(Dijual sebuah Counter di dalam City Mall Tangerang, ukuran 2 x 2 meter. Harganya sangat murah, hanya Rp 110 juta saja. Cocok untuk usaha di dalam Mall. Hubungi: 0818111368 / 02190450533. Pin bb: 7dfe719a. Foto counter menyusul. Bagi yang membantu memasarkan, akan dapat komisi.)
======================================================
Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram = Rp. 8.000,-
2. 250 gram = Rp. 10.000,-
3. 500 gram = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a
======================================================
1. 200 gram = Rp. 8.000,-
2. 250 gram = Rp. 10.000,-
3. 500 gram = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN ALAM
PERCOBAAN
V
“
PENETAPAN KADAR PIPERIN DALAM EKSTRAK BUAH LADA HITAM”
DISUSUN OLEH :
KELAS D II- 2
ANGGOTA KELOMPOK:
1.
Novia
Kurniasih 2010210198
2.
Oktavia
Dwijayanti 2010210205
3.
Pinawati
Fajrin 2010210208
4.
Randy
Richardo 2010210221
5.
Rani
Solihati A. 2010210223
6.
Raymond 2010210224
7.
Reni
Novitasari 2010210225
8.
Ricky
Kurniawan 2010210226
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
PANCASILA
JAKARTA
2013
I.
TUJUAN
PERCOBAAN
Untuk menetapkan kadar piperin dalam ekstrak buah lada
hitam
II.
TEORI
DASAR
Kromatografi
Lapis Tipis atau KLT adalah metode pemisahan komponen-komponen atas dasar
perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah pelarut pengembang.
Kelebihan KLT
dibandingkan dengan Kromatografi gas atau Kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) yaitu:
1. Fleksibilitas
dalam memilih fase gerak lebih besar.
2. Tersedia
berbagai teknik untuk untuk optimasi pemisahan
seperti pengembangan bertingkat dan 2 dimensi serta pembaceman penyerap
-> Pembaceman dengan paraffin cair, minyak silicon, atau dengan lemak untuk
fase terbalik -> Contoh untuk hormone steroid.
3. Proses
kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihntikan kapan saja
4. Lebih
dari satu jenis sampel dapat dianalisis sekaligus
5. Kromatogram
dapat disimpan atau difoto sebagai dokumen otentik.
Fase Diam
Bahan padat pada penyangga : pelat elas/logam atau plastik dengan ketebalan 0,25 mm. Fase diam yang banyak dipakai : silika gel yang dicampur CaSO4 ; adsorben lain yang juga banyak dipakai : alumnia, kieselguhr, celite, serbuk selulose, serbuk poliamida, kanji dan sephadex.
Jenis fase diam : sama seperti pada KCKT dikenal beberapa macam sifat polaritas. Silikal gel dikenal sebagai fase diam polar, yang dapat dibuat menjadi non polar (RP = Reversed Phase) setelah dilakukan pengikatan hidroksilnya dengan : C2, C8, atau C18.
Mekanisme pemisahan adalah : adsorpsi,partisi, penukar ion atau fase terbalik (adsorpsi-partisi). Apabila sampel bersifat non polar maka pelarut pengembangnya non polar. Sedangkan bila sample bersifat polar, maka pelarut pengembangnya bersifat polar.
Ukuran fase diam 1-25 million dalam keadaan uniform/seragam, akan menghasilkan pemisahan baik dan aliran fase gerak cepat dan merata.
Pada prinsipnya pemisahan KLT diusahakan dilakukan dalam keadaan netral.
Bahan padat pada penyangga : pelat elas/logam atau plastik dengan ketebalan 0,25 mm. Fase diam yang banyak dipakai : silika gel yang dicampur CaSO4 ; adsorben lain yang juga banyak dipakai : alumnia, kieselguhr, celite, serbuk selulose, serbuk poliamida, kanji dan sephadex.
