LIMA SPESIES HEWAN BARU DAN UNIK ASAL INDONESIA KURUN WAKTU 2012 - 2014
Banyak peneliti mengakui bahwa Indonesia kaya dengan flora dan fauna. Bahkan beberapa dari mereka merupakan flora dan fauna endemik. Tapi sayangnya, kekayaan ini miskin dokumentasi
1. Raja Tawon (Megalara garuda)
Diteliti pertama kali pada tahun 2011 oleh Rosichon Ubaidillah (peneliti dari LIPI) dan Lynn Kimsey (peneliti dari Universitas California, Davis) di Pegunungan Mekongga di Sulawesi. Spesies ini dinamaiMegalara garuda karena melihat simbol negara Indonesia yaitu burung garuda, makhluk mistis setengah manusia dan setengah burung yang juga terdapat dalam agama Hindu dan Budha.
Maret 2012, Lynn dan Michael Ohl (kurator Museum Naturkunde Berlin) mengumumkan deskripsi detail dari tawon raksasa ini. Tawon jantan mempunyai panjang 3,3 cm dengan mulut yang sangat lebar dan rahang bawah yang sama panjang dengan kaki depannya. Tawon betina ukurannya lebih kecil daripada tawon jantan, tapi masih lebih besar daripada tawon pada umumnya.
2. Burung Hantu “Celepuk” Rinjani (Otus jolandae)
Keberadaan burung hantu Rinjani sebenarnya sudah lama diketahui terutama oleh masyarakat setempat. Oleh para ilmuwan awalnya dianggap sama dengan spesies burung hantu Otus magicus. Spesies ini ditemukan oleh Alfred Everett pada tahun 1896 di kawasan hutan gunung Rinjani pada ketinggian 25 - 1350 m.
Spesies ini disadari perbedaannya oleh Dr Jolanda Luksenburg di tahun 2003. Burung hantu ini dinamai ‘jolandae’ untuk menghormati penemunya. Otus jolandae juga merupakan spesies endemik burung pertama dari Lombok. Penemuan ini dipublikasikan pada Februari 2013.
Perbedaan celepuk Rinjani dengan burung hantu lainnya pertama kali disadari lewat suaranya. Siulan Otus jolandae lebih bersih daripada Otus magicus yang serak.
3. Hiu Berjalan (Hemiscyllum halmahera)
Hingga Agustus 2013 baru ada sembilan spesies hiu berjalan yang ditemukan, enam diantaranya ditemukan di wilayah Indonesia. Yang terbaru adalah Hemiscyllum halmahera, yang ditemukan di Halmahera sekitar tahun 2007 oleh penyelam asal Inggris bernama Graham Abbott ketika mengambil foto.
Berdasarkan foto yang dikirim oleh Abbott, Conservation International (CI) bekerja sama dengan pemerintah setempat, LIPI, Universitas Khairun, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan The Nature Conservancy (TNC), melakukan penelitian dan pencarian specimen untuk dikoleksi pada tahun 2008. Tapi ternyata baru tahun 2012 spesimen tersebut bisa dikoleksi. Dan baru pada bulan Juli 2013, hiu berjalan asal Halmahera ini dipublikasikan sebagai spesies baru di ‘Journal of Ichtyology’.
Menurut Mark Erdmann dari CI, perbedaan khusus spesies hiu berjalan ini adalah pada pola warnanya, terutama adanya sepasang bintik di bagian bawah kepalanya, sementara bintik-bintik yang ada di bawah kepala lainnya membentuk pola menyerupai huruf U.
4. Tikus Berduri (Halmaheramys bokimekot)
Temuan yang dipublikasikan di ‘Zoological Journal of the Linnean Society’ pada bulan September 2013 ini ditemukan oleh tim peneliti dari LIPI dan Universitas Copenhagen di wilayah Halmahera.
Tikus ini dikatakan berduri karena bulu-bulunya keras, tidak seperti tikus pada umumnya. Bagian punggungnya berwarna coklat, bagian bawah badannya berwarna kelabu terang, dan ujung ekornya berwarna putih.
Tikus ini juga dinilai unik karena mempunyai karakteristik Asia, padahal biasanya tikus yang ditemukan di wilayah timur Indonesia mempunyai karakteristik Australia. Tidak hanya spesies baru, tapi juga genus. Genus dalam istilah biologi berarti marga atau salah satu bentuk pengelompokan dalam klasifikasi makhluk hidup yang lebih rendah dari familia.
5. Burung Sikatan Sulawesi (Muscicapa sodhii)
Burung yang pertama kali ditemukan pada tahun 1997 di pedalaman hutan Sulawesi ini awalnya diyakini merupakan jenis burung sikatan yang bermigrasi bernama Muscicapa griseisticta asal Asia Timur. Namun peneliti gabungan dari Universitas Princenton dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang kembali meneliti pada tahun 2011 dan 2012, di bulan November 2014 menyimpulkan melalui seorang peneliti dari Universitas Princenton, J Berton Harris, bahwa burung tersebut diduga kuat merupakan spesies yang baru dikenali.
