Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram = Rp. 8.000,-
2. 250 gram = Rp. 10.000,-
3. 500 gram = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-
Bagi yang berminat hubungi :
089652569795 / pin bb: 7dfe719a / hubungi email : ricky_kurniawan01@yahoo.com
Kondisi-Kondisi Bagi Kebijaksanaan
Para bhikkhu, ada
delapan penyebab dan kondisi untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar
bagi kehidupan suci yang belum diperoleh, serta untuk menyebabkan, meningkatnya,
matangnya, dan terpenuhinya perkembangan kebijaksanaan yang belum diperoleh.
Apakah yang delapan itu?
Di sini, seorang
bhikkhu hidup bergantung pada Guru atau pada bhikkhu lain yang berfungsi
sebagai guru dan guru ini telah menumbuhkan di dalam dirinya pengertian yang
tajam tentang malu secara moral dan takut secara moral serta memperlakukannya
dengan penuh kasih dan hormat. Inilah penyebab dan kondisi pertama untuk
memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci ………………
Sementara dia hidup
bergantung pada guru-guru itu, secara berkala dia mendatangi mereka dan
bertanya: “Bagaimana mengenai hal ini, Yang Mulia? Apakah artinya ini ?” Maka
para guru yang mulia itu kemudian
menjelaskan apa yang belum jelas, menerangkan apa yang masih samar, dan
menghapus kebingungannya tentang hal-hal yang membingungkan. Inilah penyebab
dan kondisi kedua untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar
bagi kehidupan suci.…………
Setelah mempelajari
Dhamma, dia hidup dengan menarik diri dalam dua hal: Menarik diri secara
lahiriah dan menarik diri secara batiniah. Inilah penyebab dan kondisi ketiga
untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci……….
Dia luhur, terkendali
sesuai peraturan Patimokkha, sempurna di dalam tindakan dan pikiran, melihat
bahaya pada kesalahan terkecil sekalipun. Setelah mengambil peraturan-peraturan
latihan, dia melatih diri di dalamnya. Inilah penyebab dan kondisi ke empat
untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci…………………..
Dia telah banyak
belajar, mengingat apa yang telah dia pelajari, dan mengukuhkan apa yang telah
dia pelajarinya itu. Ajaran-ajaran itu baik pada awalnya, baik pada
pertengahannya, dan baik pada akhirnya, dengan arti dan penuturan yang tepat,
dan meneguhkan kehidupan suci yang sepenuhnya utuh dan murni-Ajaran-ajaran seperti
inilah yang telah banyak dipelajari, dihafal, diulang secara lisan, diteliti
dengan pikiran, dan diserap dengan baik lewat pandangannya. Inilah penyebab
dan kondisi kelima untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar
bagi kehidupan suci…………………..
Dia penuh semangat; dia
hidup dengan semangat yang diarahkan untuk meninggalkan setiap hal yang tidak
bajik dan memperoleh apapun yang bajik; dia mantap dan kuat di dalam usahanya,
tidak kendor di dalam menjalankan yugasnya yang berhubungan dengan sifat-sifat
bajik. Inilah penyebab kondisi ke enam untuk memperoleh kebijaksanaan yang
amat mendasar bagi kehidupan suci…………………..
Ketika berada di tengah
Sangha, dia tidak terlibat di dalam pembicaraan kosong yang tak berujung
pangkal. Dia sendiri bisa berbicara tentang Dhamma, atau meminta orang lain
untuk melakukannya, atau tetap diam tidak berbicara. Inilah penyebab
dan kondisi ketujuh untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar
bagi kehidupan suci…………………..
Dia hidup dan mengamati
muncul dan lenyapnya lima khanda yang menjadi subjek kemelekatan: “Beginilah
badan jasmani, beginilah munculnya, dan beginilah lenyapnya; beginilah perasaan
…. beginilah persepsi …. Beginilah bentukan-bentukan pemikiran ….. beginilah
kesadaran, beginilah munculnya, dan beginilah lenyapnya.” Inilah penyebab
dan kondisi kedelapan untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar
bagi kehidupan suci…………………..
Karena delapan alasan inilah
maka sesama bhikkhu menghargainya sebagai orang yang benar-benar mengetahui dan
benar-benar melihat, dan sifat-sifat ini mengarah pada cinta kasih,
penghargaan, keserasian, dan persatuan.
Inilah, para bhikkhu,
delapan penyebab dan kondisi untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar
bagi kehidupan suci yang belum diperoleh, serta untuk menyebabkan meningkatnya,
matangnya, dan terpenuhinya perkembangan kebijaksanaan yang telah terperoleh.
(Angutara Nikaya 3 Bab Delapan
No. 153 : Kondisi-Kondisi Bagi Kebijaksanaan )
No comments:
Post a Comment