====================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram = Rp. 8.000,-
2. 250 gram = Rp. 10.000,-
3. 500 gram = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a
Penapisan
(Screening) awal Fitokimia
Screening atau penapisan pendahuluan adalah suatu
pemeriksaan pendahuluan kandungan kimia yang ada di dalam suatu simplisia. Bila
senyawa yang ada dalam simplisia sudah diketahui, dapat dilanjutkan dengan
tahap isolasi. Tetapi bila dalam simplisia tersebut tidak ada senyawa yang kita
inginkan, maka tidak bisa dilakukan tahap isolasi.
Senyawa yang diidentifikasi ada atau tidaknya di dalam
screening yaitu:
1. Alkaloid
2. Flavonoid
3. Saponin
4. Kuinon
5. Steroid dan Triterpenoid
6. Tanin
7. Kumarin
8. Minyak Atsiri
1. Alkaloid
Petunjuk paling mudah adanya alkaloid adalah rasa pahit pada
simplisia. Simplisia dicicipi di lidah, tidak perlu ditelan, bila terasa pahit,
maka kemungkinan besar mengandung alkaloid. Lalu pemeriksaan dilanjutkan dengan
reaksi Kimia. Caranya:
Timbang 2 gram simplisia, dimasukkan ke dalam mortir,
ditambah 5 ml ammonia, gerus, lalu tambahkan 20 ml kloroform, gerus sebentar, saring,
masukkan ke dalam tabung reaksi. Bagi filtrate menjadi 2 bagian, bagian pertama
ditetesi padakertas saring, lalu di tempat yang sama ditetesi pereaksi
Dragendorff, akan tebentuk warna jingga. Bagian yang kedua ditambah 10 ml HCl
(1:10) dalam air, kocok, lalu ambil bagian atasnya ke tabung reaksi lain. Lalu
bagian yang diambil tersebut dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama ditambah
beberapa tetes pereaksi Dragendorff tebentuk endapan merah. Bagian kedua
ditambah beberapa tetes pereaksi Mayer terbentuk endapan Putih. Endapan putih
yang terbentuk ditambah 1 ml etanol 96 %, bila larut makan endapan tersebut
berasal dari alkaloid, sementara bila tidak larut maka endapan yang terbentuk
berasal dari pengotor dan bukan dari alkaloid.
Di dalam tumbuhan, alkaloid berikatan dengan asam organic, misal
morfin berikatan dengan asam asetat membentuk asam asetat. Karena itu saat
melakukan identifikasi, ammonia digunakan untuk membebaskan alkaloid dari asam
organiknya dan menjadikannya alkaloid basa yang mudah larut dalam kloroform.
Penggerusan dilakukan untuk memecah dinding sel simplisia supaya metabolit
sekunder, dalam hal ini aalah alkaloid, dapat keluar. Kloroform digunakan untuk
menarik alkaloid basa. Pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer adalah pereaksi
yang umum digunakan untuk identifikasi alkaloid. Asam HCl (1:10) dalam air
digunakan untuk menggaramkan kembali alkaloid basa yang ditarik kloroform
menjadi alkaloid HCl. Karena untuk menarik alkaloid basa digunakan kloroform
yang bersifat semipolar, dapat disimpulkan bahwa senyawa alkaloid bersifat
semipolar.
2. Flavonoid
Bila simplisia yang akan diuji merupakan simplisia bagian
daun dari tanaman, seharusnya simplisia mempunyai flavonoid, dan hasil uji
menunjukkan adanya flavonoid. Hal ini karena semua tanaman hijau tingkat tinggi
dikotiledonae pasti mengandung flavonoid. Terkecuali simplisia yang digunakan
adalah bagian lain dari tanaman selain daun, belum bisa dipastikan secara
langsung adanya flavonoid tanpa menggunakan reaksi kimia. Cara Identifikasi dengan
menggunakan Reaksi kimia yang dapat digunakan: Timbang 2 gram simplisia,
ditambah 100 ml air panas, masukkan ke dalam beaker glass atau Erlenmeyer,
didihan diatas kompor selama 5 menit lalu saring.