Burung ini dinilai merupakan spesies baru dilihat dari hasil DNA, karakter morfologi, jenis bulu dan struktur tubuh, serta kicauannya yang mempunyai ciri khas sendiri. Spesies baru ini tetap bisa hidup walau tidak berada di lingkungan hutan hujan tropis.
Kini burung langka bernama Muscicapa sodhii ini keberadaannya masih relatif aman dan masih jauh dari kepunahan karena belum terganggu perluasan lahan pertanian
Berikut ini adalah penemuan para peneliti akan hewan spesies baru yang ditemukan di Indonesia kurun waktu tahun 2012 hingga 2014.
1. Raja Tawon (Megalara garuda)
Raja Tawon (Meglara garuda) |
Maret 2012, Lynn dan Michael Ohl (kurator Museum Naturkunde Berlin) mengumumkan deskripsi detail dari tawon raksasa ini. Tawon jantan mempunyai panjang 3,3 cm dengan mulut yang sangat lebar dan rahang bawah yang sama panjang dengan kaki depannya. Tawon betina ukurannya lebih kecil daripada tawon jantan, tapi masih lebih besar daripada tawon pada umumnya.
2. Burung Hantu “Celepuk” Rinjani (Otus jolandae)
Burung Hantu Celepuk Rinjani, gambar: mongabay.co.id |
Spesies ini disadari perbedaannya oleh Dr Jolanda Luksenburg di tahun 2003. Burung hantu ini dinamai ‘jolandae’ untuk menghormati penemunya. Otus jolandae juga merupakan spesies endemik burung pertama dari Lombok. Penemuan ini dipublikasikan pada Februari 2013.
Perbedaan celepuk Rinjani dengan burung hantu lainnya pertama kali disadari lewat suaranya. Siulan Otus jolandae lebih bersih daripada Otus magicus yang serak.
3. Hiu Berjalan (Hemiscyllum halmahera)
Hiu Berjalan, Halmahera, gambar: sains.kompas.co.id |
Berdasarkan foto yang dikirim oleh Abbott, Conservation International (CI) bekerja sama dengan pemerintah setempat, LIPI, Universitas Khairun, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan The Nature Conservancy (TNC), melakukan penelitian dan pencarian specimen untuk dikoleksi pada tahun 2008. Tapi ternyata baru tahun 2012 spesimen tersebut bisa dikoleksi. Dan baru pada bulan Juli 2013, hiu berjalan asal Halmahera ini dipublikasikan sebagai spesies baru di ‘Journal of Ichtyology’.
Menurut Mark Erdmann dari CI, perbedaan khusus spesies hiu berjalan ini adalah pada pola warnanya, terutama adanya sepasang bintik di bagian bawah kepalanya, sementara bintik-bintik yang ada di bawah kepala lainnya membentuk pola menyerupai huruf U.
4. Tikus Berduri (Halmaheramys bokimekot)
Tikus Berduri dari Halmahera, gambar: cariartikels.blogspot.com |
Tikus ini dikatakan berduri karena bulu-bulunya keras, tidak seperti tikus pada umumnya. Bagian punggungnya berwarna coklat, bagian bawah badannya berwarna kelabu terang, dan ujung ekornya berwarna putih.
Tikus ini juga dinilai unik karena mempunyai karakteristik Asia, padahal biasanya tikus yang ditemukan di wilayah timur Indonesia mempunyai karakteristik Australia. Tidak hanya spesies baru, tapi juga genus. Genus dalam istilah biologi berarti marga atau salah satu bentuk pengelompokan dalam klasifikasi makhluk hidup yang lebih rendah dari familia.
5. Burung Sikatan Sulawesi (Muscicapa sodhii)
Burung Sikatan Sulawesi, gambar: tribunnews.com |
Burung ini dinilai merupakan spesies baru dilihat dari hasil DNA, karakter morfologi, jenis bulu dan struktur tubuh, serta kicauannya yang mempunyai ciri khas sendiri. Spesies baru ini tetap bisa hidup walau tidak berada di lingkungan hutan hujan tropis.
Kini burung langka bernama Muscicapa sodhii ini keberadaannya masih relatif aman dan masih jauh dari kepunahan karena belum terganggu perluasan lahan pertanian
http://log.viva.co.id/frame/read/aHR0cDovL3d3dy5nb211ZGEuY29tLzIwMTUvMDMvbGltYS1zcGVzaWVzLWhld2FuLWJhcnUtZGFuLXVuaWstaW5kb25lc2lhLmh0bWw=
No comments:
Post a Comment