Jenis fase diam : sama seperti pada KCKT dikenal beberapa macam sifat polaritas. Silikal gel dikenal sebagai fase diam polar, yang dapat dibuat menjadi non polar (RP = Reversed Phase) setelah dilakukan pengikatan hidroksilnya dengan : C2, C8, atau C18.
Mekanisme pemisahan adalah : adsorpsi,partisi, penukar ion atau fase terbalik (adsorpsi-partisi). Apabila sampel bersifat non polar maka pelarut pengembangnya non polar. Sedangkan bila sample bersifat polar, maka pelarut pengembangnya bersifat polar.
Ukuran fase diam 1-25 million dalam keadaan uniform/seragam, akan menghasilkan pemisahan baik dan aliran fase gerak cepat dan merata.
Pada prinsipnya pemisahan KLT diusahakan dilakukan dalam keadaan netral.
Profil Kromatogram
Kromatogram KLT akan tampak setelah visualisasi dengan cara fisika atau kimia. Bila proses pemisahan baik akan menghasilkan bercak atau noda bulat. Bila pemisahan kurang sempurna bercak atau noda berekor, penyebabnya antara lain : pemilihan fase gerak yang tidak tepat dan ketidakjenuhan chamber.
Kromatogram KLT akan tampak setelah visualisasi dengan cara fisika atau kimia. Bila proses pemisahan baik akan menghasilkan bercak atau noda bulat. Bila pemisahan kurang sempurna bercak atau noda berekor, penyebabnya antara lain : pemilihan fase gerak yang tidak tepat dan ketidakjenuhan chamber.
Penotolan sample dengan mikropipet
dan selama eluasi suhu harus dijaga, karena kenaikan suhu berpengaruh kepada
Rf.
Faktor retardasi : Rf
adalah jarak migrasi komponen (bercak)
dibagi jarak migrasi fase gerak
Rf = dR / dM = hRf / 100
Desintometri
S. Levi dan R Reisfeld telah
mengangkat metode densitometri ke tingkat analisis kuantitatif ultra mikro.
Keduanya telah berhasil menentukan antara lain testosterone dalam cairan
biologis pada rentang kadar 1-250 ng, dan kolesterol 4 -150 ng dengan pendar
fluor pada noda (kromatogram) KLT.
Prinsip penentuan dengan metode
desintometri hampir sama dengan metode spektrofotometri.
Penetuan kadar analit yang
dikorelasikan dengan area / luas noda pada KLT akan lebih terjamin kesahihannya
dibanding dengan metode KCKT atau KGC, sebab area noda kromatogram diukur pada
posisi diam atau "zig-zag" menyeluruh.
C. INSTRUMENTASI
Komponen penting dari densitometer antara lain :
Komponen penting dari densitometer antara lain :
1. Sumber radiasi (Source),
pengatur panjang gelombang (λ selector), beam spliter, thin layer
plate (end view), detector phototube (transmitance position)
Sumber radiasi ada 3 macam
tergantung rentang panjang gelombang dan prinsip penentuan.
Pada umumnya densitometri memberikan
rentang gelombang penentuan 200-630 nm. Lampu Deuterium (D2) dipakai untuk
pengukuran pada daerah cahaya tampak.
Untuk penetapan pendar fluor dan
pemadaman pendar fluor dipakai lampu busur Hg bertekanan tinggi. Sama seperti
pada spektorfotometri, pada densitometri juga dilakukan penentuan transmisi
atau adsorpsi dan refleksi pada panjang gelombang maksimal.
Pada penetapan pendar fluor dan
pemadaman pedar fluor juga harus dilakukan pada panjang gelombang dimana
terjadi emisi atau intensitas realitif pendar fluor yang optimal.
Monokromator dengan fungsi yang sama
seperti pada spektrofotometri UV-Vis yang diperlukan pada densitometer.
Biasanya dipakai monokromator kisi difraksi 1200 garis/mm.