Ambil 5 ml filtrate lalu tambahkan serbuk Mg secukupnya,
lalu tambahkan 1 ml HCl pekat, dan 5 ml amil alcohol lalu kocok. Bila bagian
amil alcohol yang ada di lapisan atas menjadi berwarna, artinya ada flavonoid
di dalam simplisia tersebut.
Di dalam tanaman, senyawa flavonoid berikatan dengan suatu
gula membentuk senyawa yang disebut glikosida flavonoid. Glikosida adalah
senyawa yang terdiri dari senyawa gula (glikon) dan senyawa bukan gula
(aglikon). Dalam hal glikosida flavonoid, aglikonnya adalah flavonoid. Agar
flavonoid bisa diidentifikasi, maka ikatan glikosida dengan flavonoid haru
sdiputus. Dengan cara mereduksi ikatan tersebut. Untuk keperluan ini maka digunakan
serbuk Mg dan HCl pekat, yang mana merupakan reaksi oksidasi, sehingga pada
saat yang sama terjadi reaksi erduksi pada ikatan glikosida Flavonoid (reaksi
redoks). Kemudian flavonoid yang sudah bebas ditarik oleh amil alcohol sehingga
amil alcohol yang mulanya tidak berwarna menjadi berwarna yang mana warnanya
berasal dari flavonoid. Amil alcohol bersifat polar, karena itu dapat
disimpulkan senyawa flavonoid bersifat polar. Selain itu pada saat ekstraksi awal, digunakan air panas karena air
bersifat polar dan senyawa flavonoid bersifat polar.
3. Saponin
Ambil 10 ml filtrate dari poin 2, lalu kocok dengan kuat
selama 10 detik lalu diamkan selama 10 menit. Bila busa tidak hilang, tambahkan
beberapa tetes HCl 1%, bila busa masih tidak hilang, artinya simplisia
mengandung saponin. Biasanya simplisia yang mengandung saponin juga mengandung
Steroid atau triterpenoid, baik salah satu saja atau kedua duanya. Hal ini
karena dalam Tumbuhan, saponin berikatan dengan molekul gula membentuk senyawa
glikosida saponin dimana yang menjadi aglikonnya adalah saponin, dan saponin
terdiri dari sapogenin dan sapogenin terdiri dari steroid dan triterpenoid.
Senyawa Saponin mempunyai sifat khusus yang khas yaitu dapat
membentuk busa sehingga sifatnya yang khas ini digunakan untuk uji
identifikasi. Busa yang dihasilkan saponin tidak terpengaruh oleh asam sehingga
setelah ditambah HCl 1% tetap stabil dan busa tidak akan hilang.
4. Kuinon
Ambil 5 ml filtrate pada poin 2, ditambah beberapa tetes
larutan NaOH 1N lalu kocok, bila timbul warna merah intensif artinya simplisia
mengandung kuinon.
5. Steroid dan Triterpenoid
Timbang 1 gram simplisia, ditambah 20 ml eter, dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer tertutup, diaduk, lalu ditutup, diamkan selama 2 jam sambil
diaduk / digoyangkan setiap 30 menit. Lalu disaring. Ambil 5 ml filtrate,
masukkan ke dalam cawan penguap, uapkan hingga kering lalu ditambahkan 2 tetes
asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (Pereaksi
Lieberman-Burchard).
Bila setelah ditambah asam asetat anhidrat berwarna hijau
berarti mengandung steroid
Bila setelah ditambah asam sulfat pekat berwarna merah
berarti mengandung triterpenoid.
Pada proses ekstraksi awal, digunakan eter yang bersifat non
polar sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa steroid dan triterpenoid
bersifat non polar.
6. Kumarin
Timbang 20 gram, ditambah 10 ml kloroform, masukkan ke dalam
tabung reaksi volume 20 ml, lalu pasang corong pada mulut tabung, lubang corong
ditutup dengan kapas yang sudah dibasahi air, panaskan selama 20 menit diatas
penangas air, lalu dinginkan. Kemudian saring dengan kertas saring, filltrat dimasukkan
ke cawan penguap, diuapkan sampai kering, residu ditambah 10 ml air panas,
dinginkan, larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 ml larutan
NH4OH 10%, lalu amati dibawah sinar lampu UV, bila berwarna biru kehijauan
menunjukkan adanya golongan kumarin.
