telah memiliki
kesiapan mental untuk melakukan kebajikan "melepas" sesuatu dari
dirinya untuk membantu orang lain. Hal ini dilakukannya dengan penuh
pengertian, dan bukan dengan moha. Seseorang akan mulai memilih sesuatu
tersebut untuk dilepas yang berupa sesuatu yang terbaik agar menjadi bibit
unggul (Panitam-deti) dari miliknya yang diperoleh secara Dhamma, halal,
(Sucim-deti). Barang yang diberikan juga harus merupakan sesuatu yang
bermanfaat bagi yang menerimanya (Kappiyam-deti).
Dengan adanya kesiapan dan didukung
oleh Saddha (Keyakinan Dhamma) maka ia akan menunggu waktu yang tepat untuk
berbuat kebajikan (Kalena-deti). Agar persembahan ini benar-benar tepat
waktunya, tidak menjadi sia-sia, maka semua persiapannya telah dilakukan mulai
dari kesiapan pikiran penuh dengan pengertian benar untuk bisa benar-benar
mengerti apa yang akan dilakukan adalah bukan perbuatan untuk menambah lobha,
mengembangkan dosa dan memupuk moha. Justru seharusnya perbuatan yang
dilakukannya itu adalah untuk mengikis lobha, dosa dan moha.
Munca-Cetana, pikiran seseorang
ketika sedang melakukan persembahan dana. Dengan keyakinan dan pengertian yang
benar (nanasam-payutta) ia menjaga jangan sampai ada pikiran lobha atau dosa
yang menodainya, sehingga dengan bahagia dilakukannya kebajikan tersebut secara
berulang-ulang (abhinam-deti). Dengan tercapainya "niat" untuk
melakukan kebajikan, maka pikirannya akan merasa puas, bebas dan bahagia (dadam
cittam pasadeti). Karena persembahan tersebut telah diberikan kepada orang atau
kelompok (sangha) yang telah dipilihnya dengan bijak (vicceya-deti).
Aparapara-Cetana, pikiran setelah
melakukan kebajikan berdana, merupakan hal yang sangat menentukan karena
waktunya yang lama. Dalam waktu yang panjang tersebut bisa muncul
pikiran-pikiran yang tidak bijaksana atau tidak suci seperti lobha atau dosa
yang akan mengurangi buah (phala) dari kebajikan. Maka sangat perlu dijaga agar
pikiran tetap bersih tanpa pamrih, tenang dan bahagia (datva atamano hoti).
Bilamana muncul pikiran lobha atau dosa setelah melakukan kebajikan maka
nilainya menjadi omaka-kusala (rendah). Tetapi kalau bisa bertahan pikiran
tetap tenang, bahagia tanpa pamrih maka nilainya menjadi ukkata-kusala
(tinggi).
Jadi bilamana suatu kebajikan
dilakukan dengan dukungan delapan faktor di atas, Dhamma menjamin bahwa buah
(phala) kebajikan itu sangat besar dan merupakan tumpukan harta sejati seorang
manusia. Tidak akan hilang atau lenyap dan akan terbawa walaupun kita meninggal
dunia.
Selamat Kathina-Puja, TiRatana
selalu melindungi kita semua.
(Dikutip dari Berita Dhammacakka
Edisi Edisi 21 Nopember 1999)
No comments:
Post a Comment