Detektor PMT Photo Multiplier
Tube = Tabung Penggandaan Foto) merupakan detektor umum yang dipakai pada
densitometer.
KLT Densitometri merupakan metode analisis instrumental
berdasarkan interaksi radioelektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak
pada KLT. Bercak di scanning dengan sumber sinar yang keluar melalui slit,
sinar yang dipantulkan diukur dengan sensor cahaya (Fotosensor). Perbedaan
antara signal optic yang diberikan dengan yang dipantulkan sebanding dengan
banyaknya analit pada bercak. Pengukuran dapat sebagai absorbansi atau fluoresensi.
D. APLIKASI
Metode KLT-Densitometri digunakan
untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dengan
KLT-Densitometri pada prinsipnya mengacu kepada nilai Rf (Retardation
factor) atau Faktor retardasi yaitu : membandingkan Rf analit
dengan Rf baku pembanding atau membandingkan bercak kromatogram sample
dengan kromatogram "Reference Standart" yang dikenal dengan : Factro
Retensi Relatif (Rx)
Untuk penentuan kualitatif dengan Rs
harus dilakukan bersamaan dengan sample pada pelat yang sama.
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif hampir sama
dengan spektrofotometri, penentuan kadar analit dikorelasikan dengan area
bercak pada pelat KLT.
Cara penetapan kadar dapat dilakukan
dengan :
1. Membandingkan area bercak analit
dengan area bercak baku pembanding yang diketahui konsentrasinya.
Cx
= Ax / Ap x Cp
Cx = konsentrasi analit
Ax = area analit
Ap = area baku pembanding
Cp = konsentrasi baku
pembanding
2. Kurva kalibrasi :
Kurva kalibrasi dibuat dengan cara
memplot area bercak terhadap konsentrasi dari satu seri larutan baku
pembanding. Kurva yang tebentuk harus linear, kemudian dengan persamaan garis
regresi dapat ditentukan kadar analit.
Ø Klasifikasi Simplisia
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper nigrum L.
Ø Nama daerah : Lada, Mrica (Jawa)
Ø Nama simplisia : Piperis Nigri Fructus
Ø Deskripsi
Makroskopis
·
buah
berbentuk
hampir bulat, warna coklat kelabu sampai hitam kecoklatan, garis tengah 2,5mm
sampai 6mm ; permukaan berkeriput kasar ; dalam ; serupa jala ; pada ujung buah
terdapat sisa dari kepala putik yang tidak bertangkai ; pada irisan membujur
tampak perikarp yang tipis, sempit dan berwarna gelap menyelubungi inti biji
yang putih dari biji tunggal. Embrio sangat kecil dan terbenam dalam endosperm.
Mikroskopik
Epikarp
tersusun dari satu lapis sel epidermis yang sel-selnya berbentuk persegi empat membulat,
berisi hablur kecil berbentuk prisma dan berwarna coklat tua sampai kehitaman
Ø Pemerian :
Bau aromatic khas, rasa pedas dan tajam.
Ø Isi :
minyak atsiri mengandung felandren, dipenten,
kariopilen, enthoksilin, limonene, alkaloida piperina dan kavisina
Ø Penggunaan :
karminatif dan iritasi lokal
· Kadar abu : Tidak lebih dari 6 %
· Kadar abu yang tidak
larut dalam asam : Tidak lebih dari 1%.
· Kadar sari yang larut
dalam air :
Tidak kurang dari 2,5 %
· Kadar sari yang larut
dalam etanol : Tidak kurang dari 8 %
· Bahan organik asing : Tidak lebih dari 2%
· Kadar minyak atsiri :
Tidak kurang dari 1% b/v
III.
ALAT
DAN BAHAN
a.
Alat
1. Lempeng KLT 6.
Bejana kromatografi
2. Mikropipet 5 µL 7.
Kertas saring
3. Pensil 8.
Spektrofotometer UV-VIS
4. Penggaris 9.
Labu tentukut 50 mL
5. Alat densitometer
b.