.
7. Tanin
Timbang 2 gram simplisia, ditambah 100 ml air panas, lalu
panaskan diatas kompor selama 15 menit lalu dinginkan, saring dengan kertas
saring, lalu filtrate dibagi menjadi 2 bagian.
Pada bagian pertama , Ambil 5 ml filtrate, tambahkan
beberapa tetes larutan FeCl3,akan terbentuk warna biru tinta. Ambil lagi 5 ml filtrate
tambahkan beberapa tetes larutan gelatin 2%, akan terbentuk endapan putih.
Pada bagian kedua, ambil 25 ml filtrate ditambah 7,5 ml
pereaksi Stiasny (formaldehid 30% : HCl pekat = 2:1), panaskan diatas penangas
air, akan terbentuk endapan merah artinya mengandung tannin Katekuat.
Kemudian endapan disaring, lalu filtrate dijenuhkan dengan
Na asetat, lalu ditambah beberapa tetes FeCl3, akan berwarna biru tinta,
menunjukkan adanya tannin galat.
Pereaksi FeCl3 tidak terlalu spesifik untuk uji identifikasi
senyawa golongan tannin, sementara larutan gelatin cul=kup spesifik untuk
identifikasi tannin karena senyawa golongan tannin dapat mengendapkan protein
dan gelatin adalah protein, sehingga bila setelah ditambahkan FeCl3 berwarna
biru tinta tetapi setelah ditambah larutan gelatin tidak menunjukkan endapan
putih, maka simplisia kemungkinan tidak menangdung tannin. Dugaan ini dapat
diperkuat dengan uji selanjutnya yaitu dengan menambahkan pereaksi Stiasnya,
bila menunjukkan hasil positif (endapan merah) artinya ada senyawa golongan tannin
dan saat menambahkan larutan gelatin terjadi kesalahan sehingga tidak
menimbulkan endapan putih. Bila setelah ditambahkan pereaksi Stiany tidak
menimbulkan endapan merah, artinya memang tidak ada senyawa golongan Tanin.
Senyawa Tanin ada 2 macam yaitu Tanin Katekuat (Tanin terkondensasi) dan Tanin
Galat (Tanin terhidrolisa). Pereaksi Stiasny spesifik untuk senyawa golongan
Tanin Katekuat.
Untuk uji Tanin Galat, dijenuhkan dengan Na asetat karena
diharapkan Na asetat menghidrolisa tannin yang ada membentuk Tanin galat yang
dengan FeCl3 memberikan warna biru tinta.
Dengan proses ekstraksi awal yang menggunakan air panas,
maka dapad disimpulkan bahwa senyawa golongan tannin bersifat polar karena air
bersifat polar.
8.Minyak Atsiri
Identifikasi awal minyak atsiri dapat diketahui dengan
mencium simplisia yang akan diuji apakah
berbau harum atau tidak. Bila berbau harum, kemungkinan besar, simplisia
mengandung minyak atsiri, bila tidak , kemungkinan besar simplisia tidak
mengandung minyak atsiri.
Lalu dilakukan uji tambahan untuk memperkuat dugaan dengan
reaksi kimia. Caranya: Timbang 2 gram simplisia masukkan ke dalam tabung
reaksi, tambahkan 10 ml petroleum eter, dan pasang corong di bagian atas mulut
tabung, lalu lubang corong ditutup dengan kapas basah, panaskan 10 menit diatas
penangas air lalu dinginkan. Kemudian saring dengan kertas saring, masukkan ke
dalam cawan penguap, diuapkan sampai kering, residu dilarutkan dengan 5 ml alcohol,
lalu saring dengan kertas saring, filtratnya dimasukkan ke dalam cawan penguap
lain lalu uapkan sampai kering, residu akan berbau harum / berbau aromatic sesuai
dengan bau tanaman penghasilnya.
Dengan proses ekstraksi awal menggunakan petroleum eter yang
bersifat non polar, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa minyak atsiri bersifat
non polar. Selain itu dari namanya “Minyak” atsiri, juga dapat diduga bahwa
minyak tsiri bersifat nonpolar.
No comments:
Post a Comment