Bahan
1. Ekstrak buah lada hitam dalam etanol 96%
2. BP piperin dalam etanol 96%
3. Etanol 96%
4. Diklormetana
5. Lempeng silica gel GF 254
IV. PROSEDUR KERJA
1.
Ditimbang
saksama 50 mg ekstrak dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan
dalam 25 mL etanol 96%. Jika ada bagian yang tida larut, disaring melalui
kertas saring ke dalam labu tentukur 50 mL dan kertas saring dicuci dengan
etanol 96% secukupnya hingga batas tanda.
2.
Dibuat larutan
pembanding piperin 0,1% dalam etanol 96% dan dibuat pengencerannya.
3.
Ditotolkan
sejumlah 5 µL larutan ekstrak dan larutan uji pada lempeng KLT dan dieluasi
dengan fase gerak diklormetana.
4.
Bercak baku
pembanding dan bercakkromatogram ekstrak yang sejajar dengan bercak pembanding
diukur secara KLT densitometer pada panjang gelombang 254 nm.
5.
Dihitung kadar
piperin % b/b dalam ekstrak dengan rumus:
%
piperin = Au x Cp x F x 100%
Ap
Bu
Au = Serapan larutan uji
Ap = Serapan Larutan
Pembanding
Bu = Bobot ekstrak yang
ditimbang
Cp = Konsentrasi larutan
pembanding
F = Faktor pengenceran
V.
HASIL
PERCOBAAN
Bobot ekstrak yang ditimbang = 0,0512 g
Konsentrasi ekstrak = 0,0512 g / 50 mL = 1,024 mg/mL
Konsentrasi BP piperin = 6,258 mg / 25 mL = 0,25032
mg/Ml
Au I = 8392,6
Au II = 8463,1
Abp = 5719,3
PERHITUNGAN
% piperin I = Au
x Cp x F x 100%
Ap Bu
=
8392,6 X
0,25032 mg/mL
X 50 mL X 100%
5719,3
51,2 mg
=
35,87 % b/b
% piperin II = Au x Cp x F x 100%
Ap Bu
=
8463,1X 0,25032
mg/mL X 50 mL X 100%
5719,3
51,2 mg
=
36,17 % b/b
Rata-Rata
Kadar piperin = 35,87 % + 36,17 % X 100 % = 36,02 %
2
VI.
PEMBAHASAN
1.
Digunakan etanol
96 % untuk melarutkan ekstrak karena etanol merupakan pelarut universal.
2.
Penetapan kadar
piperin dilakukan dengan cara KLT densitometry karena selain dapat dilakukan
analisa kuantitatif piperin, juga dapat dilakukan analisa kualitatif piperin
berdasarkan nilai Rf nya.
3.
Fase gerak yang
digunakan adalah diklormetan yang bersifat non polar karena alkaloid bersifat
semipolar sehingga dapat memisahkan alkaloid dengan senyawa lain yang bersifat
non polar dalam ekstrak.
4.
Dilakukan
pengenceran larutan pembanding karena dengan konsentrasi analit yang sedikit
saja sudah dapat dideteksi.
5.
Dilakukan 2 kali
penotolan larutan uji pada lempeng KLT dengan tujuan agar dapat melihat akurasi
dan presisi dari hasil pengujian.
VII.
KESIMPULAN
Rata Rata kadar piperin = 36,02 % b/b
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Kesehatan RI. “Daftar Tanaman Obat (I)”. Jakarta. 1981
Departemen Kesehatan RI.” Materi Medika Indonesia edisi
II ”. Jakarta.1978
Departemen Kesehatan RI.” Materi Medika Indonesia edisi
III ”. Jakarta.1979
Lucas,
Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry
biologyeastborneo.com/wp-content/uploads/2011/08/Ekstraksi-adalah-suatu-proses-pemisahan-dari-bahan-padat-maupun-cair-dengan-bantuan-pelarut.docx
No comments:
Post a Comment